Semakin Produktif Menulis, Optimis Bisa!


MANUSIA adalah makhluk terbaik yang pernah Allah ciptakan dengan segala macam potensi dan keunikannya. Diantara potensi yang akrab dan sering kita saksikan sendiri yaitu akal sehat. Akal adalah medium penting yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Sehatnya akal akan memudahkan kita untuk memahami segala sesuatunya, bahkan mampu menempatkan suatu pada martabatnya yang tepat. 

Kini kita masih berada di tengah situasi pandemi: Covid-19. Bencana non alam ini membuat kehidupan kita berjalan tidak normal. Karena itu, kita dipaksa untuk melakukan penyesuaian sehingga mampu melalui kondisi semacam ini secara produktif. Jangan sampai bencana ini justru menimbulkan bencana baru yang berdampak buruk bagi kehidupan kita, keluarga bahkan bangsa kita. Memang kondisi ini cukup berat, namun semuanya bisa dilalui bila kita selalu terpantik untuk berbenah dan melakukan berbagai inovasi yang berguna. 


Berkaitan dengan hal ini saya merasa bersyukur dan bangga karena bisa menghadiri acara "Dialog Literasi" sebagai rangkaian acara Musyawarah Wilayah (Muswil) I Rumah Produktif Indonesia (RPI) Sulawesi Selatan pada Sabtu 5 November 2022. Pada pembukaan forum yang mengangkat tema "Transformasi Regenerasi Dalam Mewujudkan Cita, Satukan Rasa untuk Sulsel lebih Produktif" ini, beberapa tokoh didaulat sebagai narasumber, salah satunya Dr. (C) Yanuardi Syukur, M.Si. (Presiden RPI). 

Pada sambutan sekaligus materinya, Mas Yanuardi Syukur menyampaikan bahwa ada tiga kunci menjadi penggiat produktif, yaitu (1) pengenalan diri, (2) manajemen waktu, dan (3) bersinergi dan berkolaborasi. Menurutnya, pada era kemajuan dan perkembangan zaman  yang sulit diprediksi ini setiap orang mesti mampu menjaga ketahanan diri sekaligus kreatif dalam menanggulangi berbagai tantangan yang dihadapi. 

Pada tulisan ini saya berupaya mengelaborasi kembali tiga kunci produktifitas yang disampaikan oleh Mas Yanuardi Syukur, dengan harapan bisa menjadi lebih bermanfaat bagi banyak pembaca. Pertama, pengenalan terhadap diri sendiri. Be your self, jadilah dirimu sendiri! Ungkapan ini sangat bermakna. Mengenal diri sendiri merupakan suatu proses kreatif perihal dari mana kita berasal, di mana kita sekarang dan ke mana kita kelak. Semua yang ada di bumi ini bersifat fana dan berakhir. Karena itu mengenal diri menjadi penting dan perlu kita lakukan secara terus menerus. 

Mengenal diri merupakan upaya sederhana namun berdampak jangka panjang, bukan saja di dunia tapi juga di akhirat kelak. Mengenal diri yang paling sederhana adalah kita mampu memanfaatkan anggota tubuh kita dalam berbagai bentuk. Telinga kita untuk mendengar hal-hal yang perlu, mata kita melihat hal yang pantas, tangan kita menulis hal-hal yang bermanfaat, dan begitu seterusnya. 

Kedua, manajemen waktu. Ungkapnya bijak mengingatkan, waktu itu bagai pedang, bila kita tidak menggunakan dengan baik maka waktu itu bakal menebas diri kita. Sejarah mengingatkan kita tentang sosok-sosok yang mampu mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat. Mereka mampu berkarya, seperti menulis buku yang monumental, sehingga mereka dan pemikirannya mampu dikenal bahkan menjadi rujukan banyak orang. 

Dengan manajemen waktu yang baik maka kita semakin memahami bahwa kehidupan ini mesti dilalui dengan berpijak pada visi, misi dan tujuan hidup yang jelas. Jangan sampai ada detik-detik yang dilalui hanya berlalu begitu saja tanpa manfaat apa-apa. Adanya kejelasan tujuan hidup membuat kita semakin memahami betapa pentingnya hadir dalam kehidupan ril secara produktif. Bahkan kita mampu semakin mampu melangkah dengan langkah yang lebih bermakna. 

Ketiga, bersinergi dan berkolaborasi. Hal ini menjadi penting terutama era ini meniscayakan untuk melakukan itu. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan kita untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam hal-hal produktif dan bermanfaat. Jangan harap orang yang kita kenal bisa membantu kita seutuhnya, sebab setiap orang memiliki potensi dan konsen tersendiri. Di sinilah pentingnya sinergitas dan kolaborasi namun tetap dalam bingkai keikhlasan dan saling menghormati potensi masing-masing. 

Budaya ilmu adalah salah satu penentu sinergi dan kolaborasi era ini. Sebab perkembangan ilmu dan informasi juga terus berubah dan berkembang.  Perspektif tentang suatu hal pun pasti beragam. Hal ini akan memungkinkan hadirnya berbagai perspektif yang berasal dari latar belakang kita yang juga beragam. Bagaimana pun, suatu bangsa yang kuat kalau mereka tidak punya budaya ilmu maka mereka akan ditaklukkan oleh mereka yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

Tiga kunci produktif di atas bukan saja berlaku dalam menjalani kehidupan, tapi juga termasuk dalam dunia kepenulisan. Menulis perlu memperhatikan potensi dan keterampilan kita. Kita perlu banyak membaca, melek informasi dan terus berlatih. Keterampilan menulis kita bakal terasah manakala terus diasah, sehingga potensi literasi dalam diri kita semakin menemukan aktualisasinya. Kita mesti mampu mengisi setiap detik yang dilalui secara produktif. Pada saat yang sama kita juga mesti mampu bersinergi dan berkolaborasi dengan siapapun dalam bingkai produktifitas, termasuk berkarya atau menulis: cerita pendek, puisi, novel, buku dan serupanya. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia" 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok