Mewujudkan Mimpi dengan Mencari Ilmu
CITA-cita
atau impian adalah sebuah pengharapan yang dimiliki oleh setiap insan dari
kehidupannya.
“Bermimpilah
dalam keadaan mata terbuka, maka hal terindah dari sebuah mimpi adalah tindakan
sang pemimpi!”
Sebuah
cita-cita atau impian itu harus diperjuangkan, bukan terus menjadi lamunan
kosong yang tidak membawa perubahan dalam diri seseorang.
“Akan tetapi, fenomena yang cukup memperihatinkan pada zaman kita
saat ini adalah rendahnya semangat dan motivasi untuk menuntut ilmu.”
Terkadang kita lebih senang menyia-nyiakan waktu bersama
teman-teman, menghabiskan waktu di instagram, twitter, atau media sosial lain
dibandingkan duduk berdiskusi membicarakan keilmuan atau mengkaji sebuah Ilmu.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi,
diantaranya adalah karena belum mengetahui keutamaan dan keuntungan dalam
mempelajari sebuah Ilmu.
Sebagaimana Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
“…Niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Sedangkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam:
“Barang siapa
menelusuri jalan untuk mencari ilmu pada-Nya, Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Para ulama
adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun
dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia
telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud,
at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)[1]
Kemudian dalam hadits lain disebutkan,
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah
amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak
shalih yang berdoa untuknya”. (HR. Muslim).
Merenungi sebuah penjelasan sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah
dan hadits di atas, menggetarkan hati yang kian kritis menurun dalam
mempelajari sebuah ilmu agama atau ilmu pengetahuan umum.
Hal ini menjadi modal yang cukup kuat untuk terus belajar dan mendalami
sebuah ilmu. Tentu, ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat luas.
Dalam konteks itu maka diperlukan beberapa hal:
Pertama, niat yang tulus karena Allah
Niat menjadi sebuah awalan dari seluruh perbuatan yang
dilakukan oleh orang dalam setiap aktivitasnya. Jika dari pertama sebelum
memulai berniat baik, maka hasil yang akan didapatkan pun pasti akan baik pula.
Maka perlunya menata (hati) niat
karena Allah sebab niat yang baik akan selalu dimudahkan.
Kedua, mohon do’a restu orang tua
Jika kita masih memiliki orang tua yang masih hidup,
hendaknya segala hajat yang kita miliki disampaikan kepada orang tua agar turut
serta mendoakan dan meridloi atas apa yang kita kerjakan.
Ketiga, belajar yang tekun dan penuh semangat
Ketekunan dan semangat dalam belajar sudah selayaknya
tertanam dari diri seseorang pembelajar sehingga menjadi karakter keseharian
yang tercermin dalam bentuk perilaku.
Dengan rajin membaca buku, aktif dalam forum diskusi
ilmiah, dan sampai pada akhirnya membuahkan prestasi baik akademik-non
akademik.
Mengingat pengorbanan orang tua dengan susah payah untuk
membiayai kita untuk bisa menikmati pendidikan disekolah, memberikan
sarana-prasarana, atau komponen yang menunjang untuk belajar kita.
Keempat, memiliki adab kepada guru
Al-‘adab
fauqo ‘ilmu (adab itu di atas ilmu). Diantara
turunnya keberkahan ilmu yaitu memiliki adab kepada guru. Seperti ulama-ulama
kita terduhulu, sangat menjungjung tinggi nilai adab kepada gurunya. Sehingga
ilmu yang dimiliki oleh para ulama kita dulu sangat bermanfaat, membimbing umat
kejalan yang benar, memberikan pengajaran dan seterusnya.
Kelima, optimis dalam meraih sebuah mimpi
Perlunya keyakinan
dalam diri dan memangkas segala rasa keragu-raguan. Selalu percaya bahwa
sesuatu yang diinginkan pasti akan tercapai. Insyaallah.
Keenam, berdoa kepada Allah
Sebagai
orang beragama muslim, tentu kita punya Allah Subhanahu wata’ala berusaha dibarengi dengan do’a adalah cara
terbaik dalam sebuah makna perjuangan. Allah dengan segala kasih sayang-Nya
selalu memperkenankan hamba-Nya untuk senantiasa berdo’a untuk dikabulkan.
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Berlatar belakang dari sebuah keluarga sederhana,
pedagang kecil, berjualan setiap hari pagi dan malam. Hal tersebut tidak
sedikitpun menjadi sebuah alasan untuk tidak memiliki mimpi yang besar,
semangat, dan optimis yang tebal. Sederhana, kelak ingin memiliki sebuah yayasan,
pesantren, lembaga sekolah.
Meski dalam kenyataannya mempertahankan sebuah harapan itu tidak mudah, butuh
perjuangan agar bisa sampai kepada tujuan tersebut. Jalan menuju kesuksesan
yang begitu panjang dan berliku, bisa membuat orang lelah di tengah jalan,
belum lagi harus melewati jalan berbatu dan terjal yang berbahaya.
Tak heran, banyak orang yang terjatuh berkali-kali
sebelum tiba di tujuan. Namun, tak sedikit yang menyerah dan terus melanjutkan
perjalanan. Semoga kita semua bisa mewujudkan apa
yang kita impikan dengan terus semangat memperdalam ilmu! [Oleh: Rifki Azis—Mahasiswa
Studi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana IAIN Syeikh Nurdjati
Cirebon-Jawa Barat angkatan 2019]
Komentar
Posting Komentar