Aisyah Humaira; Bayi Aktif yang Terus Menginspirasi


TAK terasa hari Ahad 9 April 2023 usia anak saya yang bungsu Aisyah Humaira genap berusia 3 tahun. Aisyah, demikian saya, bunda dan kedua kakaknya menyapanya, lahir pada 9 April 2020. Kala itu, Indonesia bahkan seluruh dunia dilanda bencana non alam: Covid-19. Sebuah kondisi yang mengkhawatirkan dan mencemaskan semua orang. Alhamdulillah kami sekeluarga tak ada yang kehilangan nyawa gegara bencana mematikan ini. 

Saya sangat bersyukur karena perkembangan dan pertumbuhan Aisyah cukup pesat. Bila dari aspek fisik ia cenderung mengikuti fisik bundanya, tapi pengetahuannya cenderung mengikuti jejak saya. Selain suka berolahraga, ia juga suka membaca dan menggambar. Beberapa buku kedua kakaknya: Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin kerap menjadi "korban" kreatifitasnya. Dari tulis menulis hingga menggambar banyak hal sesukanya. 

Bila menelisik sisi semangat belajar, Aisyah tergolong anak yang paling aktif, terutama dalam hal belajar. Selain membaca abjad dan angka di beberapa buku, ia juga menekuni pembelajaran al-Quran terutama Iqra. Walau ia baru tahap mengenal huruf, namun ingatannya cukup kuat. Bahkan beberapa surat dan ayat pada juz 30 sudah ia hafal. Uniknya, ia menghafal dengan cara mendengar sekaligus mengikuti aktivitas kedua kakaknya pada saat belajar. 

Selain itu, bundanya (Eni Suhaeni), seperti juga saya, kerap mengikuti kehendaknya untuk mendengarkan murotal anak setiap hari. Bahkan menjelang tidur malam, ia selalu meminta untuk diperdengarkan murotal anak untuk juz 30 dan surat lain yang ia suka. Selain karena ketelatenan bunda dan kedua kakaknya dalam menemani belajar, ia sendiri memang sosok yang memiliki kemauan yang kuat untuk belajar, terutama menghafal.

Ya, kini Aisyah sudah genap berusia 3 tahun. Usia belia seperti ini mengingatkan saya pada beberapa hal, pertama, daya ingat yang terjaga. Anak sesuai demikian tentu memiliki daya ingat yang sangat kuat. Apapun yang didengar, biasanya cepat ia ingat, bahkan untuk mengulangnya. Mungkin tak perlu pada waktu seketika, sebab bisa juga terekam dengan baik pada memorinya. Sehingga bila suatu saat ia mendengar kembali apa yang ia dengar, ia bakal ingat kembali, hingga mengulang juga menghafalnya. 

Kedua, mudah mencontoh. Anak seusia itu biasanya mudah mencontoh ucapan dan tingkah laku siapapun di sekitarnya, terutama orangtua dan kakak-kakaknya. Hal ini bukan isapan jempol belaka, sebab Aisyah juga demikian. Ia sangat mudah mencontoh apa yang diucapkan bunda dan kedua kakaknya. Ia juga suka mengulang apa yang sering saya ucapkan. Contoh kecil, ia kerap bersemangat untuk membaca buku. Karena itulah yang ia lihat berhari-hari sejak dulu hingga kini. 

Ketiga, terjaga fitrahnya. Setiap anak yang terlahir pasti dalam keadaan suci. Fitrah manusia adalah suci, lalu lingkungannya akan mempengaruhi fitrahnya itu kelak. Fitrah yang suci dapat mempengaruhi perjalanan hidupnya kelak. Bila sejak kecil seorang anak mendapatkan lingkungan dan suasana yang memastikan fitrahnya terjaga maka kelak ia pun bakal menjadi anak yang terjaga: taat kepada Allah dan orangtuanya, serta bermanfaat bagi banyak orang. Saya optimis Aisyah juga demikian. 

Kehadiran Aisyah di tengah keluarga kecil saya adalah anugerah terindah dari Allah. Azka Syakira dan Bukhari Muhtadin selaku kakaknya pun merasakan betapa kehadirannya adalah kebanggaan. Bila dulu mereka hanya bermain dan belajar berdua, kini ada anggota baru yang hadir turut meramaikan. Kehadirannya kerap membuat sekeluarga tawa, haru dan bangga. Terima kasih ya anak sayang, semoga engkau selalu menjadi sumber inspirasi keluarga dan menjadi adik yang baik bagi kedua kakakmu. Semoga Allah selalu menguatkan, membimbing dan memberkahi kalian bertiga anak sayang! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Dia dan Cinta" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok