Inspirasi Literasi Para Penulis Buku "Bocah Matahari"
Pada forum online atau Zoom Meeting ini Pak Riza A. Novanto yang akrab saya sapa Mas Riza didaulat menjadi pembawa atau tepatnya pemantik acara. Sosok muda yang pernah menjadi Dosen di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) ini mengawalinya dengan mengenalkan diri. Mas Riza, seperti yang ia sampaikan bahwa ia adalah dosen di sebuah perguruan tinggi miliki Muhammadiyah di Tegal, Jawa Tengah. Ia juga aktif menulis di media online dan media massa, sembari menjadi fasilitator di berbagai forum atau kegiatan literasi. Baginya menulis dapat meningkatkan kualitas diri penulisnya juga pembacanya.
Saya sendiri mendapat kesempatan kedua untuk mengenalkan diri di forum ini. Sebagaimana yang sudah kerap saya sampaikan di banyak forum bahwa saya adalah anak kampung, namanya Cereng. Ia berada di Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggorang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Saya termasuk yang lama merantau, bahkan merantau sejak lulus Sekolah Dasar pada tahun 1996 silam. Saya merantau ke NTB, Jawa Timur, Jakarta dan Jawa Barat, dari 1996 hingga saat ini.
Saya tidak berprofesi sebagai penulis, namun tetap menjadikan aktivis menulis sebagai agenda penting. Saya juga bercerita tentang awal saya menulis dan sumber inspirasi hingga bisa melahirkan karya tulis seperti buku. "Menulis adalah cara paling sederhana mengenal diri sendiri," ungkap saya, singkat. Saya juga menjelaskan betapa pentingnya menulis di era media ini. Kalau kita berani hadir dengan karya tulis kita terutama di media online maka besar kemungkinan masyarakat Indonesia makin cerdas dan tercerahkan. Bahkan anak kita atau generasi setelah kita bakal memperoleh bacaan karya orangtuanya sendiri.
Pada kesempatan selanjutnya, Pak Dokter Rano I Sudra mengenalkan diri. Menurutnya, beliau sudah menulis sejak lama, hanya saja karya tulisnya berbentuk buku babon untuk beberapa mata kuliah terkait kesehatan dan serupanya. Sehingga bukunya kebanyakan buku akademik, bukan buku ilmiah umum bahkan bukan buku populer. Sedangkan untuk buku non akademik, sosok yang murah senyum ini mengaku dijebak karena berkontribusi dalam penulisan buku "Aku, Dia & Cinta" (ADC) beberapa waktu lalu.
Dokter Rano mengaku, bila selama ini dirinya fokus menulis buku akademik, maka dengan adanya audisi menulis buku ADC yang saya gawangi beberapa waktu lalu membuat dirinya menemukan sesuatu yang baru. Apalagi menulis tentang cinta, ini benar-benar tantangan yang benar-benar baru. Walau baru, dirinya sukses berkontribusi pada buku ADC. Walau terjerumus dalam produk literasi yang berbeda, namun baginya menulis buku ADC dan tema serupa serasa mengalir saja. Ada kenyamanan dalam menulis, termasuk menulis buku tentang saya: "Bocah Matahari", yang segera terbit atau naik cetak.
Beliau pun bercerita bahwa tradisi menulisnya diinspirasi dari tradisi Kakeknya yang bernama R. Sadli S. Sang Kakek menulis buku IPA, judulnya "Manusia dan Alam Sekitarnya". Selain itu, Dokter Rano juga mengaku bahwa belakangan ini dirinya mencoba menekuni kepenulisan non akademik. Sebagai Dokter yang juga Dosen, beliau mengaku resah dengan oknum tertentu yang membajak buku. Walau demikian, Ayah dua anak yang masih kuliah di Universitas Indonesia (UI) dan SMA ini berharap agar setiap karya tulis menjadi amal jariyah.
Berikutnya Pak Zulkasim Ahmad Jenggo dari Ende, NTT giliran mengenalkan diri. Selain menyebut nama dan mengulas sedikit seputar Ende, ia pun mengaku sangat bersyukur dan mengapresiasi pertemuan kali ini. Ia mengaku sangat terharu karena bisa berkenalan dengan banyak penulis dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Walaupun baru bertemu dalam dua media: zoom meeting dan buku baru, namun pertemuan kali ini benar-benar inspiratif.
Guru MAN Ende (Flores) ini pun mengaku bahwa dirinya suka menulis sejak kecil. Hanya saja ia suka menulis puisi. Belakangan ia pun menilai menulis opini untuk beberapa media, terutama media online. "Saya terjebak di dunia sastra terutama puisi. Walau begitu, saya juga menulis buku, walaupun hanya bunga rampai puisi," akunya. Baginya, menulis adalah medium pembelajaran. Belajar mencerdaskan diri dan masyarakat sekitar. Adanya karya tulis membuat seseorang abadi. Makanya kalau bukan anak raja, silahkan aktif menulis!
Mba Apricillia Winata adalah sosok terakhir yang mengenalkan diri pada forum ini. Ia mengaku lahir dan asli dari Ambon, namun kini beraktivitas dan berkarir di Jakarta. Ia aktif di beberapa organisasi edukatif dan kerap mengadakan acara seputar keluarga. Mba Apri demikian saya menyapanya, mengenal saya di beberapa forum penulis nasional dan momentum acara komunitasnya melalui zoom meeting. Kini ia sudah menulis beberapa buku antologi, dan dalam waktu dekat bakal menulis buku baru.
Para penulis yang hadir pada kesempatan ini merupakan sosok hebat yang layak saya jadikan sebagai inspirasi. Walau pun yang hadir sedikit, karena memang beberapa penulis yang hadir di forum namun kendala sinyal dan serupanya, namun pertemuan kali ini benar-benar spesial. Seluruh penulis sepakat bahwa ke depan penulis mesti solid dan semakin geliat dalam berkarya. Apapun profesinya, menulis tetap menjadi aktivitas pilihan. Harapannya, setiap karya tulis, baik itu artikel maupun buku, bermanfaat bagi penulis dan kemanusiaan. Dan yang lebih penting lagi, semoga suatu saat seluruh penulis buku "Bocah Matahari" bisa berkumpul, minimal saling sapa di dan melalui media online! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Dia & Cinta"
Komentar
Posting Komentar