Modal Penting Menulis


PERKEMBANGAN dunia kepenulisan Indonesia selama sedekade terakhir tergolong lamban. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah buku yang dipajang di berbagai toko buku. Biangnya tentu saja karena memang jumlah penulis yang juga semakin sedikit. Sekadar survey kecil-kecilan, coba cek berapa jumlah penulis artikel, cerpen dan puisi di lingkungan kita. Atau berapa jumlah penulis buku di kota kita. Jelas toh jumlahnya? Atau sesekali deh baca hasil penelitian ilmiah para peneliti yang meneliti seputar dunia penulisan dan perbukuan di dunia termasuk di Indonesia. Saya yakin, Anda bakal tercengang dengan data-datanya. Benar-benar tragis dan bikin ngilu gigi juga hati! 

Padahal bila kita menelisik secara langsung fenomena munculnya berbagai teknologi infomasi dan komunikasi, maka kita mendapatkan sebuah informasi yang jelas bahwa peluang dan momentum untuk menulis sangat terbuka lebar. Contoh konkretnya adalah ketersediaan fasilitas sekaligus media. Siapapun rerata memiliki handphone atau HP. Pada satu HP tersedia aplikasi atau fasilitas gratis untuk menulis, bukan sekali sehari tapi berkali-kali dalam sehari. Bukan kah setiap kita memiliki akun media sosial dan aktif di berbagai grup media sosial? 

Pada dasarnya setiap kita sudah mengenal aktivitas menulis sejak lama, bahkan sejak kita duduk di bangku pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak. Pada saat sekolah dasar hingga SMP dan SMA pun kita semakin mengenal aktivitas yang akrab dengan dunia pendidikan ini. Apalagi pada saat menempuh pendidikan tinggi, kita tentu sudah akrab dengan aktivitas menulis. Berbagai tugas kuliah sangat akrab dengan aktivitas menulis. Dari makalah dan paper hingga laporan penelitian, termasuk tugas akhir pun akrab dengan aktivitas menulis. 

Lalu, bagaimana caranya agar pengalaman semacam itu bisa kita Ramu jadi pengalaman yang lebih produktif hingga jadi karya yang dibaca sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang? Menulis adalah aktivitas yang bisa ditekuni oleh siapapun, apapun profesi dan latar sosialnya. Seorang ibu rumah tangga, tukang becak, pedagang bakso, sopir, tukang ojek, dosen, guru, ASN/PNS, anggota TNI/Polri, dan sebagai apapun kita pada dasarnya sangat mungkin untuk menghasilkan karya tulis. Pengalaman dan potensi kita terbuka lebar menjadi modal utama dalam menghasilkan karya tulis. 

Saya sendiri termasuk yang sangat percaya bahwa setiap orang bisa menjadi penulis, walaupun tidak berprofesi sebagai penulis. Untuk mencapai level semacam itu, paling tidak kita butuh beberapa modal penting. Pertama, niat dan tekad. Menulis tentu butuh niat yang tulus dan ikhlas. Hal ini sangat urgen, sebab ini dibangun dari dan di dalam hati. Bila hati kita sudah mencanangkan itu maka pikiran dan anggota badan kita pun bakal tergerak untuk menulis. Tekad yang kuat bakal memotivasi kita untuk terus bergerak atau menulis setiap hari. Perkuat niat dan tekad, nanti bakal menjadi energi yang terus menggelora dalam diri kita untuk menulis dan menulis.  

Kedua, ide atau gagasan. Tulisan apapun hanya akan berdampak dan bermakna manakala mengandung ide atau gagasan tertentu. Ide atau gagasan jenial pada sebuah tulisan atau karya tulis pasti menemukan takdirnya sebagai bacaan yang diburu pembaca. Ide atau gagasan jenial didapat dengan banyak membaca karya orang lain. Karena itu, jangan pernah berharap tulisan kita dibaca atau diburu orang bila kita masih malas untuk membaca dan memburu karya tulis orang lain. Sekarang, silahkan beli banyak buku dan bacalah buku-buku tersebut. Ide itu bisa muncul dari hasil membaca karya orang lain, di samping dengan proses perenungan dan silaturahim kepada siapapun. 

Ketiga, kemampuan berbahasa dan keterampilan menulis. Menulis butuh kemampuan berbahasa yang baik. Penulis yang baik adalah penulis yang selalu berupaya untuk belajar dan belajar, termasuk dalam hal berbahasa. Tulisan yang membuat pembaca tersadarkan, termotivasi dan tergerak untuk melakukan kebaikan, misalnya, pada umumnya karena tulisan yang mereka baca memang nyaman dan bikin ketagihan. Itulah dampak dari kemampuan berbahasa yang baik dalam bentuk tulisan. Sederhananya, kemampuan berdiksi dan menulis itu sendiri merupakan kunci atau modal yang perlu dimiliki. 

Ketertarikan kita pada dunia kepenulisan merupakan sebuah anugerah tersendiri. Terutama di era media terutama media online dan media sosial yang semakin menjamur, kehadiran penulis merupakan keniscayaan. Sehingga konten media semacam itu mengandung nilai-nilai positif atau baik, tidak didominasi oleh konten tak bermutu seperti hoax, fitnah dan caci maki yang tak berdasar. Kesadaran untuk berkontribusi pada dunia kepenulisan perlu dikembangkan dalam setiap langkah kita di era serba kompetitif ini. Menulis memang butuh modal seperti yang saya sebutkan di atas, namun modal yang tak kalah pentingnya adalah kesungguhan dan pengorbanan. Menulis itu butuh pengorbanan waktu, tenaga dan uang hingga ide gila dan air mata. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Santri Nurul Hakim 1996-2002 dan Penulis Buku "Merindui Nurul Hakim" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok