Pesan Lebaran Anies Baswedan


KITA baru saja melewati rangkaian ibadah Ramadan 1444 H. Kita pun sudah memasuki bulan Syawal 1444 H. Itu pertanda kita memasuki momentum lebaran yang akrab kita sebut dengan hari raya idul fitri. Perbedaan memulai Syawal kali ini adalah khazanah yang sudah kita alami sejak lama. Para ulama lintas generasi sudah terbiasa dengan perbedaan semacam itu. Tugas kita sekarang adalah mengapresiasi perbedaan itu dengan tulus, toleran dan dewasa. Di sinilah perlunya kebijaksanaan dalam menyikapi siapapun yang berbeda dengan kita. Dan, kita sudah terbiasa dengan realitas semacam itu. 

Pada momentum lebaran tahun ini, paling tidak ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Anies Baswedan selaku bakal calon presiden Indonesia untuk periode 2024-2029 melalui pemilihan presiden atau pilpres pada 14 Februari 2024 mendatang. Pesan lebaran Bang Anies atau Mas Anies sejatinya bisa kita baca dan dengar di berbagai laman media online termasuk YouTube. Semuanya bertujuan untuk memastikan lebaran berjalan penuh hikmat sekaligus terjaganya keakraban sesama anak bangsa di tengah keragaman atau perbedaan pilihan politik.

Sebagai tindaklanjut dari pesan tersebut, melalui tulisan ini saya berupaya mengelaborasinya kembali. Pertama, pilpres adalah perjuangan besar. Sebab ia diikuti oleh hampir seluruh rakyat Indonesia lintas usia dan latar belakang. Inilah pesta paling besar dalam perjalanan sejarah bangsa kita. Untuk itu, kita mesti berperan aktif dan meningkatkan kualitas kewargaan. Kita dengan segala potensi dan pandangan politik yang berbeda mesti mengutamakan kepentingan besar dan tidak terjebak dengan urusan remeh temeh yang mencerai beraikan kita. Turun tangan memenangkan kompetisi adalah pilihan jenial yang perlu kita jalankan saat ini dan ke depan. 

Kedua, kompetitor adalah teman berdemokrasi.  Pilpres adalah momentum elegan dan demokratis untuk menentukan siapa yang kita restui menjadi pemimpin yang akan memimpin kita dalam wadah negara kesatuan. Memandang mereka yang berbeda mesti dibingkai oleh radar yang besar dan luas, sehingga kita bisa menghargai dan menghormati mereka yang berbeda. Teman berkompetisi mestinya saling menguatkan, bukan untuk saling menghabisi. Sederhananya, lawan dalam pilpres adalah teman dalam berdemokrasi. Tanpa lawan, kompetisi tidak bakal terjadi. 

Ketiga, lakoni aksi politik dengan santun. Kita adalah bangsa yang terkenal dengan nilai luhur perjuangannya. Para pendahulu adalah pejuang sejati yang memiliki jiwa dan sikap yang mencerminkan keunggulan dan kemuliaan mereka. Bayangkan saja, dalam kondisi dijajah oleh para penjajah, mereka tetap menghadapi dengan kesantunan. Kini, kita tidak sedang berhadapan dengan penjajah. Kita hanya berkompetisi politik dengan saudara kita sebangsa dan setanah air. Mereka bukan orang lain, mereka adalah saudara kita sendiri. Karena itu, tetaplah menjaga kesantunan dan hubungan baik dengan siapapun yang berbeda. 

Keempat, lebaran adalah momentum mendengar. Pada lebaran laiknya kita terbiasa untuk menjalin silaturahim dengan keluarga, tetangga dan kolega, baik yang jaraknya berdekatan maupun yang berada di nun jauh di sana. Silaturahim yang kita tunaikan pada saat lebaran ini bukan saja untuk mengakrabkan hubungan darah dan handai tolan tapi juga hubungan sosial kewargaan. Dan yang tak kalah pentingnya, inilah momentum untuk banyak mendengar suara masyarakat luas secara tulus dan jujur. Sehingga sikap kita dalam menindaklanjuti benar-benar berbasis pada suara nurani terdalam masyarakat lintas latar belakang. 

Mas Anies sudah diusung oleh tiga partai koalisi yaitu PKS, Partai NasDem dan Partai Demokrat. Walau pun masih menanti momentum yang tepat untuk mendeklarasikan Mas Anies dengan pasangannya untuk maju di pilpres 2024, sosok ini bisa dipastikan bakal maju pada pilpres terbesar pertama yang pernah ada di jagat ini 14 Februari 2024 nanti. Di tengah masa menanti itu, kini kita sedang berada pada situasi lebaran. Sebuah momentum yang sangat tepat untuk memastikan setiap langkah politik kita tetap menghadirkan keakraban dan kenyamanan bagi semua. 

Kita menyadari munculnya beberapa tokoh yang konon dicalonkan untuk pilpres 2024 nanti. Adanya tokoh lain yang diusung untuk maju pilpres 2024 merupakan hal yang wajar dan layak dihormati. Saling mendoakan kepada kebaikan jauh lebih produktif dan bermanfaat, daripada mencaci maki dan hina menghina. Ingat, pilpres adalah kompetisi ide, narasi dan rekam jejak. Kita tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk merendahkan siapapun yang berbeda dengan pilihan atau dukungan dan usungan kita. Itu bukan tabiat kita dan bukan warisan para pendahulu bangsa kita. 

Ingat, fokus kita adalah melakukan sosialisasi dan publikasi ke masyarakat agar semuanya semakin mengenal tokoh yang kita dukung dan usung, dalam hal ini Anies Baswedan. Dengan demikian, mereka juga bakal semakin berupaya untuk mencari tahu dan mengenal ide dan rekam jejak Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 ini. Dalam politik, pada akhirnya yang kita butuhkan bukan saja dukungan masyarakat pemilih tapi juga doa terbaik mereka. Karena itu, kita juga perlu memohon doa mereka dan mendoakan agar ikhtiar kita mendapat kekuatan dan lindungan dari Allah, sehingga kelak dapat meraih kemenangan kompetisi dengan damai dan bermartabat. Akhirnya, selamat lebaran disampaikan kepada seluruh relawan sekaligus masyarakat Indonesia di seluruh dunia! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Anies Baswedan; Merawat Persatuan Wujudkan Keadilan Sosial" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok