Pola Cerdas Mendidik Generasi Alpha


PENDIDIKAN merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Bahkan dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan salah satu tujuan bernegara, yaitu " ... mencerdaskan kehidupan bangsa". Tujuan tersebut dipertegas lagi oleh UUD 1945 Pasal 31 yang menyebutkan: "ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan". 

Secara umum, penanggungjawab pendidikan (formal, informal dan non formal) terdiri dari tiga elemen yaitu pemerintah, sekolah dan orang tua sesuai dengan kewenangan dan fungsinya masing-masing seperti yang ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). 

Penyelenggarakan pendidikan bertujuan untuk menyiapkan generasi penerus yang akan menentukan kelanjutan perjalanan bangsa dan negara. Berkaitan dengan hal tersebut, pada perkembangannya para ahli telah mengkaji berbagai generasi lintas zaman berdasarkan usia tertentu, yang secara praktis mengklasifikasinya ke dalam beberapa kelompok generasi yaitu Silent Generation (1925-1945), Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1976), Generasi Y (1977-1995), Generasi Z (1996-2010), dan Generasi Alpha (sejak 2011 dan selanjutnya).  

Setiap generasi memiliki karakterisik dan kecenderungan masing-masing. Walau pun bila dilihat dari sisi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada dasarnya generasi-generasi tersebut mengenal teknologi, namun memiliki kecenderungan tertentu terutama pada keterampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan kemajuan tersebut. Bila Silent Generation (1925-1945), Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1976), dan sebagian Generasi Y (1977-1995) dianggap terlambat mengenal teknologi, maka sebagian Generasi Y (1977-1995), Generasi Z (1996-2010), dan Generasi Alpha (sejak 2011 dan selanjutnya) dianggap sangat akrab dengan teknologi. 

Bila ditelisik, Generasi Alpha merupakan generasi yang tergolong paling muda dari sisi usia. Anak yang masuk kategori ini memiliki banyak kecenderungan dan karakteristik yang berbeda dengan pendahulunya. Pada kondisi demikian diperlukan cara pengasuhan khusus sesuai ukuran psikologi dan kebutuhannya, dalam hal ini terutama yang dijalankan oleh orang tua sebagai ekosistem pendidikan sekaligus pendidik utama di rumah, diantaranya sebagai berikut: Pertama, Generasi Alpha paham tentang teknologi digital, sehingga sebagai orang tua, penting bagi para orang tua untuk untuk mengikuti dan memahaminya. Semakin baik orang tua melakukannya, mereka akan semakin menganggap orang tuanya relevan dan layak mereka ikuti.

Kedua, menjadi orang tua yang otoriter bukan sosok yang mereka sukai. Anak Generasi Alpha sangat tidak menginginkan pola asuh orang tua semacam itu. Secara psikologi pun, anak generasi ini tidak dapat diasuh dengan cara tersebut. Sebagai orangtua, cobalah untuk mengajari, mengasuh, dan mendidiknya dengan dinamika saat ini. Meski begitu, bukan berarti orang tua akan mengatakan “ya” untuk semua keinginan anaknya, sebab pada hal tertentu orang tua mesti mengatakan tidak.  

Ketiga, sebelum mengizinkan anak menggunakan gadget, orang tua harus mengetahui dengan jelas apa yang baik dan tidak di internet serta media sosial. Beri tahu juga pada anak terkait kelemahan teknologi, serta risiko yang dapat membahayakannya. Mereka perlu diberi penjelasan tentang etika bermedia sosial. Misalnya, tidak menonton video dan membaca tulisan-tulisan provokatif dan yang merusak keutuhan bangsa. Mereka juga diingatkan untuk tidak menyebar informasi yang tidak benar atau bohong alias hoax. Dengan demikian mereka sejak dini sudah mulai mengenal sisi positif dan negatif teknologi. Bahkan lebih jauh dapat menggunakannya kelak untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan masa depan bangsa mereka. 

Keempat, bila pun mereka diperbolehkan untuk menggunakan gadget, orang tua perlu menerapkan aturan waktu penggunaannya secara jelas sebelum anak dapat mengaksesnya. Hal ini dilakukan agar sejak dini mereka sudah dikenalkan secara disiplin menggunakan sesuatu, sehingga tidak menghabiskan waktu untuk mengakses berbagai informasi yang tak perlu di gadget. 

Kelima, stimulasi otak Generasi Alpha diasah melalui teknologi. Namun orang tua juga perlu memperhatikan dan mengasah emosi dan perasaan anak. Berilah mereka pemahaman tentang pengalaman positif dan inspiratif orang-orang sukses dalam berbagai bidang yang dapat mereka dengar dan mengambil inspirasi perjalanan kesuksesan para orang sukses itu untuk kesuksesan mereka kelak.  

Keenam, sebagian besar interaksi dan hubungan mereka akan dilakukan secara online. Di sini tentu sebagai orang tua, perlu mengajarkan tentang ketahanan mental dan kasih sayang, sehingga mereka akan berkembang secara emosional serta terhindar dari dampak buruk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Ketujuh, butuh teladan orang tua. Generasi Alpha sangat membutuhkan keteladanan orang tua. Karena itu,  orang tua mesti menjadi panutan bagi anak. Anak akan memiliki kecenderungan untuk memilih meneladani orang tua yang memiliki kualitas tertentu. Mereka hanya ingin meniru orang tua yang tua yang memiliki kemampuan sentuhan tertentu. 

Kedelapan, seimbangkan waktu antara keluarga dengan gadget. Tetapkan aturan tentang berapa banyak waktu yang bisa dihabiskan untuk gadget, namun jangan terlalu memaksakan waktu untuk keluarga karena mereka bisa membencinya. Mungkin perlu juga disediakan waktu khusus untuk membaca buku pelajaran dan buku non pelajaran. 

Kesembilan, waspadai konten apa yang mereka lihat secara online tapi jangan terlalu mencurigainya. Meski demikian, orang tua harus ada untuk membantunya. Bimbing mereka untuk menggunakan gadget dengan baik dan memastikan mereka hanya akan mengakses hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan masa depan bangsanya. 

Kesepuluh, bangun hubungan yang baik dengan anak. Orang tua mesti menjadi komunikator yang layak mereka dengar. Lakukan komunikasi dengan terbuka dan jadilah orang yang dapat mereka andalkan lebih dari siapapun. Sebab mereka sangat ingin orang yang mereka ajak bicara sangat mengerti apa yang mereka bicarakan. Di sini dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik dan sesuai usia mereka.  

Pada era digital ini, orang tua terutama yang memiliki anak usia Generasi Alpha menghadapi berbagai masalah yang rumit seperti kasus kriminal yang sering viral, prank atau tipuan, dan semua games. Hal lain, munculnya berbagai tayangan dan video yang justru mencerabut akar moral dan merusak masa depan mereka. Pada kondisi demikian, orangtua mesti apik menjalankan peran dan tanggungjawabnya. Orang tua mesti cerdas, paham pendidikan, dan melek teknologi serta menjadi teladan kebaikan secara nyata bagi anak-anak mereka. Di samping itu, orang tua juga mesti paham dan mampu menjalankan pola asuh yang relevan bagi anak-anaknya. (*) 


* Oleh: Eni Suhaeni, Guru SDIT Ibnu Abbas, Talun, Kabupaten Cirebon


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah