Terima Kasih PUI


SEJARAH telah mencatat bahwa kelahiran organisasi Persatuan Ummat Islam (PUI) ditandai dengan disahkannya perhimpunan Persjarikatan Oelama, pimpinan KH. Abdul Halim, oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Gouvernment Besluit Nomor 43 Tahun 1917, tertanggal 21 Desember 1917 M/6 Rabiul Awal 1336 H. Dalam Sidang Majelis Syuro PUI, tanggal tersebut disepakati serta ditetapkan sebagai Hari Lahir PUI dan kemudian dicantumkan dalam Anggaran Dasar PUI Pasal 1 ayat (2) yang disahkan pada tanggal 28 Desember 2019 M/1 Jumadil Ula 1441 H. Demikian yang diungkap KH. Nurhasan Zaidi pada tulisannya yang berjudul "Sekilas Sejarah 103 Tahun Persatuan Ummat Islam (PUI)". 

Kini PUI sudah berusia 104 tahun (21 Desember 1917  21 Desember 2021), sebuah usia yang sangat matang bagi sebuah organisasi untuk berkonsolidasi, berkontribusi sosial dan melebarkan sayap pergerakan di berbagai lini dan penjuru. Berterima kasih kepada PUI sengaja saya ketengahkan pada momentum 104 tahun usia PUI melalui tulisan ini karena beberapa alasan mendasar sebagai berikut: 

Pertama, dalam konteks sejarah bangsa dan negara Indonesia, para pendiri dan tokoh PUI turut merumuskan dasar negara, mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan mengisinya dengan berbagai peran penting, serta menebar baktinya bagi keutuhan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia. PUI merupakan salah satu organisasi keagamaan di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membangun sejarah umat Islam dan bangsa Indonesia juga dunia internasional.  

Kedua, PUI telah menghadirkan pemahaman keislaman yang ramah namun cerdas karena fondasi keislaman PUI bersumber pada Al-quran dan Al-sunnah yang disertai pengembangan ijtihad. Ya, pemahamanan keagamaan dan metode dakwah yang dikembangkan PUI menjadi cetak biru moderasi (wasatiyah) Islam di Indonesia. Islam yang ditampilkan oleh PUI berkarakter tengahan (wasatiyah) dan menyejarah sehingga melahirkan format Islam yang menyejukkan namun tetap dalam bingkai profetik (kenabian). Dengan begitu reputasi PUI sebagai gerakan Islam modern di Indonesia telah dikenal luas secara nasional, walaupun masih ada saja sisi tertentu yang perlu adanya pembenahan. 

Ketiga, PUI telah berkiprah dalam berbagai bentuk amal usaha atau lembaga. Amal usaha atau lembaga melakukan pelayanan secara terus menerus dalam berbagai sektornya seperti sektor pendidikan, sosial, keagamaan dan pemberdayaan lainnya. Kini kita menyaksikan terhampar simpul-simpul pelayanan dengan jumlah yang tidak sedikit. Dari struktur organisasi, misalnya, kini PUI sudah memiliki 23 DPW, 69 DPD, 207 DPC, 621 DPR. PUI juga memiliki struktur tersendiri pada beberapa struktur lembaga seperti Wanita PUI, Pemuda PUI, Pemudi PUI, Hima PUI, Hijar PUI, Brigade PUI, LBH PUI, LAZ PUI dan sebagainya.   

Dari berbagai sumber dapat ditemukan bahwa saat ini PUI memiliki sekitar 282 Madrasah Diniyah dan Pendidikan Formal, 308 Raudhatal Atfhal (TK/RA/TPA), 165 Pendidikan Tingkat Dasar (SD/MI), 93 Pendidikan Tingkat Lanjut (MTs/SMP), 47 Pendidikan Tingkat Atas (MA, SMA dan SMK), 7 Perguruan Tinggi (Universitas, STAI, dan STIE), 83 Pondok Pesantren, dan 1.200 Majelis Talim. Jumlah ini tentu saja dari tahun ke tahun angkanya semakin meningkat, sebab dalam banyak momentum para pemimpin dan kader PUI berkomitmen untuk meningkatkan jumlah amal usaha atau lembaga, di samping memperkuat sekaligus memperkokoh perannya yang sudah dilakoni sejak awal berdiri.

Wanita PUI  sebagai bagian tak terpisahkan dari PUI juga turut berkontribusi besar dalam membina dan melayani masyarakat di berbagai tempat. Wanita PUI mengelola sekitar 1.200 lebih majelis talim terpadu, dan membina sekitar 507 panti asuhan, rumah singgah dan orangtua asuh. Selain itu, melaksanakan sekitar 150 pelatihan pendidikan keluarga (lingkup PAUD dan Majelis Talim), dan merintis sekitar 15 kawasan ekonomi mandiri dengan pendekatan sosialpreneur. 

Saat ini, PUI memiliki jutaan kader. Anggota dan jaringan struktur terbesar ada di Jawa Barat, jumlahnya ditaksir lebih dari 10 juta anggota. Anggotanya beragam, tersebar di daerah-daerah tingkat I (propinsi), yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur DI. Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Aceh, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan dan Bali.

PUI merupakan organisasi yang sangat peduli dengan berbagai permasalahan yang menimpa masyarakat terutama bencana alam dan sebagainya. Untuk memudahkan peran semacam ini, PUI melatih para sukarelawan tanggap bencana dan trauma healing untuk berbagai bencana di berbagai tempat. PUI pun sudah memiliki dan melatih sekitar 536 sukarelawan peduli bencana. Mereka pernah dikirim ke berbagai tempat bencana alam di beberapa kota di Indonesia 

Ya, mesti diakui bahwa PUI merupakan gerakan keagamaan dan sosial yang mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan umat dan bangsa. Lahir jauh sebelum Indonesia merdeka, PUI terus bergerak, berdenyut di setiap penjuru negeri dan jiwa umat. PUI hadir di tengah kehidupan sosial masyarakat menjadi solusi dari setiap kondisi. Dengan mengelola secara produktif amal usaha atau lembaga dan aset lainnya, PUI tetap terus bernyawa dan melakukan pelayanan publik tanpa henti.  

Dalam menghadapi kehidupan mutakhir, PUI menghadapi kehidupam keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan yang universal yang berada dalam pertaruhan yang krusial dan rumit. Bahwa umat Islam di Indonesia menghadapi masalah seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dalam banyak aspek kehidupan, di samping konflik internal, pandangan negatif dari luar, krisis kepemimpinan, sikap konservatisme, buruknya relasi antar elemen, dan sebagainya. 

Pada kondisi demikian, kita berharap agar PUI dengan ciri khasnya: toleran, moderat, seimbang dan ber-amar ma’ruf sekaligus nahyi mungkar, termasuk juga berbagai organisasi berbasis massa Islam lainnya semakin konsisten dan teguh dalam menghadirkan pencerahan sekaligus pemberdayaan keumatan dan kebangsaan, termasuk dalam menebar kemuliaan dan kemanfaatan Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebab kontribusi umat Islam sejatinya bukan saja membesarkan hati kita sebagai warga negara Indonesia tapi juga sebagai umat Islam yang memiliki hubungan keyakinan dengan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Selamat ulang tahun ke-104 untuk PUI, teruslah memimpin umat dan membangun bangsa tercinta Indonesia! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Persatuan Ummat Islam; Ide, Narasi dan Kontribusi untuk Umat dan Bangsa" dan Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat. Tulisan aslinya berjudul "Terima Kasih PUI; Refleksi 104 Tahun PUI". 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah