Penghafal Al-Quran dan Mahkota di Surga


Hari ini, Sabtu 4 Maret 2023 saya bersyukur karena bisa menghadiri acara yang sangat penting, yaitu Wisuda Tahfiz Al-Quran 30 Juz Ke III yang diadakan oleh Yayasan Manarussalam Pondok Pesantren Hidayatullah (Pesantren Hidayatullah) Kota Cirebon-Jawa Barat. Saya sengaja hadir pada acara ini, sebagai upaya mengenalkan salah satu calon sekolah lanjutan untuk anak-anak saya kelak. Kebetulan Pesantren ini masuk salah satu list dari beberapa sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Kali ini saya ditemani istri saya Eni Suhaeni dan tiga anak kami: Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan Aisyah Humaira.  

Acara yang berlangsung di Kampus II yang berlokasi di sekitaran Jl. Evakuasi ini mengikutkan 11 santriwati yang telah tuntas menghafal 30 Juz al-Quran selama beberapa tahun di Pesantren Hidayatullah Kota Cirebon. Waktu terlama menghafal adalah 5 tahun, sementara yang tercepat adalah 8 bulan. Sementara sebagian besar menyelesaikan hafalannya rerata sekitar 2 tahun. Acara ini dihadiri oleh para orangtua atau wali santriwati dan undangan lainnya, termasuk para pembina atau ustadz dan ustadzah di lingkungan Hidayatullah Kota Cirebon. 

Diawali dengan pembukaan, acara ini lalu dilanjutkan dengan tes atau ujian hafalan oleh pembina untuk semua peserta. Alhamdulillah, pada tes kali ini semua peserta lulus dan mampu menjaga hafalannya. Tangis syukur, haru dan bangga menyelimuti para peserta dan beberapa orangtua yang hadir. Tentu air mata ini bukan sembarang air mata, tapi sebagai sebuah tanda syukur kepada Allah yang telah memperkenankan para hamba-Nya terutama mereka untuk bersahabat dengan al-Quran, termasuk menghafalnya. 

Saya pun merasakan betapa kebahagiaan menyelimuti para peserta yang semuanya kini masih kelas XII dan tak lama lagi lulus sekolah. Air mata ini pun menetes begitu saja. Tekad dalam diri ini semakin tak terbendung untuk memastikan anak-anak saya nanti juga menjadi penghafal al-Quran. Memang kini mereka masih menekuni aktivitas mulia: hafal al-Quran, namun sepertinya saya mesti lebih giat lagi untuk menyemangati mereka, agar apa yang saya saksikan hari ini benar-benar terjadi pada anak-anak saya kelak. 

Menghafal al-Quran adalah ibadah sekaligus amal ibadah yang mulia dan memuliakan. Sebab al-Quran adalah firman Allah yang Maha Mulia, Pencipta seluruh makhluk di alam raya. Menghafal al-Quran pada dasarnya sangatlah mudah, namun ada saja tantangan dan hambatan. Sehingga tak sedikit di antara kita yang merasa berat untuk memulai dan melakukannya. Itulah peluang sekaligus ujian yang mesti dilalui oleh mereka yang sudah membangun tekad untuk menghafal al-Quran. 

Menyaksikan wisuda kali ini saya jadi teringat dengan Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maaidah: 54) 

Pada ayat ini Allah menegaskan akan hadirnya generasi baru sebagai generasi pengganti generasi yang memilih jalan yang Allah murkai.  Generasi pengganti ini dicirikan oleh beberapa hal seperti mencintai Allah dan dicintai Allah, lemah lembut kepada orang beriman, dan tegas pada kekafiran, serta jihad di jalan Allah sekaligus tak takut pada celaan dari mereka yang suka mencela. Anak-anak yang menghafal al-Quran sejatinya adalah generasi pengganti. Merekalah yang menjaga kekokohan umat ini dari berbagai terpaan yang menjebak termasuk hinaan dan fitnah dunia yang hina sekaligus merendahkan. 

Lalu, bagaimana cara menghafal dan menjaga hafalan al-Quran? Beberapa hal berikut merupakan tips yang bisa diperhatikan oleh siapapun bila hendak menghafal al-Quran, Pertama, niat dan tekad dari dalam diri. Ya, menghafal adalah ibadah, ia butuh niat yang ikhlas. Menghafal mesti karena dan untuk Allah. Niat yang terus terjaga akan menjaga kita dari berbagai gangguan yang menghambat kita untuk menghafal. Niat saja tak cukup, tekad dalam diri juga mesti membara dan bergelora. Semangat dan memotivasi untuk menghafal al-Quran mesti terus dijaga dengan baik. Sehingga tak ada peluang untuk berhenti dan mundur dari aktivitas menghafal. 

Kedua, disiplin dan fokus pada target hafalan. Menghafal juga butuh kedisiplinan, dari waktu, rencana dan target yang ingin dicapai. Karena itu ada baiknya bagi yang ingin menghafal al-Quran untuk menyusun rencana hafalannya. Misalnya, di setiap harinya menghafal pada jam berapa saja, bagaimana teknisnya dan apa saja yang mesti dipersiapkan. Bila hal tersebut tersusun dengan baik maka sangat membantu dalam menjaga stamina untuk menggapai fokus sekaligus target hafalannya. 

Ketiga, meneladani pembina atau guru. Penghafal yang baik adalah mereka yang selalu berupaya untuk mendengar dan mencontoh para pembina atau guru, atau ustad dan ustadzahnya. Nasehat para pembina biasanya berbasis pada pengalaman yang pernah dialami dalam menghafal dan menjaga hafalannya. Mereka telah melalui proses pembelajaran yang panjang, sehingga apa yang mereka raih kini merupakan prestasi sekaligus pengalaman yang sangat layak untuk dijadikan inspirasi dan motivasi bagi siapapun yang ingin menghafal al-Quran. 

Keempat, mengulang hafalan dan memahami sekaligus mengamalkan juga mendakwahkan al-Quran. Penghafal yang baik adalah penghafal yang selalu berupaya menjaga hafalannya. Selain itu, mereka juga berusaha untuk memahami dan mengamalkan al-Quran, sehingga al-Quran benar-benar menjadi cahaya yang selalu menerangi kehidupannya. Di samping itu, mendakwahkan al-Quran adalah cara lain untuk menjaga al-Quran dan hafalan. Sehingga al-Quran berdampak bagi diri juga kehidupan sekitarnya. Menghafal memang butuh proses, namun kalau kita sudah memulai maka Allah bakal menuntun kita, insyaa Allah.  

Sungguh sebuah kebanggaan bagi mereka yang telah Allah takdirkan sebagai penghafal al-Quran. Sebab Allah memuliakan mereka dengan kemuliaan yang tinggi. Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim).

Dalam hadits lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Quran.” (HR. Thabrani).

Apa yang saya saksikan hari ini merupakan motivasi dan inspirasi terbaik bagi keluarga kecil saya, bahkan bagi siapapun di luar sana. Bahwa menghafal al-Quran itu mesti diniatkan, direncanakan dan telaten dalam menjalankannya. Kesulitan atau hambatan yang mungkin saja muncul adalah ujian yang bisa dihadapi dengan tenang, menjaga niat dan menjaga lingkungan. Suasana lingkungan juga diupayakan tetap terjaga agar mendukung dan memudahkan untuk menghafal al-Quran. Sungguh, perjuangan kita untuk menghafal al-Quran adalah bagian dari ikhtiar kita untuk menjalani kehidupan ini di atas jalan al-Quran. Bila pun kelak kita dan anak-anak kita mampu menghafal al-Quran, semoga semuanya nanti menjadi pembawa mahkota bagi orangtua di surga Allah! (*)


Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Menjadi Pendidik Hebat Di Era Digital" 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah