Jurus Mendidik Anak Di Era Digital


SALAH satu hal penting dalam kehidupan orangtua terutama di era digital ini adalah pendidikan anak. Pendidikan anak menjadi penting karena mampu mempengaruhi karakter dan masa depan anak. Sehingga sangat wajar bila pendidikan anak, termasuk melalui lembaga pendidikan keluarga, mendapat perhatian banyak orang. Bagaimana pun, pendidikan keluarga merupakan unit atau lembaga pendidikan paling pertama dan utama anak. Di sini, orangtua adalah pendidik pertama dan utamanya. 

Hal ini terungkap dalam acara Talkshow Parenting bertema "Membangun Solidaritas Bersama Anak; Kiat Menghadapi Tantangan Di Era Digital" yang diselenggarakan di Lantai 5 Gedung 2 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syeikh Nurjati Cirebon pada Kamis 24 November 2022. Pada acara yang dihadiri oleh mahasiswa program studi PIAUD FTIK dan umum ini menghadirkan dua narasumber yaitu Jazariyah, M.Pd. dan Syifauzakia, M.Pd., keduanya Dosen program studi PIAUD FTIK IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.

Pada kesempatan ini narasumber pertama  Jazariyah, M.Pd. menegaskan pentingnya proses penggalian potensi anak dalam pendidikan anak. Proses ini berlangsung sejak dini dan terus menerus, sehingga berdampak baik dan berlanjut bagi kepribadian anak.  Menurutnya, orangtua mesti memiliki modal dan kemampuan tertentu, diantaranya, pertama, orangtua perlu modal pengetahuan seputar pendidikan anak, termasuk psikologi anak. Kedua, mampu menggali potensi anak. Kedua modal ini menjadi modal dan penopang orangtua dalam menjalankan perannya. 

"Penentu pendidikan anak adalah orangtuanya. Orangtua yang telaten dan memiliki kemampuan mendidik akan membawa dampak tertentu bagi anaknya. Karena itu, anak mesti memiliki pengetahuan seputar pendidikan anak, termasuk psikologi anak. Hal lain tentu saja orangtua mesti mampu menggali potensi anaknya. Inilah modal sekaligus penopang orangtua dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi anaknya di pendidikan keluarga",  ungkapnya. 

Hal tersebut meniscayakan orangtua mesti banyak membaca dan menggali berbagai sumber ilmu pengetahuan. Orangtua mesti "paksa diri" agar semakin memiliki kompetisi yang layak sebagai orangtua yang berjiwa pendidik. Dengan demikian, orangtua tidak kagetan dengan sikap dan perkembangan anaknya dari waktu ke waktu. Baik dari saat anak masih bayi maupun ketika sudah mulai menempuh pendidikan Play Group, TK, SD dan seterusnya. Bahkan anak semakin menyadari dan mengenal potensi dirinya. 

Kedua, menggali perasaan anak dengan sabar dan kreatif. Kemampuan menggali potensi anak akan memudahkan orangtua dalam mengenal kepribadian dan karakter anaknya. Sehingga orangtua semakin mengenal apa yang mesti dilakukan bila anak melakukan tindakan tertentu atau memiliki sikap yang agak berbeda dari biasanya. Hal ini memang sulit, namun bila orangtua sukses menjalankan ini maka pendidikan anak bakal berjalan dengan baik. 

Pertanyaannya, bolehkah memberi sangsi dalam mendidik anak? Pertanyaan seperti ini tentu kerap kita dengar, bahkan kita sendiri menyampaikan pertanyaan yang sama. Menjawab pertanyaan ini, Syifauzakia, M.Pd. selaku narasumber kedua menjelaskan dalam pendidikan anak diperlukan dua hal yaitu ketegasan dan keberanian dari orangtua. Hal tersebut dapat menghadirkan sikap dan respon anak kepada orangtuanya, baik pada saat anak beraktivitas maupun pada kondisi santai. 

Ketegasan bukan berarti keras, tapi lebih kepada kemampuan mengarahkan sekaligus menegaskan sebuah sikap atas sikap atau apa yang dilakukan oleh anak. Pada saat yang sama, orangtua juga mesti berani dalam bersikap. Bila anak sudah mulai melawan dan bersikap yang cenderung negatif, maka orangtua mesti berani bertindak. Tentu masih dalam bingkai mendidik, bukan untuk tindakan kekerasan. Sehingga anak tidak merasa diintimidasi, tapi merasa diarahkan dan dilindungi. 

Kemampuan orang tua untuk bersikap tegas dan berani, terutama bila anak sudah kerap melawan orangtua dengan sikap yang semakin negatif, akan berdampak baik bagi anak. Sebab dengan demikian anak tidak terjebak dalam sikap egoistis yang terus membuncah dan tak terkendali. Bahkan bila berlangsung dengan baik dan optimal, maka anak menyadari dan semakin menghormati posisi orangtua tanpa merasa digurui atau direndahkan posisi juga potensinya. 

"Pendidikan anak juga butuh ketegasan dan keberanian terutama bila anak sudah mulai melawan dan menunjukkan sikap yang negatif yang membahayakan dirinya. Hal lain tentu saja membuat aturan yang rasional dan relevan bagi anak. Aturan tersebut mesti disepakati dengan diawali dengan loby dan komunikasi yang mudah dipahami anak. Sehingga anak merasa terlibat dan semakin menyadari sikap orangtua dan konsekuensi dari kesepakatan yang sudah dibuat", ungkapnya. 

Era digital memang penuh tantangan, terutama bila anak sudah terbiasa menyaksikan media sosial dan TV yang berisi beragam konten. Di sini orangtua bukan saja mesti memiliki pemahaman keagamaan dan moral yang baik, tapi juga pengetahuan seputar pendidikan anak dan psikologi anak. Selain itu, tentu saja orangtua mesti memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan melek teknologi juga informasi. Orangtua juga mesti bersyukur, bersabar dan telaten dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Menjadi Pendidik Hebat Di Era Digital"

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah