Hikmah Sakit


"Ya Allah, sembuhkan aku, istri dan anakku dari sakit demam, meriang, pegel, batuk, tenggorokan gatal, serta jauhkan dari berbagai virus atau penyakit yang mengganggu. Bimbinglah kami agar selalu dalam jalan yang lurus, sehingga semakin telaten dalam menjalankan seluruh ajaran-Mu. Ampuni kami bila rasa sakit ini merupakan musibah atau hukuman dari-Mu atas dosa atau maksiat yang kami lakukan. Sungguh, Engkau Maha Pengampun dan Maha Menyembuhkan.  Allahumma aamiin!", begitu isi status media sosial saya hari ini Selasa 25 Januari 2022. 

Itulah kebiasaan saya selama ini: dalam kondisi sakit atau sehat selalu berupaya untuk menulis. Sesederhana apapun tulisannya, selalu berupaya untuk menulis. Bukan sekadar untuk pembaca yang menanti tulisan, tapi terutama lagi untuk bacaan saya sendiri. Saya merasa nyaman kalau dalam sehari saya punya tulisan baru. Memang ada teman dan keluarga yang mengingatkan agar istirahat menulis. Namun saya merasa lebih nyaman kalau dalam kondisi sakit malah punya karya tulis. Sebab menulisnya dari dalam atau suara hati. 

Ya, adakalanya dalam hidup ini kita merasakan sehat dan adakalanya kita sakit. Ketika kita sehat, hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah karena dengan nikmat sehat. Dengan kesehatan yang ada pada diri kita, banyak sekali nikmat lainnya yang dapat kita rasakan. Dengan sehat, kita dapat menikmati makan dan minum, bisa beribadah dengan lancar serta mampu menunaikan aktivitas rutin dan mengisi perjalanan hidup kita lainnya.

Sebaliknya, ketika kita sedang sakit, hendaknya kita bersabar atas sakit yang menimpa diri kita. Sebab tanpa sabar pun kita tetap sakit. Jadi lebih baik sabar saja. Selain itu, dengan sakit, tentunya kita sadar bahwa nikmat sehat begitu sangat berharga dan sehat merupakan anugerah Allah yang luar biasa pada kita. Bisa jadi selama ini ketika diberi hidup sehat kita malas beribadah, Allah pun menegur kita dengan sakit yang kita alami kini. Sebagai seorang yang beriman, sudah selayaknya kita meyakini bahwa ada hikmah di balik musibah sakit yang kita alami. Diantara hikmah bila kita ditimpa sakit adalah sebagai berikut: 

Pertama, sakit bisa menghindari kita dari siksa api neraka. Hal ini tentu sebuah kabar gembira yang layak kita syukuri. Bayangkan, sakit yang menimpa malah menjadi benteng penghalang untuk ke neraka. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dan api neraka.” (HR al-Bazzar). Ya, hal ini tentu menjadi kabar gembira bagi kita betapa sakit tak selalu menjadi bencana, ia sejatinya memiliki hikmah berharga yang menyadarkan kita, bahkan bisa menghindarkan kita dari neraka.   

Kedua, sakit bisa menjadi penghapus dosa bagi kita. Bisa jadi selama ini kita enggan shalat, malas ber-shaum atau puasa, tidak mendoakan kedua orangtua, malas berzikir, tidak mau bertaubat, malas memohon ampunan kepada Allah dan sebagainya. Atau bisa jadi kita bergelimpangan dosa: tidak menutup aurat, malas membaca al-Quran, tidak mau merenungi ayat-ayat Allah di muka bumi ini dan sebagainya. Dengan sakit, insyaa Allah dosa kita digugurkan oleh Allah. Seperti sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits riwayat Muslim, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” 

Ketiga, sakit bisa menjadi sumber kebaikan bagi seseorang jika dia bersabar. Ya, sakit bisa menjadi sumber dan energi kebaikan. Minimal kita tersadarkan betapa Allah Maha Kuasa atas kehidupan kita. Maka kita pun perlu bersyukur dan bersabar. Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadist di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)  

Keempat, sakit bisa membuat kita kembali mengingat Allah. Sebagaimana yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi cobaan. Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb semesta alam. Bayangkan, seluruh perjalanan hidup kita bahkan seluruh kebutuhan hidup kita ditanggung oleh Allah. Tapi kadang kita lalai, hingga membuat Allah murka. Tujuannya agar kita memohon ampun dan merunduk diri pada-Nya. Allah mengingatkan, “Dan sesungguhnya kami telah mengutus (para Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. al-An’am: 42)  

Kelima, sakit bisa membuat kita lebih optimis untuk bertahan hidup. Salah satu moral yang harus dimiliki oleh seorang mukmin ialah tidak boleh menyerah begitu saja dengan sakitnya. Kita mesti meminta atau berdoa kepada Allah untuk kesembuhan kita. Allah berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. al-Baqarah: 186) 

Ya, kita mesti optimis bahwa sakit yang kita alami bakal sembuh. Kita harus berusaha untuk sembuh dari penyakit kita. Kita pun harus optimis dengan diri kita sebab Allah yang mengurus hidup kita. Dan kita mesti percaya bahwa tak ada sakit yang tak ada obatnya. Semua sakit ada obatnya. Seperti yang diriwayatkan Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah." (HR. Muslim). Dan Allah Maha Kuasa, Ia sangat berkuasa untuk menyembuhkan semua penyakit hamba-Nya. Kita hanya perbanyak doa, jaga ibadah terutama shalat lima waktu, rajin berwudhu dan tilawah al-Quran, serta banjiri lidah dengan zikir; di samping itu, rajin minum air putih dan makan yang cukup. (*)


Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok