Penguatan Dai Majukan Indonesia


Pada 17 Agustus 2022 Indonesia genap berusia 77 tahun. Itu berarti 23 tahun lagi negeri ribuan pulau dan kaya akan berbagai hal ini genap berusia 100 tahun, tepatnya pada 17 Agustus 2045 nanti. Usia 100 tahun adalah usia yang cukup matang untuk sebuah bangsa besar. Apalah lagi umat Islam di Indonesia masuk kategori mayoritas bila dibandingkan dengan umat berkeyakinan lainnya, usia 100 tahun yang akrab disebut tahun emas itu, memiliki tanggungjawab besar. 

Pada Jumat hingga Ahad, bertepatan dengan 12 hingga 14 Agustus 2022 nanti, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), mengadakan Pelatihan Dai Nasional. Acara ini merupakan bagian rangkaian acara Mukernas Akademi Dakwah Indonesia (ADI) III Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Acara yang diadakan di Grand Guci Hotel, Kota Bandung ini mengangkat tema "Penguatan Mutu dan Peran Akademi Dakwah Indonesia untuk Selamatkan dan Bangun Indonesia dengan Dakwah". 


Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi dari berbagai propinsi dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Pada bagian awal kegiatan ini panitia menghadirkan Dr. Ahmad Misbahul Anam yang menyampaikan arahan pimpinan Dewan Dakwah Pusat dengan materi "Konsep Kaderisasi Dakwah Ilallah". Pada pemaparannya Doktor Misbah menegaskan pentingnya menjaga niat dan tujuan dalam berdakwah. Hal lain, beliau juga menegaskan urgensi estafeta dakwah dengan penguatan kaderisasi dan pembinaan para da'i, sehingga semakin kokoh dan siap menjalankan peran dakwah.

Selanjutnya, seperti yang tertera dalam susunan acara, panitia juga memperkenalkan delegasi ADI dari berbagai propinsi dan kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Diantaranya Sumatra Utara, Aceh, Batam, Bukit Tinggi, Lampung, Kalimantan Selatan, Sambas, Pontianak, Banten, Tangerang Selatan, Jawa Barat, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Bandung Barat, Sukabumi, Tasikmalaya, Majalengka, Purwakarta, Subang, Sumedang, Subang, Garut, Cianjur, Ciamis, Bekasi, Jawa Timur, Solo, Palu, NTB, Kupang, Palu, Sulawesi Selatan, Riau Kepulauan Riau, dan sebagainya. Termasuk memperkenalkan para pimpinan dan dosen STID Mohammad Natsir.


Pada forum ini juga dikenalkan juga profil ADI secara umum yang langsung disampaikan oleh Dr. Ujang Habibi selaku Ketua Bidang Pendidikan DDII Pusat. Doktor Ujang menyampaikan informasi kegiatan pelatihan dan pendidikan dai selama ini. Menurutnya, hingga saat ini sudah melaksanakan Pelatihan Dai sebanyak 14 angkatan yang diadakan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Acara ini merupakan bagian dari konsen DDII dalam menguatkan kapasitas sekaligus konsolidasi dai dalam menjalankan peran dakwah di seluruh Indonesia.

Menurut rencana ke depan, kegiatan pelatihan ADI akan diadakan di berbagai daerah. Sejak 2007, yang dimulai oleh ADI Sambas, kini sudah menjalankan pendidikan dan pelatihan. Menurut Doktor Ujang, khususnya di Jawa Barat, perlu penguatan dai dengan mendirikan ADI di masing-masing daerah atau kota. Sebab Jawa Barat ini merupakan propinsi terbesar dengan jumlah penduduk yang juga paling banyak. Bahkan umat Islam merupakan warga mayoritas di Jawa Barat ini. Sehingga perlu penguatan, di samping regenerasi dan kaderisasi dai melalui ADI. 


Pak Mohammad Natsir pernah mengingatkan pentingnya kaderisasi para da'i. Tapi kaderisasi yang paling apik adalah langsung terjun ke masyarakat. Para da'i muda perlu berperan langsung di tengah masyarakat, termasuk di berbagai masjid atau musola. ADI mesti memiliki kedisiplinan yang tinggi, bermental baja, tafaquh fi dien, termasuk peduli pada upaya pencerdasan dan memajukan umat yang hingga kini masih berhadapan dengan berbagai tantangan yang semakin rumit. 

Pada forum ini saya hadir mewakili DDII Kota Cirebon bersama Ketua Dewan Dakwah Kota Cirebon Pak Suparno dan Mas Ridwanullah selaku Sekretaris DDII Kota Cirebon. Saya sengaja dan bersemangat untuk hadir karena memang sejak MTs dan Aliyah (1996-2002) saya sudah membaca tulisan-tulisan pendiri DDII Pak Mohammad Natsir. Seingat saya, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim, di Kediri, Lombok Barat-NTB, tempat saya belajar adalah Ketua Umum DDII NTB. Beliau adalah TGH. Safwan Hakim (almarhum). Begitu juga pelanjut beliau, TGH. Muharrar Mahfudz, kini menjadi Ketua Umum DDII NTB. 


Saya bersyukur bisa hadir di forum ini, karena bisa bersua atau silaturahim dengan para da'i dari seluruh Indonesia. Satu hal yang unik, mereka berasal dari profesi yang berbeda-beda, namun punya keterpanggilan untuk berdakwah di daerahnya masing-masing. Para delegasi pun menyampaikan informasi dan ide mengenai ADI di daerahnya, di samping menyampaikan gagasan perihal masa depan ADI sehingga lebih produktif dalam menjalankan peran dakwah. Kegiatan semacam ini tentu menjadi momentum untuk konsolidasi sekaligus penguatan dai, sebagai penggerak dan eksekutor upaya memajukan Indonesia. (*)

* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Moderasi dan Toleransi Beragama" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah