Hijrah Di Awal Tahun 1444 Hijriyah


Alhamdulillah, saya sangat bersyukur kepada Allah dan senang sekali rasanya sebab saya bisa menghadiri undangan Pengajian Bulanan dengan narasumber Ustadz Dr. KH. Rahmat Najieb (Anggota Dewan Hisbah PP. Persis sekaligus penulis Buku "Shalat Sebagaimana Petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam) hari ini Ahad 31 Juli 2022 di Masjid al-Falah, Kedawung, Cirebon-Jawa Barat. Pada awalnya saya enggan hadir karena masih kurang sehat, namun saya memaksakan diri untuk hadir. Dan alhamdulillah saya mendapatkan banyak hal yang bermanfaat, insyaa Allah. 

Ketika dulu kuliah dan hidup di Bandung 2002-2008, saya sering menghadiri pengajian beliau di beberapa tempat dan momentum. Pembawaannya yang kalem namun bahasannya bergizi. Begitu juga majalah Risalah yang aktif memuat tulisan beliau, termasuk majalah yang aktif saya baca. Sangat layak dijadikan rujukan bagi siapapun untuk penguatan pemahaman keagamaan di era modern ini. Bukan saja karena keluasan dan kedalaman ilmunya tapi juga karena keaktifan beliau untuk menulis di berbagai majalah dan media, termasuk menulis buku, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siapapun.  


Mengawali tahun baru Hijriyah memang perlu pembenahan dalam banyak sisi. Selain mendalam kembali posisi dan peranan bulan Hijriyah dalam Islam, juga mendalami berbagai pembelajaran keagamaan kepada para ahlinya. Sehingga selalu terbimbing dan tercerahkan dengan basis keilmuan yang telah diwariskan oleh para ulama dari generasi ke generasi. Hijrah mestinya tak cukup dipahami sebagai berpindah tempat, tapi lebih dari itu adalah meningkatnya kualitas pemahaman tentang ajaran agama sekaligus manfaat bagi sesama. Sehingga pengamalan ajaran agama benar-benar sesuai dengan syariat dan tidak terjebak pada kesesatan. 

Pada kesempatan ini Kiai Najib menyampaikan beberapa poin penting, pertama, Islam menempatkan waktu sebagai sesuatu yang penting. Kiai Najib pun menjelaskan bahwa Allah telah menjelaskan mengenai bulan Hijriyah, karena hal ini berkaitan dengan ibadah yang Allah syariatkan pada hamba-Nya. Allah berfirman, "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu... ." (QS. at-Taubah: 36) 


Kedua, selain tentang bulan, Islam juga mengajarkan umatnya tentang nama-nama. "Dalam al-Qur'an Allah tidak saja menyebut tentang bulan dan tahun, tapi juga tentang nama-nama", tegas ulama yang aktif menjadi narasumber di berbagai forum ini. Mengenai hal ini sangat jelas dan tegas disebutkan dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 32, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!""

Ketiga, bulan Hijriyah juga berkaitan dengan zakat dan sedekah. "Karena itu dalam Islam ada perhitungan nishob, sebuah ketentuan yang sudah pasti", lanjutnya. Allah berfirman, "..... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. at-Taubah: 34-35)

Kalau saja substansi ajaran al-Quran tentang bulan dan tahun hijriyah kita telaah secara mendalam, maka kita akan menemukan begitu banyak pesan yang dikandung di dalamnya. Betapa Islam menempatkan waktu sebagai sesuatu yang sangat penting. Bahkan tak sedikit ibadah yang berkaitan langsung dengan waktu dan tempat tertentu. Berbagai ibadah seperti haji, shaum, zakat dan sebagainya sangat berkaitan dengan waktu atau bulan yang sudah ditentukan. Sehingga dalam Islam, ibadah itu jelas dan mesti sesuai dengan apa yang ditentukan oleh syari'at. "Karena itu kita wajib mengenal bulan Hijriyah, sebab bulan ini terkait dengan berbagai ibadah yang Allah perintahkan kepada kita", ungkap Ulama asal Kota Bandung ini.

Ya, kita baru saja masuk di awal tahun Hijriyah 1444 H. Walau tak sedikit diantara kita yang masih dihadapkan dengan rasa minder untuk menyebut tahun hijriyah dan menggunakan bulan hijriyah, kita mesti bersyukur sebab kita masih diberi kesempatan untuk hidup. Ini merupakan momentum terbaik agar kita terus berbenah dan bersyukur kepada Allah sebab Allah telah mengajarkan kepada kita tentang waktu dan betapa pentingnya waktu. Awal tahun ini merupakan momentum penting bagi kita untuk melakukan banyak hal positif. Ya, hijrah di awal tahun 1444 Hijriyah. Termasuk untuk meneguhkan kembali semangat kita dalam mendalami ajaran agama dan dalam beribadah atau menjalankan perintah-Nya sekaligus meninggalkan ajaran-Nya yang tak bisa dipisahkan oleh waktu. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Moderasi dan Toleransi Beragama" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah