Ketika Netizen Sukses "Memecat" Miftah dari Jabatannya
Ya, hari-hari ini kita dikagetkan oleh ungkapan tak patut yang disampaikan oleh seorang pejabat publik yang sedang didaulat menjadi pembicara di sebuah forum suci keagamaan yang berlangsung di sebuah daerah di Jawa Timur. Namanya Miftah Maulana Habiburrahman, Pimpinan Ponpes Ora Aji di Sleman, Jogjakarta. Miftah resmi dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan beberapa waktu lalu.
Miftah pun menjadi viral di media sosial setelah sebuah video yang memperlihatkan dirinya menghina atau mencela Sunhaji. Dalam video tersebut, Miftah terlihat mengeluarkan kata-kata kasar kepada Sunhaji saat acara pengajian. Ia duduk di atas panggung sambil mengolok-olok pedagang es teh tersebut, yang membuat para hadirin tertawa. Namun, perilaku Miftah ini menuai kritik dari warganet, yang menganggap sikap tersebut tidak pantas, mengingat Miftah adalah seorang pendakwah dan pejabat penting.
Presiden Prabowo melalui Kantor Komunikasi Kepresidenan menegaskan bahwa presiden sangat peduli pada seluruh masyarakat Indonesia apapun profesi dan karirnya yang sah di bumi Indonesia. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Hasbi memastikan Presiden Prabowo Subianto sudah mengetahui tindakan dari utusan khususnya tersebut. Dia pun secara langsung sudah menegur melalui pesan yang disampaikan Sekretaris Kabinet atau Seskab Mayor Teddy Indra Wijaya.
"Presiden Prabowo Subianto sangat menghormati dan menjunjung tinggi adab terhadap siapa pun, terhadap rakyat kecil terhadap pedagang kaki lima, terhadap nelayan, terhadap petani, terhadap siapa pun. Semua orang yang bekerja keras, mereka memeras keringat mencari rezeki yang halal untuk kebutuhan keluarga mereka," ungkap Hasan Nasbi selaku Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan.
Masyarakat sangat maklum dan tahu bahwa beberapa waktu lalu Miftah dilantik bersamaan dengan enam tokoh lainnya. Kala itu Presiden Prabowo meminta Miftah untuk memperkuat komunikasi internasional mengenai moderasi dan toleransi beragama. Sebagai Utusan Khusus, Gus Miftah juga akan berperan aktif dalam mengawal berbagai isu kerukunan beragama di Indonesia. Hal ini tentu menjadi tugas berat dan besar, yang hanya bisa diemban oleh sosok yang pantas diteladani dan bukan sosok yang meresahkan masyarakat luas.
Namun apa yang dilakukan Miftah telah merusak nama baik Presiden Prabowo Subianto. Bahkan mencederai jabatan dan berbagai tugas mulia yang seharusnya ia junjung tinggi dan jalankan. Bahkan cacian, hinaan dan celaan yang dilakukan Miftah sebagai pejabat publik dan penceramah telah mencoreng panggung ceramah keagamaan yang mestinya dirawat dan dijaga. Sikap toleransi dan menghormati orang lain telah dirusak oleh sikap angkuh Miftah sendiri. Apa yang dilakukan, baik sebagai pejabat maupun penceramah, sangat menyakiti pedagang es teh manis dan masyarakat waras di seluruh Indonesia.
Karena itu, berbagai elemen masyarakat dari berbagai tempat dan beragam organisasi di seluruh Indonesia, atau netizen, mendesak Presiden Prabowo Subianto segera memecat Miftah dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Ia tak pantas menempati jabatan mulia dan penting tersebut. Apalah lagi ia digaji dari pajak masyarakat, tentu sangat tak pantas. Dia haram mengemban jabatan penting negara dan haram pula mendapatkan gaji dari pajak masyarakat Indonesia. Sungguh, masih banyak tokoh yang berintegritas sehingga lebih layak mengemban jabatan itu.
Permintaan netizen pun akhirnya sukses, sebab pada Jumat siang ini (6/12/2024), Miftah menyatakan mengundurkan diri dari jabatan yang diemban. Di hadapan awak berbagai media ia menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan mengundurkan diri dari apa yang dimandatkan negara melalui Presiden Prabowo beberapa waktu lalu. Dari kejadian ini kita mendapat pelajaran berharga betapa pentingnya menjaga lidah dari ucapan yang tak pantas atau merendahkan alias mencela orang lain. Pejabat dan penceramah tak boleh seenaknya mengolok-olok orang lain yang mengais rezeki halal. Semoga tak ada lagi pejabat atau penceramah yang melakukan hal serupa. Sebab bukan saja netizen yang akan melawan, tapi juga kuasa Allah. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia"
Komentar
Posting Komentar