Karakteristik dan Konsep Toleransi Islam
Kedua, Islam adalah agama yang universal dan sempurna. Ia mencakup semua hal atau universal, ajaran dan konsepnya sempurna dan relevan dengan zaman. Dalam prinsip Islam, siapapun manusia yang berharap dan meyakini adanya keyakinan yang benar (al-Haq) dari sisi Allah selain Islam maka pastilah merugi. Hal ini seperti yang Allah firmankan, "Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu." (QS. al-Maa'idah: 3) dan "Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85).
Ketiga, Islam adalah agama yang dibawa dan diyakini oleh seluruh nabi dan rasul. Dalam al-Quran ditegaskan, "Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim." (QS Ali 'Imran: 52) dan "Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101).
Keempat, Islam adalah agama yang menyempurnakan syariat yang diamanahkan kepada para nabi dan rasul sebelum nabi atau rasul Allah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah berfirman, "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan." (QS. al-Maa'idah: 48)
Kelima, Islam adalah agama yang memiliki konsep keyakinan yang jelas dan tegas. Sehingga menjadi pembeda yang jelas dan tegas dengan keyakinan selain Islam. Allah berfirman, "Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4) dan "Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku"." (QS. al-Kaafirun: 1-6)
Pada surat lain ditegaskan, "Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih." (QS. al-Ma'idah: 73) dan "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu," dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mengangkatku ke langit, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. al-Ma'idah: 117).
Bahkan pada surat lain Allah tegaskan, "Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?" Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Ma'idah: 17).
Dipertegas lagi dengan firman-Nya, "Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih 'Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, "(Tuhan itu) tiga," berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung." (QS. an-Nisaa': 171)
Keenam, Islam adalah agama wasathiyah atau tengahan. Tengahan berarti adil, seimbang, dan bijaksana. Islam menghendaki keseimbangan antara ibadah dan kesabaran, antara spiritual dan materi, bahkan antara aspek duniawi dan ukhrawi. Islam tidak menghendaki umatnya berlebihan atau ghuluw dalam beragama, sehingga tidak memperkenan untuk melakukan tindakan teror atau kriminal lainnya. Allah berfirman, "Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu (umat Islam) ummatan wasathan (umat yang adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. al-Baqarah: 143).
Ketujuh, Islam adalah agama yang hambel, fleksibel dan dinamis, ia tidak memaksa dan tidak bisa dipaksa-paksakan kepada siapapun. Islam tidak menghendaki keterpaksaan bahkan tidak memaksakan siapapun dalam beragama. Allah berfirman, "Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu meng-qasar salat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. an-Nisaa: 101), "...Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu." (QS. al-Baqarah: 185), dan "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah: 256)
Kedelapan, Islam adalah agama yang rahmat bagi semesta alam. Ia akrab sekaligus bertujuan menghadirkan keselamatan dan kedamaian bagi umat manusia. Ia mengingkari perbuatan zolim dan yang merusak, baik pada sesama manusia maupun pada alam semesta. Bahkan Islam juga meniscayakan umatnya untuk arif dan bijaksana secara ekologis. Allah berfirman, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. al-Anbiya: 107) dan "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS. al-A'raf: 56)
Kesembilan, Islam adalah agama yang toleran dan menghormati keberadaan kelompok yang berbeda. Dengan beberapa karakteristik yang disebutkan, Islam pun menjadi sangat toleran dalam banyak hal. Dalam beragama, toleran bermakna tidak memaksakan keyakinan beragama kepada umat yang berbeda seperti yang ditegaskan dalam QS. al-Kaafirun: 1-6, QS. al-Ikhlas: 1-4, QS. al-Ma'idah: 17, 73, 117, dan 171. Namun demikian, toleran bukan berarti membenarkan status keyakinan "syirik", tapi justru berkesempatan untuk meluruskan dan menyampaikan kebenaran dengan cara-cara yang santun, bijaksana dan hikmah atau berargumentasi. Allah berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. an-Nahl: 125)
Kalau saja beberapa karakteristik sekaligus konsep di atas dipahami secara mendalam dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan sosial, baik dalam lingkup masyarakat dan bangsa maupun negara, maka insyaa Allah akan terjadi kehidupan yang lebih harmonis di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Mungkin ada saja benih perbedaan pendapat yang menimbulkan gesekan; namun hal tersebut pada dasarnya bukan karena ajaran Islamnya, tapi karena cara kita dalam memahami ajarannya yang butuh pembenahan dan perbaikan. Ingat, di Mekkah dan Madinah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bisa hidup berdampingan dengan non muslim, bahkan beliau kerap memberi bantuan kepada mereka dan memberi keteladanan dalam kehidupan sosial. Semoga kita mampu meneladani beliau dalam berbagai aspeknya, sehingga kelak layak mendapatkan syafaatnya! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Moderasi dan Toleransi Beragama"
Komentar
Posting Komentar