Memformulasi Pendidikan Karakter


SISTEM pendidikan nasional kita pada kurikulum terbaru (K-13) telah diarahkan untuk membentuk karakter anak yang unggul dan sesuai dengan tantangan zaman. Karakter sendiri  berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Efendy, beberapa waktu lalu menegaskan kembali agar para guru menanamkan pendidikan karakter secara kreatif. Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, tersebut, pendidikan karakter penting untuk pembentukan etos kerja, kejujuran, integritas, unggul dan memiliki semangat pantang menyerah, serta kerja keras.  

Menurut Pakar Pendidikan Arif Rahman (2015), pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Betapa penting faktor pendidikan itu karena mentalitas seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Pendidikan karakter siswa memerlukan proses kreatif dan daya inovatif sesuai dengan kondisi kekinian serta membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebagai afirmasi atas pendapat Arif, dapatlah dikatakan bahwa pembentukan karakter unggul siswa memerlukan waktu belajar yang lebih panjang. Karakter unggul berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti punya kepercayaan diri, bertanggungjawab, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dan mandiri.

Dalam konteks masa depan, pendidikan nasional memerlukan beberapa formulasi dan elaborasi konstruktif. Pertama, penerapan kurikulum sebaiknya disertai dengan transformasi pendidikan. Transformasi tersebut kini sangat dipengaruhi oleh kekuatan jaringan N-Fluence atau Net Fluence yang sedang melanda generasi muda. Mereka kesehariannya tidak bisa lepas dari intenet. Jaringan itu kini merevolusi pembelajaran. Dari pembelajaran individual ke pembelajaran kolaboratif.

Kedua, perlu program unggulan pemerintah untuk membangun sistem yang mendukung terwujudnya lingkungan pembelajaran generasi Z alias next generation learning environment. Yaitu dengan cara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, administrasi, serta interaksi dan kolaborasi antara guru, siswa, orangtua, komunitas, dan sekolah yang lebih efektif dan murah.

Perkembangan pembelajaran di negara maju diwarnai dengan penerapan Multiuser Virtual Environment (MUVE) yang merupakan berbagai model virtual dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga bermacam perkembangan iptek bisa divirtualisasikan secara menarik. Hal ini sangat menggairahkan para siswa untuk menekuni disiplin ilmu dengan cara yang lebih praktis dan menyenangkan. Ibarat melakukan tamasya ilmu pengetahuan, setiap hari sekolah menjadi hal yang sangat mengasyikan siswa bahkan guru.

Ketiga, pembanguan karakter bangsa perlu format atau metode yang efektif sehingga bisa diserap dengan baik oleh generasi saat ini. Kita perlu menagih dan mendukung terlaksananya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang baru diterbitkan beberapa waktu lalu.

Seperti yang disinggung di awal bahwa pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Betapa penting faktor pendidikan itu karena mentalitas seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Pendidikan karakter siswa memerlukan proses kreatif dan daya inovatif sesuai dengan kondisi kekinian, termasuk dalam membentuk kemampuan siswa mengenai gagasan dan ide-idenya di dalam kelas. 

Dalam kajian lembaga pendidikan terkemuka di Amerika yakni Harvard Business menjelaskan tentang pentingnya daya saing pemuda di bidang sistem inovasi dan produksi. Ya, mesti diakui dan disadari bahwa dalam konteks ekosistem global, daya saing suatu bangsa ditentukan oleh sejauh mana para pemuda berkreasi dan berinovasi sesuai dengan tren dunia. Pemuda semacam ini akan terlahir dari dunia pendidikan, sejak awal mereka masuk ke dunia pendidikan dasar. 

Keempat, perlu totalitas untuk membangun ruang kreativitas sekolah. Negeri ini membutuhkan sebanyak-banyaknya tokoh muda yang inovatif (inovator) dalam menghadirkan kejayaan dan kemajuan bangsa. Inovasi mencakup segala macam disiplin ilmu dan keanekaragaman budaya. Baik inovasi tingkat dunia maupun tingkat lokal yang memiliki arti strategis dalam kehidupan berbangsa.

Sekolah adalah sarana yang tepat untuk menumbuhkan budaya inovasi. Oleh sebab itu, perlu strategi kebudayaan bagi sekolah yang fokus terhadap budaya inovasi. Menumbuhkan budaya inovasi di kalangan siswa jangan hanya bersifat seremonial. Kegiatan inovatif sebaiknya dilakukan oleh siswa dalam bentuk yang lebih variatif dengan bantuan dan daya pantik dari para guru.

Kelima, meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya. Perlu disadari bahwa pada prinsipnya sumber inovasi, baik itu produk atau proses, merupakan proses belajar. Agar siswa mampu melakukan kegiatan inovatif maka harus ada upaya meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologinya, yaitu dengan memperkuat kapasitas learning-nya. 

Dalam persaingan global yang sangat ketat diperlukan berbagai right brain training untuk menggenjot daya kreativitas siswa. Budaya inovasi dengan titik berat proses kreatif dan inovatif sebaiknya menjadi muatan kurikulum di sekolah. Di samping menjadikannya sebagai bagian dari pembangunan budaya literasi sekolah yang akhir-akhir ini sedang digalakkan di berbagai sekolah dalam skala nasional. 

Keenam, yang tak kalah pentingnya adalah penguatan program studi keguruan sebagai laboratorium tenaga pendidikan, baik sebagai guru maupun sebagai tenaga manajemen atau pengelola pendidikan. Mahasiswa yang menempuh studi di program ini mesti disiapkan secara matang dan keterampilan yang matang pula. Sehingga kelak di saat mereka menjalankan profesinya bisa menjalaninya dengan kesiapan yang maksimal dan tentu saja lebih profesional. 

Semua upaya di atas hanya akan terlaksana dengan baik karena kerjasama dan keterlibatan semua elemen, baik pemerintah pusat dan daerah, maupun pendidik dan sekolah, serta orangtua, siswa dan masyarakat luas, di samping perguruan tinggi, media massa, pemerhati pendidikan dan pengusaha. 

Di atas segalanya, makna pendidikan yang sejati tentu bukan hanya untuk menyelesaikan atau menjawab berbagai persoalan dalam lingkup bangsa yang sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian, sebab pendidikan juga hadir untuk mewujudkan peradaban unggul dan bermartabat dalam ekosistem regional dan global. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pendidikan Memajukan" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah