JANGAN LECEHKAN GURU DAN DOSEN! 

SEPERTI biasa, saya menulis tanpa teori ini itu. Saya menulis, ya menulis saja. Apa yang terlintas dalam pikiran saya, langsung dituangkan saja ke dalam bentuk tulisan. Untuk teori dan tanda baca, saya sengaja sisihkan, biar tak mati langkah di saat memulai.

Hari ini adalah Sabtu 2 Mei 2020. Di negara kita Indonesia, 2 Mei sendiri kerap dirayakan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Saya sendiri tidak terlalu konsen untuk merayakan perayaan semacam. Bukan soal anti ini itu, tapi sejak awal saya kerap kritik perayaan yang hanya menghabiskan anggaran negara namun tak punya dampak konstruktif bagi dunia pendidikan. Mubazir alias sia-sia!

Karena itu hari ini, terutama sore ini, saya hanya menyampaikan peringatan secara terbuka kepada siapapun yang masih saja menghina atau merendahkan martabat para Guru dan Dosen. Apapun alasannya, tentu tindakan semacam itu sangat tak pantas. Bahkan tindakan semacam itu adalah sebentuk pelecehan yang tak boleh diulang lagi!

Para Guru dan Dosen tak boleh dihina dan direndahkan martabatnya karena keterbatasan mereka dalam mengajar atau mendidik, misalnya. Apalagi menuduh mereka mengajar atau mendidik karena orientasi gaji yang mereka peroleh selama ini. Itu benar-benar tindakan zolim dan norak!

Gaji seberapapun besarnya, itu selamanya tak akan sebanding dengan jasa mereka dalam mengajar atau mendidik anak bangsa dari sejak kecil hingga dewasa bahkan sebagian hingga tua. Termasuk mengajar atau mendidik anak Anda. Anda sadar kan, atau Anda sudah lupa?  

Kalau tidak percaya, silakan ajar atau didik anak Anda tanpa para Guru dan Dosen. Biarkan Anda sendiri yang mengajar atau mendidik anak Anda untuk berbagai mata pelajaran sebagaimana di sekolah atau mata kuliah sebagaimana di kampus.

Silakan evaluasi sendiri apa hasilnya dan seperti apa dampaknya kepada anak Anda. Apakah ada perubahan karakter atau akhlak ke arah yang lebih baik, apakah ada penambahan ilmu pengetahuan dan apakah ada nilai-nilai positif yang mereka peroleh? Itu terserah Anda saja.

Ingat, mengajar apalah lagi mendidik siswa dan mahasiswa tak semudah seperti yang Anda bayangkan. Sekadar contoh, dalam sebuah ruangan kelas Guru mengajar puluhan siswa beragam potensi dan selera belajar. Itu sangat repot dan butuh banyak persiapan yang tak sedikit. Mereka, para Guru itu sangat berjasa kepada anak Anda dan Anda sendiri.

Begitu juga para Dosen. Mereka juga sangat berjasa kepada anak Anda dan Anda. Misalkan dalam sekelas mereka mengajar puluhan mahasiswa yang beragam latar belakang. Bukan saja sosial dan potensi tapi juga cara pandang dan cita-cita hidupnya.

Para guru dan dosen jangan Anda lecehkan gegara anak Anda tak sehebat yang Anda inginkan. Sesekali Anda evaluasi apa yang Anda teladankan selama ini di rumah. Apakah anak Anda mudah mengikuti saran dan nasehat Anda, atau malah sebaliknya?

Kalau kepada Anda mereka enggan taat, maka sangat wajar bila di sekolah dan kampus mereka susah memperoleh ilmu dan nilai-nilai pendidikan. Kalau di rumah mereka susah Anda didik, sangat mungkin mereka enggan meneladani para Guru atau Dosen mereka.

Sekarang, berbenahlah. Menjadi orangtua siswa atau mahasiswa itu butuh sikap dewasa, bijak dan pertanggungjawaban. Tidak sekadar menagih peran para Guru dan Dosen, lalu memilih angkat tangan. Silahkan tagih juga peran dan keteladanan Anda sebagai orangtua di rumah. Karena para siswa atau mahasiswa adalah anak Anda, dan tentu saja anak para Guru dan Dosen itu juga.

Terima kasih banyak kepada para Guru dan Dosen yang telah memilih jalan mulia ini: menjadi pengajar atau pendidik yang baik bagi generasi masa kini dan masa depan bangsa. Semoga jasa baik kalian mendapat balasan terbaik dari Allah. Sungguh, Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Untuk para Guru, Dosen dan Orangtua, mari baca dan renungi secara seksama nasehat mendiang Bapak Mohammad Natsir, salah satu Perdana Menteri era awal kemerdekaan berikut ini:

”Saudara baru berada di tengah arus, tetapi sudah berasa sampai di tepi pantai. Dan lantaran itu tangan saudara berhenti berkejauh, arus yang deras akan membawa saudara hanyut kembali, walaupun saudara menggerutu dan mencari kesalahan di luar saudara. Arus akan membawa saudara hanyut, kepada suatu tempat yang tidak saudara ingini... Untuk ini perlu saudara berdayung. Untuk ini saudara harus berani mencucurkan keringat. Untuk ini saudara harus berani menghadapi lapangan perjuangan yang terbentang di hadapan saudara, yang masih terbengkelai... Perjuangan ini hanya dapat dilakukan dengan enthousiasme yang berkobar-kobar dan dengan keberanian meniadakan diri serta kemampuan untuk merintiskan jalan dengan cara yang berencana.”

Berikutnya, beliau juga menasehati kita semua dalam sebuah ungkapan sederhana dan pendek namun kaya pesan dan berdampak jangka panjang, "Suatu bangsa tidak akan maju sebelum ada diantara nangsa itu segologan Guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.”

Begitulah pentingnya Guru. Tentu termasuk juga para Dosen yang menjalankan tugas sekaligus pengabdian mulia: mengajar atau mendidik generasi bangsa sesuai yang digariskan oleh Konstitusi negara dan Peraturan perundang-undangan lainnya terutama UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jadi, jangan lecehkan para Guru dan Dosen! (*)

* Judul tulisan
JANGAN LECEHKAN GURU DAN DOSEN!

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Pendidikan Mencerahkan dan Mencerdaskan Bangsa".

Pernah dimuat di: 

https://warganet.floreseditorial.com/2020/05/02/jangan-lecehkan-guru-dan-dosen/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok