Membaca Ulang Sejarah Indonesia


“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”, ungkap Bung Karno yang sering dikutip oleh berbagai kalangan pada berbagai forum dan kesempatan. Apa yang diungkap oleh sang proklamator Indonesia itu perlu dijadikan renungan bagi kita pada era ini dan nanti. Hal ini sebagai penegasan betapa sejarah mengandung pesan dan makna tersendiri. Sukses membaca sejarah akan memungkinkan bangsa kita untuk menemukan kejayaannya. 

Secara sederhana, sejarah adalah sebuah kejadian yang berlangsung pada waktu lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan beragam peristiwa. Dalam ungkapan lain, sejarah adalah pengalaman manusia dan ingatan manusia yang diceritakan kembali dalam situasi atau waktu tertentu. Tentu sejarah yang dimaksud bukan sekadar tumpukan kertas biasa, sebab ia memiliki makna dan pesan tersendiri, yang dalam konteks bangsa Indonesia kita jadikan sebagai cermin dalam melangkah ke masa depan. 

Sejarawan muslim ternama Abdur Rahman Ibn Khaldun (w. 808 H), yang terkenal dengan Ibnu Khaldun, dalam kitabnya yang masyhur, Muqaddimah (2005, h. 3, dan 28), menjelaskan hakikat sejarah dan hikmah sejarah. Ia mengatakan, “Hakikat sejarah adalah tentang masyarakat umat manusia. Sejarah identik dengan peradaban dunia; tentang perubahan yang terjadi pada watak peradaban itu sendiri, seperti keliaran, keramah-tamahan, dan solidaritas (‘ashabiyyât); tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan berbagai macam tingkatannya; tentang kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupannya, maupun dalam ilmu pengetahuan dan pertukangan; dan pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi dalam peradaban karena watak peradaban itu sendiri.”

Bila kita telisik sejarah bangsa-bangsa, kita dapat mengatakan bahwa setiap bangsa di bumi ini mempunyai sejarah masing-masing, meski tidak semua bangsa mempunyai catatan sejarah secara tertulis. Dengan mempelajari sejarah bangsa kita maka dengan sendirinya kita mengenal apa yang mesti dilakukan oleh bangsa kita ke depan. Sebaliknya, bila kita melupakan sejarah berarti kita kehilangan jejak. Sejarah pun merupakan petunjuk tentang nilai-nilai dan perjuangan sebuah bangsa, dalam hal ini Indonesia.   

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang. Konon ia sudah dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan “Manusia Jawa” yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Bila ditelisik secara sepintas, periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era, yaitu (1) Era Prakolonial, (2) munculnya kerjaan-kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Jawa, Sumatra dan Kalimantan yang (terutama) mengandalkan perdagangan; (3) Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa terutama Belanda, Protugis dan Spanyol yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; (4) Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); (5) Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Orde Reformasi yang berlangsung sejak 1998 hingga saat ini. 

Secara khusus, pada masa penjajahan Belanda, para pahlawan di nusantara ini berperang melawan penjajah itu. Mereka adalah Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura, Cut Nyak Dien dan lainnya. Walau kala itu penjajah Belanda masih bertahan dan menjalankan politik pecah belah dengan mengadu domba antara suku-suku bangsa di nusantara, namun perjuangan para pahlawan itu kelak membuahkan hasil yang sangat bersejarah: Indonesia merdeka! 

Pada awalnya para pejuang belum bersatu untuk bersama-sama melawan Belanda, sehingga perjuangan mereka untuk merdeka belum terwujud. Pengalaman masa lalu tersebut memengaruhi bangsa Indonesia ketika mengobarkan perang kemerdekaan melawan penjajah menjelang proklamasi 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia pun bersatu, berjuang dan berperang secara serentak di seluruh wilayah Indonesia dalam sebuah semboyan heroik “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.  

Perubahan kompas sejarah yang terjadi pada masa lalu tersebut memengaruhi kehidupan berbangsa kita pada masa selanjutnya. Perubahan sejarah tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan kita sebagai bangsa besar seperti sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sehingga di era selanjutnya para pendahulu terus berupaya agar tidak terjebak dalam kepentingan sesaat yang mencerai-beraikan mereka sebagai sebuah bangsa yang bersatu dan mesti merdeka dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia. 

Pada awal abad 20, para pendahulu kita menginisiasi berbagai agenda untuk merencanakan kemerdekaan. Mereka berasal dari berbagai organsiasi dan latar sosial. Mereka menyadari bahwa penjajahan hanya akan berakhir ketika seluruh elemen bersatu padu dan tidak menjual diri kepada para penjajah. Mereka pun sukses menginisiasi berbagai aktivitas penting yang kelak berujung pada diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia pun menjadi satu negara baru yang pada 17 Agustus 2023 genap berusia 78 tahun. Tanpa perjuangan para pendahulu yaitu para pejuang atau pahlawan itu, bisa jadi hingga kini kita masih dijajah atau sudah mati tertembak peluru penjajah durjana itu. 

Dari perspektif Ibnu Khaldun tentang sejarah dan hikmahnya, kita dapat mengatakan bahwa hikmah dari mempelajari sejarah Indonesia adalah untuk memahami ihwal bangsa dan negara kita dari waktu ke waktu. Sehingga kita semakin memahami bagaimana situasi dan kondisi yang membentuk suatu perubahan ke arah yang lebih baik di masa mendatang. Bahkan kita bisa memahami bagaimana berbagai negara di dunia memperluas wilayahnya, bagaimana mereka memakmurkan bahkan merusak planet bumi, sehingga terdorong mengadakan perjalanan jauh sekaligus penjajahan, hingga ditelan waktu dan lenyap dari punggung bumi. 

Pelajaran penting dari membaca sejarah Indonesia adalah bahwa bangsa kita tersusun dari keragaman dan perjuangan panjang. Dengan demikian, tugas kita dalam mengisi kemerdekaan adalah merawat keragaman dan turun tangan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa. Sebab bangsa kita hanya akan kokoh dalam satu bangunan persatuan manakala kita mengambil langkah nyata untuk merawat keragaman dan mengambil bagian dalam memajukan bangsa kita. Sederhananya, jangan pernah terusik dengan perbedaan kita, sebab bangsa ini memang terlahir dari keragaman. 

Kita mesti optimis dan percaya diri bahwa dengan segala potensi dan kekayaan alam yang dimilikinya bangsa kita mampu bangkit dan menjadi negara besar yang berpengaruh bagi peradaban dunia. Kita rindu bangsa Indonesia yang kita cintai ini mampu menyusun sejarahnya sendiri yaitu sejarah peradaban bangsa yang maju dan mampu memajukan bangsa sekaligus peradaban lainnya di dunia. Semoga setiap kita berperan dan berkontribusi dalam laju sejarah bangsa Indonesia yang baru dan maju, baik kini maupun nanti! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Ikhtiar Merawat Indonesia” 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah