Selamat Jalan Bang Opan!


HARI ini Kamis 13 Mei 2021 bertepatan dengan 1 Syawwal 1442, adalah hari yang menggembirakan bagi seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia. Kegembiraan kita diekspresikan dengan beragam cara, dari bermaaf-maafan, menikmati hidangan makanan-minuman, silaturahim dengan keluarga dan tetangga hingga kunjungan ke keluarga yang tempatnya agak jauh. 

Kali ini saya berlebaran di rumah mertua atau orangtua istri saya Eni Suhaeni di Gebang, Cirebon-Jawa Barat. Istri saya termasuk yang memiliki banyak keluarga yang sedarah atau sangat dekat dan berdomisili di beberapa daerah yang berbeda. Setelah berkumpul di rumah mertua, saya dan istri serta keluarga pun segera berkunjung ke Kuningan-Jawa Barat, tepatnya di Nanggela, Cidahu, yang berada daerah timur Kuningan. 

Perjalanan baru saja ditempuh sekitar 30 menit, tiba-tiba saya mendapat informasi dari group WhatsApp Forum Penulis Radar dimana saya didaulat sebagai sekretaris.  Berita berbasis online di www.radarcirebon.com yang dishare oleh Kang Yuda Sanjaya (Wartawan Senior Radar Cirebon) itu berjudul "Cirebon Berduka, Filolog Opan Safari Hasyim Meninggal Dunia". Kegembiraan kali ini pun diselingi kesedihan yang mendalam bagi saya dan para pecinta literasi dan budaya, lebih luasnya lagi para pecinta Cirebon. 

Hal ini sangat wajar, sebab di media online tersebut diberitakan bahwa filolog Cirebon R Rafan Safari Hasyim M Hum atau dikenal juga dengan R Achmad Opan Safari Hasyim, meninggal dunia, pagi ini, Kamis (13/5/2021). Seperti diketahui, seperti yang diberitakan oleh www.radarcirebon.com, Rafan sempat dirawat di RS Pertamina karena jatuh pada 3 Mei 2021. Sejak itu, Opan diketahui menjalani perawatan hingga dikabarkan meninggal dunia pagi ini.

Bang Rafan, demikian saya akrab menyapanya, lahir di Cirebon, 9 Mei 1967. Ia bernama lengkap R Achmad Opan Safari Hasyim dengan panggilan akrab Opan. Suami dari Eroh Maesaroh dan ayah dari dua Mutiara Zulfiyah Rafania dan Emilia Muftuhatul Fikroh ini menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kedaung Cirebon (lulus 1981), SMP Negeri 3 Cirebon (1984), SMA Negeri 4 Cirebon (1987). Lalu pernah kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon lulus (1994) dan program megister filologi di Unpad (2009).

Seperti yang diberitakan www.radarcirebon.com, di samping sebagai PNS di MTs Negeri Karangkendal Cirebon, Bang Opan juga aktif sebagai dosen di IAIN Syekh Nurjati dan ISIF Cirebon. Bang Opan juga termasuk sosok yang mengenal wayang kulit dan kebudayaan Cirebon sejak kecil. Bahkan tergolong tokoh yang menekuninya secara serius hingga akhir hayatnya, tentu di sela-sela aktivitasnya sebagai tim ahli cagar budaya Kabupaten Cirebon.

Bang Opan yang Saya Kenal 

Saya mengenal Bang Opan sejak 2011 silam, ketika saya baru 6 bulan di Kota Cirebon. Ketika itu Bang Opan menjadi narasumber di sebuah kampus di Kota Cirebon. Dalam banyak acara, terutama berbagai forum seperti seminar dan diskusi publik dalam beragam tema, Bang Opan kerap menjadi narasumber. Saya pun menikmati konten beliau yang bernyawa akademik dan sangat kritis. Dan, terasa sekali bahwa beliau benar-benar punya rasa cinta pada Cirebon. 

Selama saya mengenal Bang Opan, saya mencatat beberapa hal penting yang saya peroleh dari sosok yang akrab dengan semua kalangan ini diantaranya, Pertama, orangnya terbuka dan teladan diskusi. Ya Bang Opan adalah teladan yang baik dalam berdiskusi. Di hampir semua forum yang saya hadiri, beliau selalu membuka ruang bagi peserta untuk memberi komentar, menanggapi dan merespon bahkan mengkritik setiap apa yang beliau sampaikan. Saya termasuk diantara orang yang memanfaatkan kesempatan yang beliau sediakan.   

Kedua, penyemangat tulis-menulis. Dalam banyak pertemuan Bang Opan selalu menyampaikan pentingnya menulis. Hal ini bukan isapan jempol semata, saya sendiri menyaksikan Bang Opan selalu menulis makalah atau artikel sederhana sesuai tema yang sedang beliau ampuh di forum tertentu. Saya termasuk yang menyimpan beberapa makalah atau artikel beliau. Sebuah kenangan yang tentu saja sangat berharga bagi saya yang akhir-akkhir ini mendalami Cirebon dari berbagai sisinya. 

Selain itu, Bang Opan juga sering menyampaikan bahwa dirinya sering membaca tulisan saya di berbagai surat kabar di Cirebon. Selain temanya beragam, tulisan saya memang agak berani. Apalah lagi bila mengulas tentang kritik kebijakan publik dan aksi politik para politisi, pasti saya menulis dengan kritis. Saya juga pernah bertukar buku dengan sosok yang kritis ini. Dan beliau pun sangat mengapresiasi tulisan dan ide atau gagasan saya. Bahkan mendukung dan memotivasi saya untuk terus menulis sehingga menghasilkan karya tulis yang lebih berkualitas dan bermanfaat dari yang ada sekarang. 

Ketiga, berjiwa aktivis dan peduli Cirebon. Sepengetahuan saya Bang Opan adalah salah satu akademisi yang sangat aktif dalam beragam isu dan tokoh yang peduli dengan Cirebon. Ia bukan saja peduli pada aspek yang terkait dengan keahliannya sebagai filolog, tapi juga hal lain yang terkait dengan Cirebon. Dari sejarah, budaya, kultur dan berbagai hal yang berkaitan dengan Cirebon. Intinya, beliau adalah sosok akademisi yang punya rasa cinta yang lebih pada Cirebon. 

Saya sebetulnya sudah berjanji dengan Bang Opan untuk bertemu nanti setelah Idul Fitri.  Kebetulan saya sudah menuntaskan sebuah naskah buku seputar destinasi wisata Cirebon dari yang bernyawa sejarah dan budaya hingga kuliner dan perkembangan Cirebon dari aspek wisata. Rencananya, beliau saya minta memberi kritik dan saran serta komentar. Alasan saya sederhana, beliau akademisi dan punya perspektif yang autentik tentang Cirebon. 

Tapi memang takdir berbicara lain. Allah memang Maha Kuasa di atas segalanya. Bila Ia memiliki kemauan atau kehendak atas hamba-Nya maka terjadilah. Bang Opan kini telah meninggalkan kita semua dengan sejuta kenangannya. Setiap kita punya kenangan, baik yang sama maupun yang berbeda. Saya sendiri merasa meninggalnya beliau benar-benar kehilangan sosok yang cerdas, kritis, sederhana dan akrab. Selamat jalan Bang Opan, semoga engkau kembali dalam kondisi husnul khotimah nan suci! (*)



* Cidahu-Kuningan; Kamis 13 Mei 2021, Pukul 11.35-12.16 WIB, Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Membaca Politik Dari Titik Nol" dan Sekretaris Forum Penulis Radar Cirebon. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok