Seruan Presiden Prabowo di Forum D-8
Dalam pidatonya pada sesi khusus KTT D-8 yang berlangsung di stana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Presiden Prabowo dengan tegas menyerukan beberapa hal penting sebagai berikut. Pertama, pentingnya kerja sama antarnegara Muslim. Presiden Prabowo menyoroti lemahnya solidaritas antarnegara Muslim pada sejumlah isu, seperti perdamaian dan kemanusiaan. Menurutnya, negara-negara Muslim begitu pandai menyatakan dukungan pada Palestina dan negara Muslim lainnya yang sedang dijajah dan mengalami berbagai konflik, tapi itu sekadar pernyataan tanpa tindak lanjut yang konkret.
“Kita harus melihat realitas dari situasi ini. Kita selalu menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa?” ucap Presiden.
Presiden Prabowo mengatakan bahwa dalam beberapa pertemuan sejumlah negara mengeluarkan pernyataan dukungan dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara lain. Namun, menurutnya hal tersebut tidak diimbangi dengan langkah nyata untuk menciptakan perubahan. Sehingga tak sedikit yang menganggap itu hanya basa-basi semata.
“Ketika saudara kita kesusahan, kita memberikan pernyataan dukungan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Maaf ini opini saya, tapi mari kita lihat realitasnya. Kita harus bekerjasama, menyamakan suara, dan tidak terpecah belah,” tegasnya.
Kedua, negara-negara Muslim tidak boleh terjebak dalam upaya adu domba yang dilakukan kepentingan lain. Pada kesempatan tersebut, Presiden Prabowo juga mengkritik strategi devide et impera yang masih melemahkan solidaritas antarnegara Muslim. Presiden Prabowo menyebut konflik internal di beberapa negara Muslim menjadi contoh nyata adanya konflik internal di antara sesama. Konflik tersebut bukan saja merusak kondisi dan stabilitas nasional internal negara tapi juga menimbulkan instabilitas hubungan antar negara.
“Kapan ini akan berakhir? Bagaimana kita bisa membantu Palestina kalau kita saling bermusuhan antar sesama? Mari kita jujur kepada rakyat kita,” ungkapnya.
Ketiga, negara-negara Muslim mesti sadar bahwa dunia internasional tidak menghormati suara negara-negara Muslim. Ya, Kepala Negara menilai bahwa dunia internasional tidak menghormati suara negara-negara Muslim. Bahkan, isu hak asasi manusia (HAM) sering kali tidak berlaku bagi umat Muslim. Selama ini negara-negara Muslim dipaksa menjadi pengikut semata dan haknya dirampas oleh penjajah, padahal dunia Islam memiliki potensi, kekayaan alam dan mampu menjadi kekuatan internasional yang layak disegani.
“Hak asasi manusia bukan untuk orang Muslim. Ini kenyataannya, sangat menyedihkan. Mari kita kerjakan apa yang kita bisa, tapi tetap lihat realitanya dan jujur dengan diri kita sendiri,” lanjutnya.
Keempat, negara-negara Muslim harus menjaga persatuan dan kerjasama konkret, lebih dari pertemuan dan pernyataan sikap. Presiden Prabowo menyerukan persatuan, kerja sama yang erat, dan kesadaran akan situasi global yang dihadapi umat Muslim. Menurutnya, Indonesia berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dalam penguatan kerja sama di antara negara Muslim. Hal ini bukan saja sebagai komitmen negara berpenduduk mayoritas muslim, tapi negara yang dulu pernah mendeklarasikan Konferensi Asia-Afrika yang disegani berbagai negara di dunia.
“Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin, dengan cara apapun yang kita bisa, tapi saya mendorong persatuan. Saya mendorong kerjasama,” tegasnya.
Seruan Presiden Prabowo pada forum tersebut sejatinya menegaskan tujuan bernegara Indonesia yang secara tegas disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu (1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) Memajukan kesejahteraan umum, (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan-tujuan tersebut saling berkaitan dan penting untuk dicapai, termasuk dalam konteks diplomasi dan koneksi dengan berbagai negara di level internasional. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia"
Komentar
Posting Komentar