Menyalakan Api Literasi Santriwati Nurul Hakim


SAYA sangat bersyukur dan haru karena pada Rabu 24 Mei 2023 saya berkesempatan untuk menjadi narasumber acara pelatihan menulis bertema "Menulis itu Asyik" di komplek Putri Pondok Pesantren Nurul Hakim (NH) di Kediri, Lombok Barat, NTB. Sebuah pengalaman yang sangat berharga, istimewa dan berharga. Sebab NH merupakan tempat saya mengeyam ilmu dan pengalaman pada tahun 1996 hingga 2002 silam, ya sekitar 20-an lebih tahun silam. 

Pada kesempatan kali ini saya benar-benar memanfaatkan untuk berbagi pengalaman   seputar aktivitas menulis kepada para santriwati kelas 5 Madrasah Aliyah, SMK dan Program Pendidikan Khusus. Dari cara menemukan ide dan mencicil tulisan hingga teknik menulis. Setelah itu, saya memantik peserta untuk menulis langsung, sehingga pelatihan berdampak ganda. Di samping diskusi sekaligus bertukar pengalaman dengan mereka yang rerata sudah aktif menulis, minimal untuk dokumentasi pribadi. 

Sederhananya, saya mengajak mereka untuk langsung praktik menulis, lebih dari sekadar mendengarkan materi dan pengalaman saya selama ini. Sebab saya percaya bahwa paham teori saja tidak cukup, menulis butuh tindak lanjut atau praktik. Itulah proses normal yang perlu dilakoni bila ingin sebuah pelatihan berujung pada karya tulis. Kala itu saya meminta mereka untuk menulis surat cinta kepada kedua orangtua, surat cinta untuk ayah dan bunda. Walau tema sama namun isi tulisan mereka berbeda-beda. 

Kini, saya dibantu istri saya sudah mengumpulkan dan membaca tulisan mereka satu persatu. Bahkan sudah memilah tulisan mereka sesuai karakter tulisannya. Dari tulisan mereka saya semakin percaya dan optimis bahwa mereka memiliki potensi luar biasa dalam hal kepenulisan. Mereka bakal menjadi penulis hebat, apapun profesi mereka nanti. Bagaimana pun tradisi menulis adalah warisan penting peradaban Islam yang hanya akan langgeng manakala terus diwariskan. 

Tradisi menulis santriwati NH memang bukan sesuatu yang baru. Sebab sejak awal masuk pondok biasanya sudah dilatih untuk menulis, minimal menulis saat menghadiri pengajian atau saat belajar di setiap waktu yang ditentukan. Hanya saja, menulis yang berujung pada karya tulis perlu penguatan dan arahan. Sehingga kelak dari mereka tercipta karya tulis yang layak baca. Baik dalam bentuk artikel, cerita pendek dan puisi maupun dalam bentuk buku. 

Pelatihan menulis memang bukan satu-satunya cara melatih diri untuk meningkatkan kualitas keterampilan menulis. Namun demikian, apapun namanya, pada intinya menulis perlu proses belajar sekaligus latihan yang terus menerus. Mengasah gagasan dan keterampilan menulis perlu diprioritaskan agar aktivitas menulis bukan saja menjadi kebiasaan tapi berujung pada karya tulis yang layak terbit hingga dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Semoga santriwati NH mampu menghadirkan karya tulis yang berkualitas dan menyejarah! (*)


Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Dia & Cinta" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah