Dari Zoom Meeting Ke Karya Nyata
Pada acara yang dimulai pukul 20.00 WIB-selesai dan yang dihadiri oleh penulis lintas latar belakang dan daerah ini diinisiasi oleh Project Leader/Editor buku yang insyaa Allah diterbitkan pada April 2022 mendatang, Pak Yanuardi Syukur. Sebagai penyambut pembuka Pak Yanuar, demikian akrab saya menyapanya, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas peserta yang berkenan hadir pada pertemuan online ini, termasuk turut serta menyumbangkan tulisannya untuk buku baru tersebut.
Jujur saja, saya hadir pada pertemuan ini dalam kondisi kurang sehat. Sehingga untuk beberapa kesempatan hingga akhir saya hanya bisa mendengar suara tanpa memperlihatkan diri saya secara langsung. Saya mengikuti acara ini kadang sambil duduk dan berbaring, namun pada saat mendapatkan kesempatan untuk berbicara saya pun "memaksakan diri" untuk duduk. Terasa kurang sopan memang, namun kondisi tak memungkinkan. Padahal saya benar-benar ingin mengikuti acara ini secara maksimal. Mohon maaf kepada Pak Yanuar dan para senior juga sahabat yang hadir.
Pada sesi mengenalkan diri saya menyampaikan tiga poin penting, pertama, saya sangat mengapresiasi acara semacam ini. Saya merasa haru dan bangga karena bisa dipertemukan dengan para senior dan ahli di dunia kepenulisan. Mereka bukan saja berpengalaman menulis tapi juga punya karya tulis yang sudah dibaca oleh banyak pembaca lintas kota. Bahkan yang membuat saya semakin tersemangati ketika beberapa diantaranya sudah menulis ribuan artikel, ratusan buku dan masih banyak lagi. Saya benar-benar merasa kerdil betapa apa yang saya lakukan dan karyakan selama ini tak seberapa, dan karena itu perlu digiatkan dan digeliatkan lagi.
Kedua, saya mengenalkan diri sebagai orang kampung asal NTT, tepatnya di Kampung Cereng, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat. Saya merantau sejak lulus Sekolah Dasar atau SD lalu melanjutkan pendidikan di Lombok Barat-NTB pada 1996. Di sini saya melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) sampai 2002, tepatnya di Pondok Pesantren Nurul Hakim. Kemudian merantau lagi setelah lulus Madrasah Aliyah ke Surabaya-Jawa Timur. Lalu melanjutkan kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Setelah itu, saya menikah dan sejak 2010 hingga kini berdomisili di Cirebon-Jawa Barat.
Ketiga, saya sangat terinspirasi oleh para penulis yang hadir pada acara ini. Walau saya sudah menulis sekitar 40-an buku dan ribuan artikel, saya tetap perlu belajar pada mereka. Mereka adalah para penggiat yang berpengalaman dan tentu saja memiliki begitu banyak karya tulis. Bukan saja artikel tapi juga buku. Diantara mereka juga merupakan pemilik penerbitan, menjadi editor buku, menjadi penulis bayangan, dan kerap menjadi narasumber di berbagai forum serupa. Diantara mereka juga merupakan penulis puisi dan cerita pendek atau cerpen. Pokoknya, dari mereka saya sangat terinspirasi dan tersemangati untuk terus menekuni dunia kepenulisan.
Karena kondisi kesehatan tak memungkinkan untuk mengikuti acara hingga tuntas, saya pun memohon izin untuk keluar dari Zoom Meeting. Saya tidak begitu tahu apa saja yang diperbincangkan pada saat saya memilih keluar dari Zoom Meeting untuk istirahat. Tapi saya sangat percaya apa yang diperbincangkan masih seputar literasi, termasuk bagaimana membangun semangat berkolaborasi dalam memajukan dunia kepenulisan Indonesia. Apalah lagi yang hadir pada pertemuan ini berasal dari beragam latar profesi dan sosial, pasti mereka membincang hal-hal yang perlu diprioritaskan ke depan.
Ala kulli hal, pertemuan semacam ini memang sangat layak dijadwalkan kembali, sehingga berbagai hal yang menjadi prioritas ke depan bisa dipersiapkan dengan matang. Lebih praktis, saya mengusulkan agar ke depan kembali diadakan audisi penulisan buku secara "keroyokan". Hal ini menjadi perlu bukan saja untuk menyemangati saya dan kawan-kawan yang masih pemula, tapi juga memudahkan penulis di pelosok atau daerah bisa menghasilkan buku baru. Dengan pola seperti itu insyaa Allah kegiatan Zoom Meeting benar-benar bisa ditindaklanjuti secara maksimal dan mewujud atau berbentuk karya nyata, minimal buku baru lagi. Bila memungkinkan, setiap bulan menerbitkan satu buku. Bagaimana, setuju kan? (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Salesman Toyota Jadi Walikota"
Komentar
Posting Komentar