Mengasah Semangat dan Daya Baca Anak


SAYA bersyukur kepada Allah karena dianugerahi anak-anak yang hebat. Hebat, tentu bukan melulu karena sukses melakukan pekerjaan besar atau berat yang membutuhkan tenaga yang tak sedikit. Tapi juga tentang kesungguhan untuk memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk hal-hal yang berguna bagi diri dan masa depan. Dan, itulah yang dilakukan oleh kedua anak saya akhir-akhir ini, di samping anak bungsu Aisyah Humaira yang juga sudah mulai suka pada buku. 

Setelah pulang dari pembelajaran di sekolah siang tadi, hari ini Kamis 7 Oktober 2021,  keduanya meng-iya-kan ajakan saya untuk berkunjung ke sebuah toko buku terbesar di Kota Cirebon, Gramedia. Kali ini saya mengajak keduanya berkunjung ke Gramedia yang berada di Jalan Cipto Mangunkusumo. Sebuah toko buku yang sudah berdiri beberapa tahun lalu sebagai pengembangan dari Gramedia di Grage Mall, yang jaraknya masih tergolong dekat. Sementara si bungsu memilih di rumah bersama bundanya yang seharian mengajar di sekolah tempat anak pertama dan kedua menempuh pendidikan formal.  


Ya, kali ini anak saya yang pertama dan yang kedua Azka Syakira  dan Bukhari Muhtadin memilih untuk mengisi sore hari ini dengan berkunjung atau mencari inspirasi di toko buku. Bukan karena bosan di rumah, cuma ingin suasana baru. Bagaimana pun, di toko buku tersedia begitu banyak buku. Bukan ratusan tapi ribuan jumlah juga judulnya. Buku apapun yang ingin dibaca insyaa Allah ada. Begitu kira-kira. Bukan saja buku khusus dewasa tapi juga buku anak-anak seusia mereka. Pokoknya mau buku apapun, semuanya ada. 

Saat saya tanya mengapa mesti ke Gramedia, si sulung Azka Syakira menjawab singkat, "Ingin mencari inspirasi dari para penulis buku terutama penulis cilik. Sekalian kalau ada buku cerita". Ya dia ingin belajar banyak hal dari para penulis cilik yang beberapa karya mereka sudah pernah ia baca selama beberapa tahun terakhir. Temanya beragam dan tentu saja senyawa dengan usia mereka yang juga masih berusia anak-anak. Si sulung tentu sangat bersemangat dengan toko buku yang menyediakan begitu banyak buku. 

Sementara anak kedua Bukhari Muhtadin saat saya bertanya mengapa mesti ke toko buku, ia menjawab singkat, "Ingin membeli buku cerita anak. Kalau ada buku gambar juga boleh". Hal ini sangat wajar, sebab sejak masih di bangku TK, ia sudah terbiasa dengan buku cerita dan buku gambar. Ada cerita para nabi dan rasul, sahabat nabi, tokoh berpengaruh, gambar rumah bersejarah, foto pesawat, kreta api dan masih banyak lagi. Walaupun kadang nanti sekadar membaca buku, bukan membeli buku. 

Mendidik anak memang terlihat sepele, padahal ini adalah pekerjaan berat. Sebagai orangtua kita perlu banyak hal yang mesti dimiliki. Kompetensi orangtua tidak hanya menyampaikan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang mesti ditinggalkan, tapi juga kemampuan untuk memahami potensi dan kesukaan anak. Pada awalnya saya berpandangan bahwa ini adalah pekerjaan para guru, namun belakangan saya tersadarkan bahkan semakin tersadarkan bahwa ini adalah kewajiban orangtua, termasuk saya yang kini sudah dikarunia tiga anak. 

Salah satu hal yang menarik dan memantik saya sehingga terus tersemangati untuk mendidik mereka adalah kesukaan mereka pada buku. Mungkin untuk si bungsu Aisyah Humaira masih pada level suka melihat gambar dan melafal beberapa abjad, namun untuk dua anak pertama dan kedua sudah bisa membaca buku. Hal ini tentu saja membuat saya dan istri saya Eni Suhaeni turut gembira dan bangga. Sebab sejak kecil mereka sudah akrab dengan buku dan mau membaca buku. 

Sebagai anak, seperti juga sebagian anak di luar sana, mereka juga pernah enggan membaca alias malas membaca buku. Tapi secara umum mereka termasuk yang kerap mengisi waktu untuk membaca buku. Uniknya, mereka bukan saja membaca buku anak tapi juga buku-buku dewasa. Temanya juga beragam, ada motivasi, pendidikan dan keagamaan, juga ada sejarah, kesehatan, dan tema-tema anak. Sebuah kondisi yang benar-benar membanggakan dan membuat hati semakin berbunga-bunga.  

Sebagai orangtua saya juga istri berupaya untuk menjaga semangat mereka dalam membaca, termasuk meningkatkan daya mereka dalam membaca atau menikmati buku-buku. Selain menyediakan buku terbaru di perpustakaan rumah, juga mengajak mereka ke toko buku. Selain untuk membaca buku-buku yang disukai, bila ada sisa uang disisihkan juga untuk membeli buku baru. Tentu buku yang dibeli disesuaikan dengan isi dompet yang memang kadang kerap kosong. 

Apapun kondisinya, menjaga semangat dan daya baca anak adalah pekerjaan penting dan mesti menjadi prioritas para orangtua. Waktu bermain tentu tetap disediakan, namun waktu untuk membaca mestinya jauh lebih banyak. Toh anak tidak merasa keberatan, hanya saja sebagai orangtua kita perlu menyesuaikan, agar anak lebih nyaman dengan tradisi baca yang memang sudah terjaga sejak lama. Intinya, semangat dan daya baca tetap diprioritaskan, namun kemampuan dan kekuatan fisik anak juga diperhatikan. 

Membangun semangat dan daya baca anak bisa dilakukan dengan banyak cara, terutama dengan menyediakan buku di rumah, mengajak anak ke toko buku dan keteladanan. Keteladanan dalam membaca butuh perhatian khusus, sebab anak biasanya menyaksikan dan meneladani kebiasaan orangtuanya. Bila orangtuanya akrab dan rajin membaca buku maka mereka pun bakal akrab dan rajin membaca buku. Kebiasaan, kontinyuitas dan keteladanan orangtua dalam membaca buku bakal menjadi magnet dan pecutan bagi anak. Betapa bahagianya hati ini manakala sejak dini anak sudah suka membaca buku. Semoga menjadi keluarga yang bervisi surga! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat, Penulis Buku "Literasi Ramadan" dan "Pendidikan Bervisi Surga" 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah