Guru Menulis, Bisa!


MENULIS adalah aktivitas yang menyenangkan bagi sebagian orang. Namun belum menyenangkan bagi sebagian yang lain. Mereka yang senang tentu karena banyak sebab, misalnya, menikmati dampak atau efek karya tulis yang sukses mereka karyakan. Sehingga berhenti menulis sama saja dengan berhenti memanen kesenangan, baik batin maupun materi. Sementara mereka yang tidak senang, tentu karena alasannya masing-masing seperti tidak berminat, kurang pengalaman dan sebagainya. 

Di dunia pendidikan, menulis merupakan tradisi yang paten dan melekat. Para guru, misalnya, pasti akrab dengan tradisi menulis. Walaupun tidak berprofesi sebagai penulis, guru sangat rutin menulis, minimal menulis materi pelajaran yang mereka ajarkan di saat mengajar di kelas atau proses pembelajaran berlangsung. Ini bermakna, guru sudah terbiasa menulis, bahkan ketika mereka masih menempuh pendidikan TK, SD, SMP dan SMA atau sederajat. Hanya saja menulis sebagai aktivitas yang diseriusi sehingga menghasilkan karya tulis sepertinya butuh waktu, proses dan kesungguhan. 

Hari ini Sabtu 12 Agustus 2023 saya mendapat kesempatan untuk menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan buku dan artikel di SMPIT Al-Falah, Kota Cirebon, Jawa Barat. Acara yang dipandu langsung oleh Kepala SMPIT Al-Falah Pak Yamin ini dihadiri oleh guru setempat. Pada acara ini saya menyampaikan dua materi inti, pertama, teknik menulis buku, kedua, teknik menulis artikel. Di sela-sela itu, saya juga menyampaikan materi seputar motivasi menulis. Sebagai pemula, materi ini cukup untuk memantik mereka untuk menulis atau berkarya. 

Secara umum materi yang saya sampaikan sejatinya dapat dibaca di berbagai media online, baik karya saya sendiri maupun karya penulis lainnya. Sehingga kehadiran saya di forum akhir pekan ini hanya menambah semangat dan memastikan virus literasi atau menulis terus menjangkiti banyak orang termasuk para guru di sekolah yang berada di perbatasan kota dan kabupaten Cirebon ini. Harapannya, kegiatan semacam ini menjadi rutinitas yang terjadwal dengan baik ke depan. 

Ada tiga hal yang menjadi inti ulasan saya kali ini. Pertama, memotivasi para guru untuk menulis. Bahwa siapapun termasuk guru pasti bisa menulis hingga menghasilkan karya tulis, apapun bentuknya. Menulis buku dan artikel, misalnya, guru bisa melakukan itu di sela-sela menjalankan tugas dan kewajibannya. Caranya, ia mesti mencicil tulisannya. Susun target dan fokus pada targetnya, lalu mulailah menulis. Motivasi terkuat itu sejatinya berasal dari diri para guru sendiri, ya kita masing-masing. Bila tekad untuk menulis kuat maka itu bakal menjadi pendorong yang juga kuat.

Kedua, guru yang menulis hingga punya karya tulis pasti berdampak pada kualitas pendidikan. Sebab menulis dapat merubah dan memperkaya perspektif guru, menambah dan memperluas pengetahuannya. Menulis yang baik dibarengi membaca yang baik. Basis utamanya adalah tradisi baca-tulis yang kuat. Makanya, bila ingin memiliki karya tulis, hal utama yang perlu dimiliki adalah giat baca-tulis. Bila kita sudah biasa melakukannya maka dampaknya pada luasnya ilmu dan wawasan. Bila guru mencapai level itu maka kualitas pendidikan, minimal di sebuah lembaga pendidikan, semakin meningkat. 

Ketiga, guru yang menulis hingga punya karya tulis pasti punya kenangan dan kesan tersendiri bagi diri juga guru yang lain bahkan murid atau peserta didiknya. Teman atau kolega sesama guru pasti senang membaca karya tulis temannya. Peserta didik juga pasti senang bila membaca buku karya gurunya. Mereka bakal mengenang guru selamanya. Sebab guru bukan saja hadir di ruang kelas tapi juga di tradisi literasi mereka. Intinya, bila guru menulis, baik puisi, cerpen dan artikel bahkan buku, itu bisa! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Aku, Dia & Cinta" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok