Retorika Dakwah


Secara sederhana dakwah adalah upaya sungguh-sungguh mengajak manusia kepada kebenaran dan menghindar dari kemungkaran. Tugas dan peran dakwah merupakan urusan penting, sehingga para da'i mesti memiliki kemampuan tertentu. Ya, dalam menjalankan peran dakwah, terutama dakwah dalam bentuk khutbah tentu membutuhkan kemampuan komunikasi dan retorika yang baik. Di sini, da'i atau khotib mesti memiliki kemampuan komunikasi dan retorika yang baik, tepat, dan mudah dipahami oleh pendengar atau audiens. 

Dalam rangka membentuk kader da'i dan khotib yang profesional pada Jumat-Ahad 25-27 November 2022 At-Taqwa Center bekerjasama Baznas Kota Cirebon mengadakan Pelatihan Kader Khotib dan Da'i Profesional Se-Ciayumajakuning di Aula Utama Islami Center at-Taqwa, Kota Cirebon. Setelah pembukaan dan materi pertama pada hari pertama (Jumat/25/11/2022), pada hari kedua (Sabtu/26/11/2022) materi pertama panitia menghadirkan narasumber Dr. H. Ayub Ahmad Furqon Aminullah, M.Ag. (Kepala Seksi PAIS Kemenag Kota Cirebon) yang menyampaikan materi "Retorika Dakwah Khutbah Jumat". 

Retorika dakwah merupakan cabang dari ilmu komunikasi yang membahas tentang bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain melalui seni berbicara agar pesan kita dapat diterima. Dengan demikian, retorika dakwah adalah kepandaian menyampikan ajaran Islam secara lisan guna terwujudnya situasi dan kondisi yang islami, sehingga ajaran Islam diterima dan mampu dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh. 

Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa retorika dakwah adalah pidato atau ceramah yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke jalan Allah atau Tuhan (sabili rabbi) mengacu pada pengertian dakwah. Pemahaman tentang dakwah sendiri sudah menjadi khazanah yang mashur dalam Islam. Mengenai hal ini, Allah berfirman, "Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…” (QS. An-Nahl: 125)

Dari pemaparan Doktor Ayub, saya mencatat bahwa para da'i atau khotib perlu memiliki dan memperhatikan beberapa hal, pertama, komunikatif. Da'i yang baik bakal mampu menjalankan peran dakwahnya bila memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik dan efektif manakala menyesuaikan dengan kondisi dan pengetahuan audiens. Da'i atau khotib perlu memahami secara umum seperti apa pengetahuan audiens. Dengan demikian, da'i atau khotib mampu menyampaikan dakwah atau khutbahnya dengan baik dan mudah dipahami audiens.  

Hal lain, tentu saja da'i mesti memiliki kemampuan retorika yang baik. Da'i mesti mampu menempatkan suaranya pada momentum yang tepat, besar atau kecilnya. Retorika da'i dapat memudahkan audiens dalam memahami isi dakwah, terutama isi khutbah Jum'at. Kemampuan da'i dalam menyesuaikan komunikasi dan retorikanya dapat memudahkan konten dakwah mudah diterima dan dipahami oleh audiens. Sehingga konten dakwah semakin berdampak baik bagi upaya peningkatan kualitas iman, taqwa dan akhlak audiens dalam kehidupan kemasyarakatan. 

Kedua, pengetahuan luas. Dalam dakwah terutama khutbah, kemampuan komunikasi dan retorika saja belum cukup. Karena itu, da'i atau khotib mesti memiliki pengetahuan yang luas. Di sinilah pentingnya membaca dan memahami banyak rujukan. Da'i atau khotib tidak saja membaca satu atau dua rujukan, tapi banyak rujukan. Da'i atau khotib mesti meningkatkan kualitas dirinya, selain menjaga akhlak baik juga pengetahuan yang luas dan mendalam, minimal seputar materi dakwah, ceramah dan khutbahnya. Sehingga da'i atau khotib tidak terkesan menggurui, tapi lebih kepada menyadarkan audiens dengan lemah lembut dan menimbulkan kemaslahatan. 

Retorika dakwah memang sebuah kemampuan yang tidak bisa tidak mesti dimiliki oleh da'i atau khotib. Hal ini bukan saja karena kebutuhan para audiens untuk mendapatkan konten yang mencerahkan tapi juga sebagai upaya untuk melahirkan da'i yang kompeten bahkan profesional. Secara umum retorika dakwah akan berdampak baik pada audiens manakala da'i punya ilmu dan perspektif yang luas sesuai dengan keragaman audiens. Kemampuan beretorika dapat memudahkan audiens untuk mendengar, memahami dan mengikuti pesan dakwah. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis "Merawat Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok