Selamatkan Indonesia dengan Dakwah


BERDAKWAH merupakan aktivitas mulia yang dirindukan oleh siapapun yang terpanggil untuk mengikuti jejak sang nabi tercinta nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam. Berdakwah bermakna upaya sungguh-sungguh dalam menjalankan amar maruf nahyi mungkar sesuai dengan syariat yang Allah wahyukan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam.   Hal ini sesuai dengan apa yang diteladankan oleh beliau dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang taat mengikuti jejak langkahnya. 

Pada Jumat hingga Ahad, bertepatan dengan 12 hingga 14 Agustus 2022 nanti, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), mengadakan Pelatihan Dai Nasional. Acara ini merupakan bagian rangkaian acara Mukernas Akademi Dakwah Indonesia (ADI) III Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Acara yang diadakan di Grand Guci Hotel, Kota Bandung ini mengangkat tema "Penguatan Mutu dan Peran Akademi Dakwah Indonesia untuk Selamatkan dan Bangun Indonesia dengan Dakwah". 

Salah satu rangkaian acara pada forum ini adalah tausiyah subuh. Acara ini sebagai bagian dari upaya penguatan para da'i yang turut hadir menjadi delegasi pertemuan ini. Pada Sabtu 13 Agustus 2022, tausiyah subuh disampaikan oleh Ustadz Daud Gunawan selaku Ketua Majelis Syuro DDII Jawa Barat. Ustad Daud merupakan salah satu murid langsung pendiri DDII Pak Mohammad Natsir. Beliau aktif di DDII sejak awal DDII berdiri. 

Pada kesempatan kali ini Ustadz Daud menyampaikan beberapa hal penting yang merupakan sebagian dari warisan nilai yang pernah disampaikan oleh Pak Mohammad Natsir. Pertama,  para da'i mesti memiliki karakter pejuang dengan tujuan untuk berjuang dengan ikhlas di jalan Allah. Sebab dengan begitu, Allah ridho dan memberi petunjuk. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran. Allah firman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabut: 69)

"Karakter para pendiri DDII itu sama, yaitu memberi dan tidak memiliki. Maksudnya, tidak mengejar dunia tapi fokus pada perjuangan dakwah seperti yang Allah gariskan dalam al-Quran. Karena itu dai mesti menjaga nilai-nilai tersebut, sehingga menjadi karakter para da'i. Dengan demikian, para da'i mampu menghadapi berbagai tantangan dakwah ke depan yang semakin kompleks," ungkapnya. 

Kedua, dakwah membutuhkan kurikulum khas. Hal itu diperlukan sebagai basis yang mengarahkan gerakan dakwah. Dengan adanya kurikulum yang khas, dakwah pun semakin menemukan konteksnya. Bahkan dengan demikian, dakwah juga mampu berinovasi. "Dakwah yang terus berhadapan dengan dinamika membutuhkan kemampuan inovasi. Inovasi membutuhkan ilmu. Oleh sebab itu, dai  mesti mengilmui Islam. Sebab ayat iqra itu berlaku untuk semua usia, sampai akhir hayat. Dai tidak boleh berhenti belajar walaupun sudah bergelar doktor" lanjutnya. 

Ketiga, para da'i mesti memperjuangkan, mendakwahkan dan membela agama. Para dai tidak cukup paham agama dan mendakwahkannya, tapi juga membelanya. Hal ini perlu dipertegas agar para da'i menyadari bahwa hidupnya bukan untuk dirinya tapi untuk berdakwah: mendakwahkan Islam kepada umat manusia. Ustadz Daud Gunawan pun mengutip firman Allah, "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (QS. at-Taubah: 20) 

Keempat, hal lain, yang perlu mendapat perhatian para da'i adalah penguatan dakwah di aspek organisasi dan sektor birokrasi. Organisasi DDII dan ADI mesti dikelola dengan baik dan profesional. Para da'i mesti mampu menjaga hubungan baik dengan pengambil kebijakan, sehingga memudahkan jalan dakwah kepada masyarakat. Hal lain, para da'i juga mesti berdakwah dengan akhlak yang baik. "DDII dan ADI mesti dikelola dengan baik sehingga mampu melahirkan para da'i atau pejuang yang berakhlak baik", tegasnya. 

Kelima, para da'i mesti menjaga ukhuwah Islamiyyah dan berkarakter negarawan. Dengan demikian para da'i mesti menjadi perekat diantara keragaman umat Islam. Sebab para da'i adalah pelanjut perjuangan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam. Karena itu, para dai mesti menjaga kekokohan barisan umat termasuk berkarakter negarawan. "Para da'i itu mesti mampu menjaga ukhuwah Islamiyyah, jangan fokus pada satu komunitas umat Islam saja. Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?" (QS. al-Shof: 10)", tegasnya. 

Beberapa hal tersebut di atas merupakan bagian dari upaya DDII atau para da'i DDII dalam membenahi dan membangun Indonesia.  Kejelasan tujuan, konsistensi perjuangan, kematangan ilmu, dan ketegasan sikap para da'i merupakan modal penting dalam menjalankan peran dakwah di berbagai tempat. Para da'i mesti taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tidak berpaling dari Allah.  Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)." (QS. al-Anfal: 20).

Beginilah upaya sederhana para da'i dalam mengokohkan peran dakwahnya, baik untuk memperjuangkan dan mendakwahkan maupun membelanya. Hal ini menjadi modal yang menopang agenda penting: menyelamatkan Indonesia dari berbagai keterpurukan, keterbelakangan dan kebodohan. Sebagai mayoritas umat Islam, terutama DDII memiliki tanggungjawab dalam menjaga keutuhan negara dan memastikan umatnya memiliki iman yang kokoh, akhlak yang mulia dan mampu membela agamanya, di samping menjaga karakter negarawan. Itulah yang dilakoni oleh Pak Mohammad Natsir selama hidupnya dalam upaya menyelematkan dan memajukan Indonesia dengan dan dalam bingkai dakwah. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah