Selamat Jalan Pak Guru Mustajik!
"Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun. Semoga husnul khotimah. Teringat beliau mendidik saya dulu semasa di bangku SD dulu," ungkap Imran salah satu muridnya era di MIS yang berlokasi di kampung Leheng ini. "Ya Allah, kemarin saya jumpa terakhir dengan beliau. Innalillahi wa Inna ilaihi rooji'uun. Semoga beliau husnul khotimah!," ucap tokoh muda Manggarai Barat sekaligus Tenaga Ahli DPR RI Fraksi PAN, Muhamad Salahudin.
Keponakannya juga memberi kabar dan komentar di group WhatsApp yang dihuni oleh generasi muda Golo Sengang tersebut. "Te manga beti na. Mo pari mo helar mawo sili galung lengkong Leheng rebaong hanang koe. Pas mo ise toa mama ga, lelo lise laing toko na. Mo petu lise, kali te manga nai na ga. (Tidak sakit. Tadi dia sendirian masih pergi jemur padi di sawah di Leheng. Lalu istrinya pergi ke sawah, di sana dia terlihat tidur. Setelah dipegang badannya, ternyata beliau sudah meninggal)," tulis Rifa, mahasiswi asal Cereng yang masih di Universitas Nahdhatul Wathon (NW), Lombok-NTB.
Ya, Pak Guru Mustajik adalah salah satu guru atau tenaga pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Nurul Fikri di Kampung Leheng selama beberapa tahun. Beliau tergolong generasi awal yang pernah menempuh pendidikan tinggi di Desa Golo Sengang yang kala itu masih dalam lingkup Desa Golo Manting. Beliau juga termasuk generasi yang menginspirasi saya dan generasi setelah saya untuk melanjutkan pendidikan, termasuk untuk merantau ke berbagai kota. Selain berpengalaman di dunia pendidikan, beliau juga semasa di Bima-NTB aktif di persyarikatan Muhammadiyah.
Secara darah atau nasab, saya dan Pak Guru Mustajik masih keluarga bahkan sangat dekat. Beliau merupakan keponakan dari nenek Timur yaitu nenek saya dari jalur ibu atau saudara sepupu dari ibu saya (Ibu Siti Jemami). Bapak beliau adalah adik dari nenek saya. Sehingga meninggalnya bukan saja kehilangan bagi keluarga besar MIS Nurul Fikri Leheng dan Desa Golo Sengang, tapi juga terutama keluarga saya di kampung. Tapi kepergiannya menandakan beliau lebih dicintai oleh Penciptanya, Allah.
Ada tiga hal yang terus saya ingat bila mengenang sosok yang murah senyum ini. Pertama, pekerja keras. Walau seorang guru, ia tetap beraktivitas laiknya seorang petani. Selain berusaha pada sawah tadah hujan, juga berkebun. Sehingga meninggalnya pun masih di sela-sela beliau menjemur padi di sawahnya di Leheng. Bila pada siang harinya beliau mengajar, maka sorenya beliau pergi ke sawah dan kebun. Karena kerja kerasnya, anak-anaknya pun bisa menempuh pendidikan, termasuk anak pertamanya Hidayat yang kini berkarir sebagai TNI Angkatan Darat.
Kedua, motivator. Seingat saya, pada era 1990-an beliau pernah beberapa pulang kampung, berkunjung ke Cereng, bersua dengan bapak saya (Bapak Abdul Tahami). Kala itu beliau begitu bersemangat berbagi cerita sekaligus pengalaman tentang pentingnya saya dan keluarganya untuk menempuh pendidikan. Bahkan pada tahun 2013 saya bertemu langsung dengan beliau di Leheng. Motivasinya masih terasa. Beliau sangat terharu karena saya bisa menempuh pendidikan tinggi.
Ketiga, pendidik hebat. Ya, beliau adalah sosok pendidik yang selalu berkomitmen pada kemajuan pendidikan di Desa Golo Sengang. Hal ini dibuktikan dengan keaktifannya sebagai guru di MIS Nurul Fikri Leheng. Sudah banyak anak didiknya yang sudah sarjana dan sebagiannya sedang menempuh pendidikan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Seperti di Labuan Bajo, Bima, Mataram, Surabaya, Bandung, Jakarta dan sebagainya.
Ucapan kehilangan sekaligus duka cita keluarga besar diwakili oleh seorang koleganya di MIS Leheng. "Bapa selamat jalan semoga engkau diterima di sisi-Nya. Engkau adalah guru kami, engkau adalah sahabat kami, engkau adalah segalanya bagi kami. Canda tawa setiap hari di tempat kita bekerja. Sekarang engkau telah pergi meninggalkan kami semua. Kami yakin engkau bahagia di sisi-Nya," ungkap Jafarudin, Kepala Sekolah sekaligus Guru MIS Nurul Fikri Leheng di status Facebooknya.
Meninggalnya Pak Guru Mustajik adalah kabar yang mengagetkan di penghujung ramadan 1444 bertepatan dengan 19 April 2023. Meninggalnya adalah kehilangan bagi semua. Kekurangan dan kelemahannya selama menjalankan peran sebagai guru adalah sebuah kenyataan bahwa manusia memang makhluk yang lemah. Namun kita hanya boleh mengambil hikmah sekaligus pelajaran berharga dari lakonnya selama hidup. Bagaimana pun, apa yang beliau perankan selama ini adalah sebuah tenunan sejarah yang mulia dan bermanfaat bagi masa depan keluarga besar Desa Golo Sengang. Semoga Allah ampuni dan menyediakan surga terbaik untuknya. Akhirnya, selamat jalan Pak Guru Mustajik, jasamu selalu terkenang dan mesti terus dikenang! (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Merawat Indonesia"
Komentar
Posting Komentar