Lima Cara Dasar Menulis untuk Pemula


SUATU ketika teman saya menyampaikan bahwa menulis itu membuat ketagihan, terutama bagi penulisnya. "Menulis adalah aktivitas yang menarik dan bikin ketagihan bagi penulisnya. Apalah lagi tulisannya dibaca banyak orang dan karyanya berdampak positif, itu benar-benar sebuah prestasi", ungkapnya. Ya, apalah lagi di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semacam ini, menulis menjadi hal yang digandrungi dan memiliki daya tarik tersendiri. 


Kelak, menulis pun menjadi semacam panggilan sejarah untuk sebuah cita-cita mulia: mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, siapapun merasa tertarik dan tertantang untuk menulis. Bukan saja untuk dikirim ke berbagai media massa dan media online tapi juga untuk media sosial miliknya seperti web log, web site, Instagram, Facebook dan masih banyak lagi. Panggilan semacam ini semakin menemukan relevansinya karena hampir setiap orang memiliki handphon atau HP yang bisa mengakses media dan internet kapan dan di mana pun. Dan diantara yang mereka cari adalah tulisan dalam beragam tema dan jenis atau bentuk. 


Hal ini tentu menjadi peluang yang sangat gratis dan istimewa bagi siapapun untuk mengambil bagian dalam mengembangkan tradisi literasi dengan cara menulis. Tentu aktivitas ini memiliki kendala dan hambatan tersendiri bagi siapapun, terutama bagi pemula seperti saya. Bagi siapapun yang hendak belajar atau memulai menekuni aktivitas menulis, maka paling tidak lima cara dasar yang mesti dimiliki, di samping masih banyak cara lain yang perlu dipahami, yaitu: 


Pertama, mulai menulis. Salah satu wujud semangat menulis adalah menulis itu sendiri. Menulis tentu mesti dimulai, mulainya sekarang, bukan nanti dan nanti. Sebab bila seseorang sudah berani mulai menulis maka itu akan menjadi pemantik baginya untuk terus menulis. Biasanya bila seseorang sudah memulai akan dengan sendirinya ia terus terdorong untuk menulis. Bahkan bila pun ada yang memintanya berhenti menulis, malah ia memilih untuk terus menulis. Maka mulailah menulis, nanti tulisan itu bakal mendorong kita untuk terus menulis. 


Kedua, menulis setiap hari. Menulis itu butuh pembiasaan dan ketelatenan. Setiap orang memiliki pengalaman dan cara agar sukses menghasilkan karya tulis yang layak baca. Bagi kita yang pemula, menulis setiap hari adalah kuncinya. Sebab dengan demikian kita semakin terbiasa, bahkan keterampilan kita dalam menulis pun semakin terasah. Biasanya, kalau sudah menulis rutin setiap hari, kita bakal merasa terpanggil untuk menulis setiap hari. Kalau tidak menulis muncul rasa bersalah dan ya benar-benar ada yang tak beres pada hari ini. Padahal dengan menulis setiap hari membuat kita semakin lincah menulis. 


Ketiga, menulis dengan mengalir. Bagi mereka yang memiliki jam terbang tentu tulisannya bergizi dan mengangkat ide sekaligus isu-isu berat. Hal semacam itu wajar, itu sudah kelasnya mereka. Malah kalau mereka menulis yang remeh remeh nanti pembacanya kabur. Nah bagi pemula, menulislah hal-hal sederhana. Mungkin tentang pasangannya di rumah tangga, tentang istri atau suami, tentang anak, dan tentang keluarga besar. Atau bisa juga tentang kebaikan seorang teman kuliah, kolega di kantor, inspirasi positif ketika di bandara dan stasiun kreta, dan sebagainya. Dan, menulisnya mengalir saja. Apa adanya saja, dengan bahasa sendiri yang khas. 


Keempat, gunakan kalimat pendek. Menggunakan kalimat yang pendek juga perlu menjadi perhatian. Sehingga kita kehabisan ide dan tenaga untuk menghadirkan tulisan yang panjang. Tulisan yang pendek memang bukan berarti tulisan paling baik, namun dengan tulisan yang pendek meniscayakan kita menghadirkan tulisan dengan kalimat yang pendek-pendek. Selain menghemat tenaga, juga membantu pembaca agar membaca tulisan kita hingga tuntas. Sebab tulisan yang baik itu adalah tulisan yang dibaca oleh pembaca hingga tuntas. Saya kira tulisan saya ini termasuk tulisan yang pendek, makanya dibaca pembaca hingga tuntas. Iya kan? 


Kelima, gunakan paragraf pendek. Paragraf tulisan juga perlu diperhatikan, jangan terlalu panjang, singkat saja. Konon paragraf yang menarik bagi pembaca itu panjangnya 5-8 baris. Saya tidak begitu paham apa indikatornya, namun pendapat semacam itu bisa diadaptasi agar tulisan kita tak bertele-tele dan membuat pembaca jadi malas atau enggan membaca. Praktisnya, tulislah sesuatu yang benar-benar diperlukan dan mengandung makna yang bisa dipahami pembaca. Sehingga pembaca tidak "dizolimi" dengan paragraf yang panjang, padahal substansinya pendek dan sedikit. 


Kalau dilanjutkan, tulisan ini bisa menjadi contoh yang pas untuk tulisan yang panjang. Saya tentu tidak ingin tulisan saya dibuang oleh pembaca, karena itu saya tak perlu bertele-tele dalam menghadirkan tulisan ini hingga selesai. Beberapa poin di atas bisa dilengkapi atau disempurnakan oleh pembaca. Bahkan pembaca yang memiliki pengalaman yang berbeda bisa membuat tulisan baru perihal menulis dan hal-hal apa saja yang berkaitan dengannya. Selebihnya tulisan ini pada dasarnya hanya untuk menjaga stamina dan semangat menulis diri saya sendiri. Bila ada pembaca yang berkenan dan terinspirasi, silahkan adaptasikan dan temukan manfaatnya. Selamat menulis, mari mencoba! (*)

* Oleh: Syamsudin Kadir Penulis Buku "Moderasi dan Toleransi Beragama" dan Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat 


Komentar

  1. Keren pak... Menulis adalah ketrampilan yang harus dilatih, maka mulailah menulis sekarang juga. Berusahalah untuk tetap konsisten dalam menulis.
    Salam literasi Dari Sumatera Utara pak🙏😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak. Salam kenal... Nomor saya 085797644300

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok