Gila Buku dan Tradisi Literasi Kita


PADA Senin 13 Maret 2023 siang saya berkesempatan menghadiri acara Diskusi dan Bedah Buku berjudul "Bunga Rampai Seorang Ideolog Jilid 2" sebagai lanjutan jilid 1 dengan judul yang sama karya sahabat saya Sutan Aji Nugraha. Acara yang bertempat di aula Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon-Jawa Barat ini dihadiri oleh Camat Kesambi, perwakilan perwakilan berbagai organisasi seperti KNPI, juga organisasi mahasiswa, dan umum yang sempat hadir pada forum literasi ini. Turut hadir sebagai pembanding yaitu pengusaha sukses sekaligus Ketua PSSI Kota Cirebon: Haji Zaenal Muttaqin atau yang akrab disapa HZM, juga Bintang Irianto Dosen (Mas Bintang) Dosen IAIN Syeikh Nurjati Cirebon. 

Pada kesempatan ini Sekretaris Kecamatan mewakili Camat Kesambi menyampaikan apresiasi atas forum literasi ini. Menurutnya forum ini bukan forum politik tapi forum literasi. Penguatan literasi adalah elemen penting dalam membangun kota dan masyarakat. Karena itu, hadirnya penulis pada forum ini merupakan sebuah penghargaan dan layak diapresiasi. Buku merupakan produk intelektual berisi gagasan juga mengandung inspirasi. Buku juga adalah jendela dunia, tempat kita menatap dan memahami banyak hal. 

Mas Aji, demikian saya akrab menyapanya, pada paparannya menyebutkan bahwa dirinya sudah menekuni dunia kepenulisan sejak lama.  Menurutnya, HZM adalah salah satu tokoh muda di Kota Cirebon yang memiliki kepedulian pada dunia literasi. Sehingga kehadirannya pada forum ini adalah sebuah bukti bahwa sosok ini peduli literasi. Sangat wajar bila sebagian kalangan menyempatkan dirinya sebagai Bapak Literasi. Adapun Bintang Irianto merupakan sosok akademisi dan aktivis yang kritis pada berbagai forum dan fenomena. 

Menurut Aji, politik sekarang ini paradoks. Di mana tujuan politik yang mulia malah tercederai oleh tingkah dan laku politik pejabat publik terutama oknum politisi. Faktanya, politisi tak sedikit yang terjerat hukum. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa realitas semacam ini tidak boleh membatasi kita untuk membangun dan menguatkan tradisi literasi, termasuk mendalami isu-isu kebijakan publik seperti politik dan aspek lainnya. Dengan demikian, politik terus terjaga dan tidak kehilangan nilai luhurnya. 

Sebagai pembanding pada forum ini, HZM menyampaikan apresiasinya atas acara ini. Menurutnya, forum literasi adalah forum ilmiah tempat membincang gagasan termasuk keterampilan menulis itu sendiri. Bagaimana pun tak banyak yang mampu menulis sebagai wujud ekspresi kritisnya pada realitas sosial atau publik luas. Karena itu, forum semacam ini layak diapresiasi dan ke depan perlu didukung oleh semua kalangan. "Saya mendukung tradisi literasi, termasuk produksi literasi seperti buku. Bukan saja membacanya tapi juga mendiskusikan isinya. Buku adalah jendela dunia", ungkap sosok yang kini menjadi Ketua PSSI Kota Cirebon. 

Tak kalah inspiratif, pada forum ini Mas Bintang menyampaikan bahwa munculnya buku ini adalah arus balik bahwa dari daerah bisa menilai situasi politik nasional. Bahwa putra daerah juga memberikan saran gagasan untuk kebaikan bangsa dan negara. Menurutnya, fenomena sekarang masyarakat begitu mudah menelan informasi dari berbagai media. Sehingga tak sedikit yang kerap menafikan daya kritis pengamat lokal. "Melalui Buku ini Mas Aji menyampaikan kritiknya dengan nalar kritis. Karya ini pun merupakan sumbangsih yang baik bagi dinamika publik, terutama perihal isu sosial-politik", ungkapnya. 

Menurut Mas Bintang, politik adalah pengabdian yaitu membangun bangsa dan negara sehingga semakin maju dan berperadaban. Dengan demikian, politik mesti dijalankan dengan cara-cara yang baik dan untuk menggapai sesuatu yang baik. Ia juga menerawang bahwa Mas Aji dalam waktu dekat bakal menulis buku baru, walau tetap dalam nalar kritisnya. "Politik adalah pengabdian. Karena itu mesti dilakoni dengan baik sebagai upaya mewujudkan kemaslahatan bagi semua", ujarnya. 

Setiap buku, siapapun penulisnya dan apapun latar belakangnya, pasti memiliki kandungan isi tersendiri, sesederhana apapun isinya. Sebab penulis, dengan segala potensi dan dayanya, berupaya untuk menyampaikan gagasannya. Dengan demikian, hadirnya buku Mas Aji sejatinya adalah penambah isi ruang publik kita terutama dalam konteks penguatan tradisi literasi kita. Setiap buku memiliki takdirnya sejarahnya masing-masing. Buku berlatar "merah-putih" terbitan Desember 2022 ini pun demikian, ia memiliki takdir pembacanya sendiri. Sederhananya, ide dimana buku menjadi salah satu mediumnya punya pasarnya sendiri. Minimal pada hati dan perasaan penulisnya yang memang bersenyawa dengan dunia literasi. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Anies Baswedan, Pemimpin Ideal untuk Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok