MENJALIN SILATURAHIM, MENABUNG INSPIRASI


Alhamdulillah hari ini Ahad 10 Januari 2021 saya sangat bangga dan gembira karena saya bersama istri saya Eni Suhaeni dan anak-anak kami: Azka Syakira, Bukhari Muhtadin dan Aisyah Humaira, bisa silaturahim ke Pimpinan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqoddas, Bapak KH. Ahmad Aidin, di kompleks Al-Muqoddas di Kelurahan Tukmudal, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon-Jawa Barat.

Kiai Ahmad Aidin, demikian saya kerap menyapanya, saat ini masih menjabat sebagai Ketua DPW Al-Washliyah Jawa Barat. Al-Washliyah merupakan salah satu Ormas Islam yang cukup tua. Perkembangan Al-Washliyah akhir-akhir ini cukup menggembirakan. Sebagaimana Ormas Islam lainnya, Al-Washliyah juga punya prioritas seperti dakwah, pendidikan, ekonomi dan sosial.


Pertemuan kali ini diisi dengan berbagai obrolan santai namun bergizi. Bagi saya, pertemuan semacam ini adalah momentum terbaik untuk menjalin atau nemperkokoh silaturahim sekaligus menemukan berbagai inspirasi. Silaturahim adalah energi yang berdampak dalam beragam aspek. Bukan saja dari aspek amal ibadah tapi juga dari aspek sosial. Bahkan juga inspirasi untuk terus menebar manfaat dan kebaikan serta membuka pintu rezeki yang tak disangka. 

Mengenai hal ini saya menjadi teringat dengan sebuah hadits yang sangat populer di kalangan umat Islam, "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahim." (HR. Bukhari–Muslim). Hadits ini terlihat pendek namun sangat penting. Bila diamalkan maka ia akan berdampak besar dan luas bagi pelakunya. 

Betul bahwa silaturahim adalah jalan ajaib yang membuka pintu-pintu rezeki dan dipanjangkan umur. Menjaga dan memperkuat silaturahim sangat penting dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini bukan hanya bermanfaat di dunia saja, akan tetapi untuk kebaikan di akhirat nanti. Dampak ikutannya pun berlipat ganda. Baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi. 

Tak salah bila pada pertemuan kali ini, salah satu tokoh yang digadang-gadang menjadi Sekretaris Jenderal Al-Washliyah ini menyampaikan betapa pentingnya ukhuwah islamiyah dalam berdakwah dan menjalankan aktivitas sosial. Perbedaan tempat dan mandat adalah lumrah, sementara ukhuwah islamiyah adalah keniscayaan. Karena itu, ukhuwah islamiyah tak boleh diputus hanya karena berbeda latar belakang dan aktivitas. Biarkan latar yang beragam itu menjadi medan kita untuk melakukan kebaikan dan menebar manfaat. 

Hal lain yang paling penting menurut Kiai yang jago berbahasa Arab ini adalah menjaga niat dalam mengikuti dan melakukan berbagai hal. Niat ikhlas, tujuan mulia dan orientasi kebaikan mesti dijaga, agar nilai kebaikan dan kebaikan itu sendiri menebar dan maslahat bagi banyak orang. Kalau hal ini terjaga dengan baik, maka kesuksesan bakal tercapai dengan baik. Dan, hal ini mesti menjadi perhatian bagi siapapun yang hendak melakukan kebaikan. 

Kiai yang akrab dengan semua kalangan ini sempat membacakan sebuah hadits yang sangat mashur tentang niat dari sahabat nabi Umar bin Khothob. Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan." (HR. Bukhari)

Apa yang disampaikan oleh Kiai Ahmad Aidin sejatinya sedang memastikan seluruh aktivitas seorang muslim terkait atau terpaut dengan Allah. Bila salah langkah dan tujuan maka capaiannya pun juga hanya sekadarnya saja bahkan lebih buruk. Nah, agar seluruh aktivitas berdampak baik maka semuanya mesti dikaitkan atau dipautkab dengan Allah sebagai Pencipta dengan segala kuasa-Nya. 

Mengenai hal ini saya menjadi teringat dengan sebuah firman Allah ketika Ia berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (QS. Asy Syuro: 20)

Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan maksud ayat tersebut di atas yakni, barang siapa yang tujuan usahanya hanya semata-mata mencari sesuatu keuntungan duniawi, sedangkan untuk kepentingan akhiratnya tidak terlintas sedikit pun dalam hatinya, maka Allah mengharamkan baginya keuntungan di negeri akhirat.

Sedangkan keuntungan dunia, jika Allah menghendakinya, maka Dia memberinya; dan jika tidak menghendakinya, maka Dia tidak memberikan kepadanya, baik keuntungan di dunia maupun keuntungan di akhirat. Dan orang yang berusaha dengan niat ini memperoleh kerugian di dunia dan di akhirat. 


Karena sudah menjelang sore pertemuan pun berakhir pula. Agar pertemuan semakin hikmat dan bermanfaat, maka pada kesempatan ini, saya juga sempat memberi kenang-kenangan untuk Kiai yang juga orator ulung ini, berupa buku terbaru saya yang bertema politik yaitu "Membaca Politik Dari Titik Nol" dan "Politik Cinta". Dua buku ini merupakan bunga rampai artikel saya yang bertema sosial-politik yang pernah dimuat di berbagai Media Massa (Surat Kabar) dan Media Online beberapa waktu terakhir. 

Ya, silaturahim adalah salah satu media penting yang menguatkan atau memperkokoh ukhuwah islamiyah. Bahkan juga ukhuwah wathoniyah (persaudaraan sebangsa) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan). Di sini kita bisa saling berbagi dan menebar inspirasi. Secara khusus saya sendiri pada pertemuan kali ini menemukan banyak inspirasi yang tak bisa saya tulis satu persatu pada tulisan sederhana ini. Semuanya bakal saya tabung sebagai modal dalam menjalani kehidupan dalam berbagai dinamika dan keunikannya ke depan. Minimal untuk terus menjaga niat suci dalam beramal dan terus menjaga tradisi silaturahim kepada siapapun, terutama tokoh-tokoh Ormas Islam sebagaimana yang sudah saya jalankan ke berbagai tokoh lintas latar belakang selama beberapa tahun belakangan ini. Akhirnya, terima kasih banyak Pak Kiai Ahmad Aidin. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis buku "Melahirkan Generasi Unggul" dan "Menjadi Pendidik Hebat". 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok