Publish or Perish!


Menulis merupakan aktivitas mulia yang menjanjikan. Selain merupakan bagian dari tradisi kunci keilmuan, menulis juga menjadi media dokumentasi ide dan hal-hal inspiratif. Di samping itu, menulis juga dapat menjadi medium dialog, pendalaman keilmuan dan pengujian kapasitas seseorang. Pada umumnya, semakin aktif dan banyak menulis secara otomatis idenya semakin kokoh, berkembang dan kompleks. Di sinilah letak urgensi menulis dan karya tulis. 

Pertanyaan yang kerap muncul ketika seseorang terjun pada dunia kepenulisan adalah "Mengapa Saya Menulis?". Penjelasan pada paragraf awal pada dasarnya sudah menjawab secara detail, bahwa pada intinya menulis itu punya dampak positif terutama bagi penulisnya. Namun demikian, kita juga perlu ketahui bahwa seseorang akan mampu menulis hingga punya karya tulis yang terbaca oleh banyak orang karena ia memiliki alasan dan tujuan menulis. 

Diantara alasan dan tujuan menulis yang sering diungkap oleh banyak penulis adalah: media sekaligus aktivitas dakwah, menyebar kebaikan, membela kebenaran, meluruskan opini, advokasi publik, kritik kebijakan, berbagi cerita, menebar inspirasi, berbagi perspektif, sumbang ide, menyebar ilmu pengetahuan, memperkaya wawasan, melanjutkan tradisi para ulama, menjalankan perintah agama, memanjangkan usia dan menguji kualitas diri. Di samping itu, menulis juga dapat meninggikan karir, memperluas jaringan dan bernilai sosial tinggi. 

Bagi penulis, modal menulis adalah keniscayaan. Seseorang yang benar-benar ingin menulis dan memiliki karya tulis mesti memiliki beberapa modal standar. (1) Mental. Mental berkaitan dengan (a) visi menulis: menulis untuk apa dan karena apa? (b) Percaya diri. Penulis harus percaya dengan potensi atau kemampuan dirinya. Dia juga mesti (c) berani memulai dan tidak takut melakukannya. Selain itu, ia perlu (c) optimis bahwa dirinya bisa menulis dan karyanya dibaca sekaligus bermanfaat bagi banyak orang. 

Selanjutnya, (2) Prinsip. Penulis mesti ikhlas, sungguh-sungguh dan berkorban serta telaten dalam menghasilkan karya tulis. (3) Ide dan sumber Ide. Apapun yang dialami, dirasa, dilihat, dan diterawang atau dianalisa sejatinya bisa menjadi sumber bahkan ide itu sendiri. (4) Media dan alat. Penulis tentu punya jari tangan. Ini adalah moda utamanya. Selain itu, terutama di era sekarang ini, menulis juga butuh handphone, laptop, bulpen, buku, media sosial Facebook, Twitter, termasuk blog. 

Lalu, bagaimana menemukan ide? Ide muncul dan ditemukan karena (1) banyak membaca, menulis, silaturahim, merenung dan berdiskusi. (2) banyak mengikuti kegiatan ilmiah. (3) aktif di berbagai forum penulis lokal, nasional dan internasional. (4) berteman dengan para penulis terutama yang sudah punya karya ril dalam bentuk buku, artikel, puisi dan semacamnya. Hal lain, penulis juga mesti aktif membeli buku dan tidak membiasakan diri untuk meminta gratis buku. (5) miliki perpustakaan pribadi. 

Ide adalah kekayaan bagi seseorang. Ia adalah anugerah istimewa yang Allah berikan kepada siapapun. Lalu, bagaimana caranya agar ide itu muncul dan berkembang menjadi tulisan? Selama ini saya menggunakan beberapa hal berikut ini. (1) gunakan rumus sarang laba-laba. Teknisnya: tulis kata yang paling disukai, lalu bertanyalah dengan bingkai 5 W + 1 H. (2) tulis semua yang terlintas dalam pikiran. (3) catat semua hal-hal yang positif dan inspiratif. (4) biasakan untuk meresume setiap materi pengajian, seminar dan atau forum apapun. (5) aktif mempublikasi tulisan ke siapapun melalui media yang tersedia. 

Menulis adalah aktivitas yang mengharuskan kita untuk mampu mengelola waktu, pikiran, hati dan emosi. Sebab setiap tulisan yang "ngasal" hanya akan menghasilkan karya tulis yang "ngasal". Kita perlu bersungguh-sungguh agar setiap setiap kata yang kita lahirkan bermakna dan bermanfaat bahkan ini yang paling penting: diberkahi Allah. Pada akhirnya menulis itu butuh praktik, sebab ia kata kerja yang mesti berwujud dalam bentuk karya. Pilihannya ada pada dan ditentukan diri kita masing-masing: publish or perish. Bila ada hati yang tersentuh, mari kita tindaklanjuti dalam bentuk karya nyata. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Dia & Cinta" dan "Kalo Cinta, Nikah Aja!". Ditulis di Mandalika, Lombok, Selasa 23 Mei 2023 pukul 13.45-14.30 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah