Mensyukuri Nikmat Sehat dan Sakit dengan Aktivitas Positif


Alhamdulillah rasa sakit yang menimpa saya dua hari terakhir sudah mulai pulih. Perut saya kembung, menurut istri saya Eni Suhaeni, saya "keanginan" atau masuk angin. Lambung saya sendiri juga sedikit terganggu. Tidak sakit tapi terasa begah. Nafsu makan sempat menurun. Tapi badan serasa sehat dan biasa saja. Hanya saja saya kepanikan. Tapi kini, rasa-rasanya saya sudah kembali sehat, insyaa Allah. Sebuah nikmat dari Allah yang tak ada bandingannya. Saya semakin percaya bahwa nikmat sehat itu merupakan salah satu nikmat terbaik dari Allah. 

Saya sangat bersyukur karena sekarang saya sudah kembali beraktivitas ringan, minimal di dalam rumah: bercanda dengan istri dan anak-anak. Termasuk untuk menulis tulisan ringan seperti tulisan ini, agar akun media sosial saya termasuk blog saya selalu terisi dengan tulisan baru. Sementara tulisan yang berat-berat termasuk untuk mengedit tesis dan disertasi para tokoh mungkin baru bisa saya lakukan beberapa hari ke depan. Selebihnya, untuk aktivitas di luar rumah mungkin perlu waktu dan penyesuaian. 

Saya layak menyampaikan terima kasih banyak kepada Bapak, Ibu dan Sahabat serta Keluarga besar yang telah mendukung, memotivasi dan mendoakan. Terutama untuk istri dan anak-anak saya yang tak pernah lelah menemani saya dalam segala kondisi. Saya tak cukup materi, saya hanya mendoakan semoga Allah membalas semuanya dengan balasan terbaik sekaligus keberkahan hidup. Sungguh, balasan Allah sangat sempurna dan bermutu. Bukan saja balasan di dunia tapi juga di akhirat kelak. Sekecil apapun kebaikan pasti Allah bakal membalasnya dengan kebaikan bahkan lebih dari satu kebaikan. 

Bagi siapapun di luar sana atau bagi mereka yang membaca tulisan ini, dari tempat tidur sambil berbaring saya mengajak semuanya: mari menjaga kesehatan sekaligus imunitas diri kita dengan disiplin berolahraga, banyak meminum air putih hangat, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan teratur. Secara khusus di masa pandemi: Covid-19 ini, mari menjaga jarak secara patut, memakai masker secara disiplin, mengurangi beraktivitas di ruang publik dan membatasi secara teratur hubungan dengan orang lain secara atau di tempat ramai. 

Hal tersebut kita lakukan, bukan saja untuk menghindarkan kita dari virus Corona, tapi juga untuk menjaga imunitas diri. Bagi yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin, semuanya tetap menjaga diri dari virus Corona atau virus lain yang bisa saja menganggu. Saya sendiri beberapa waktu lalu pernah mengalami sakit batuk dan flu karena aktivitas yang full di luar rumah selama 2 pekan. Tepatnya di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Dan itu kebanyakan di dalam mobil dan beberapa tempat penelitian sekaligus observasi. Sendiri, tidak bersentuhan dengan orang lain. Kecuali sopir dan tim.   

Saya menyadari dengan aktivitas yang intensitasnya tergolong tinggi, membutuhkan waktu tenaga dan waktu yang tak sedikit. Tenaga dan waktu pun terporsir begitu banyak. Sementara waktu istirahat dan jadwal makan bisa dibilang kurang teratur. Saya benar-benar merasakan tenaga dihabiskan ke situ. Dampaknya adalah kelelahan, batuk dan flu. Bahkan nafsu makan menurun. Lalu kini saya mengalami hal serupa. Hanya dua hari memang, tapi benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Namun kini kondisi saya sudah membaik. Alhamdulillah... 

Diantara hal yang sangat saya rasakan saat ini adalah jatah makan yang masih sedikit. Tapi kalau sudah masuk tenggorokan, rasanya ingin makan lagi. Bahkan beberapa waktu lalu sayur sop yang dimasak istri habis saya lahap. Padahal sebelumnya, jangankan sayur, melihat nasi saja enggan. Tapi sekarang nafsu makan saya semakin membaik. Saya berupaya lebih semangat lagi untuk makan. Di samping itu, saya mesti minum air hangat yang cukup, termasuk minum secara rutin madu dan obat lain yang sesuai kebutuhan. 

Hal lain yang saya lakukan adalah menulis. Hal ini mungkin terlihat agak lebay alias berlebihan. Namun itulah yang saya lakukan bila kondisi badan saya lagi kurang enak seperti yang saya alami kemarin dan hari ini. Bila badan mulai terasa enak, saya pun juga berusaha untuk menulis. Tulisan ini pun saya hadirkan agar pembaca semakin percaya bahwa menulis dapat menyembuhkan penyakit. Hal ini saya alami sendiri. Saya berupaya agar saya tidak terjebak pada sakit yang saya derita, makanya perlu pengalihan. Dan dampaknya benar-benar menenangkan. Kepanikan pun sudah tak ada lagi. 

Mengapa? Sebab dengan menulis, pikiran dan hati kita terbawa suasana. Ya tentang indahnya nikmat sehat yang Allah berikan selama ini. Mungkin hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Namun bila dicoba, nanti dampaknya sangat terasa. Bahwa menulis bisa menyembuhkan rasa sakit. Gangguan lambung, panik dan rasa lelah bisa bubar. Kelelahan pun bakal terganti menjadi tenaga dan daya baru untuk terus berkarya atau berbuat baik. Ya, nikmat sehat atau sakit mesti disyukuri. Tentu dengan cara yang baik dan dengan hal-hal yang baik pula, termasuk dengan bercanda pada istri dan anak-anak serta menulis. Selamat mencoba ya! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Moderasi dan Toleransi Beragama" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok