Amal Abadi


KEHIDUPAN di dunia ini sejatinya kehidupan sesaat. Faktanya, setiap manusia pasti meninggal dunia. Tak sedikit orang yang kita kenal, termasuk orang yang sangat dekat dengan kita, meninggal dunia mendadak. Bahkan diri kita pun tinggal menanti giliran. Ya, setiap kita pasti meninggalkan dunia yang fana ini. Allah berfirman, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali 'Imran: 185)

Walau kehidupan di dunia ini sesaat, tapi ia adalah satu-satunya tempat menyemai benih atau menanam amal terbaik kita menurut dan sesuai syariat Allah. Sehingga dalam waktu yang sekejab ini, kita dituntut untuk benar-benar memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Allah tentu Maha Tahu kebutuhan kita, sehingga Ia pun menganugerahi kita panduan kehidupan dan amal berupa al-Qur'an dan al-Hadits. Dengan demikian, kita bisa menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar dan benar-benar sesuai dengan petunjuk agama-Nya: Islam. 

Dalam Islam, bila seseorang meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali beberapa hal yang dikecualikan. Pengecualian semacam ini tentu menjadi hal istimewa dan spesial yang diperoleh oleh mereka yang mampu menghadirkan pengecualiannya. Maknanya, amal-amal pengecualian tersebut tidak akan pernah terputus dampak pahalanya kepada seseorang walaupun ia sudah meninggal. Amal-amal tersebut bukan saja berdampak ketika di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Itulah yang disebut sebagai amal abadi. 

Itu juga berarti amal-amal tersebut menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir pahala kepada yang melakukannya walaupun sudah meninggal dunia. Hal ini tentu merupakan kabar gembira bagi kita semua agar memastikan anak abadi tersebut benar-benar menjadi perhatian kita selama hidup di dunia. Sehingga kehidupan kita di dunia yang sesaat ini mampu kita isi dengan amal-amal yang dampaknya bukan saja di dunia tapi juga hingga di akhirat kelak. 

Kita tentu mesti bersyukur dan gembira karena penjelasan akan adanya amal abadi semacam ini langsung disampaikan oleh hamba Allah yang paling Allah sayangi. Beliau adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam. Beliau pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan pada sebuah hadits shahih, "Jika seorang manusia meninggal, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim). 

Apa saja amal abadi yang dimaksud? Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang sangat mashur di kalangan umat Islam tersebut, tiga amal tersebut adalah (1) sedekah jariyah. Sedekah itu terlihat sederhana dan sepele namun dampaknya dahsyat. Bukan saja meneguhkan silaturahim antar sesama ketika di dunia tapi juga menjadi amal abadi yang pahalanya terus mengalir. Lalu, (2) ilmu yang bermanfaat. Ilmu sesederhana apapun bila bermanfaat maka itu bakal menjadi amal abadi bagi yang mampu memanfaatkannya dalam kebaikan. 

Selanjutnya, (3) anak shalih yang mendoakan orangtuanya. Ini merupakan dambaan kita semua, yaitu anak-anak kita menjadi bagian dari amal abadi yang kita miliki. Begitu juga kita, menjadi amal abadi bagi kedua orangtua kita. Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggan yang luar biasa. Untuk itulah dalam Islam adanya kewajiban bagi orangtua untuk mendidik anak atau keluarganya sehingga menjadi generasi yang bertaqwa dan terhindar dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Sebab Allah bakal memberi surga bagi yang taat dan neraka bagi yang ingkar. 

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. at-Tahriim: 6). Dalam tafsir ringkas Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dijelaskan, wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dari api neraka, yakni dari murka Allah yang menyebabkan kamu diseret ke dalam neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. 

Kemudian, dalam lanjutan tafsiran Kemenag RI dijelaskan juga bahwa ada manusia yang dibakar dan ada manusia yang menjadi bahan bakar; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga tidak ada malaikat yang bisa disogok untuk mengurangi atau meringankan hukuman; dan mereka patuh dan disiplin selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka." 

Maka mendidik keluarga kita menjadi generasi yang bertaqwa adalah sebuah keniscayaan. Menanamkan iman dan adab bukan agenda sesaat dan sepele, tapi merupakan program wajib setiap keluarga. Mendalami al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber utama syariat merupakan program paling penting dan kunci, sebab di situlah berbagai hal dijelaskan, termasuk cara beriman dan bertaqwa yang benar. Di samping cara mendidik generasi kita agar menggapai kategori generasi islami, di samping gandrung dengan amal abadi yaitu aktif bersedekah, ilmunya bermanfaat dan mendoakan kedua orangtuanya. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok