Menanti Aksi Nyata Majelis Ormas Islam


Alhamdulillah hari ini Kamis 30 Desember 2021 saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara Muhasabah Ahir Tahun 2021 yang diadakan oleh Majelis Ormas Islam (MOI). Acara yang dimulai pukul 16.00 WIB-selesai dan dimoderatori Ustadz Fakhrizal Idris ini dihadiri oleh hampir seluruh pimpinan Ormas Islam, di samping perwakilan masing-masing Ormas yang menyatu dalam wadah MOI. Acara ini diselenggarakan secara online di Zoom Meeting dan disebarluaskan di beberapa akun media sosial. Melalui tulisan ini saya mohon maaf kepada para sesepuh, ulama dan pemimpin umat karena saya menyaksikan acara ini sambil berbaring karena sakit. Sesekali saya bangun, namun lebih banyak berbaring.  


Dalam daftar informasi yang saya saksikan, puluhan pimpinan Ormas hadir memberikan sambutan, di samping ratusan peserta dari berbagai Ormas Islam yang berasal dari seluruh kota di Indonesia, bahkan luar negeri. Diantaranya KH. Nazar Haris (Ketua Presidium Majelis Ormas Islam, MOI), Prof. Dr. Didin Hafidhuddin (Ketua Umum BKSPPI), KH. Dr. Anwar Sanusi, SH., S.Pel., MM (Wakil Ketua Pembina PP Perti), KH. Ir. Nuruzzaman (Skretaris Jenderal DPP Al-Ittihadiyah), dan Dr. Khairan Arif, MA (Sekretaris Jenderal IKADI). 


Selanjutnya, ada KH. Dr. Mashirul Haq Marling, MA (Ketua Umum DPP Hidayatullah), KH. Dr. Mashyhuril Khamis, SH., MM. (Ketua Umum PB Al-Washliyah), Dr. Adian Husaini, MA. (Ketua Umum DDII), KH. Ahmad Sadeli Karim, Lc. (Ketua Majelis Amanah PB Mathlaul Anwar), KH. Nurhasan Zaidi, S.Sos (Ketua Umum DPP PUI), KH. M. Zaitun Rusmin, Lc., MA (Ketua Umum PP Wahdah Islamiyah), Dr. Faizol Nasar Bin Madi, MA. (Ketua Al-Irsyad Al-Islamiyah), KH. Aceng Zakaria (Ketua Umum PP Persis), dan beberapa tokoh lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu pada tulisan ini. 

Dari seluruh sambutan para tokoh saya mencatat beberapa poin penting, pertama, kekuatan iman sebagai modal utama persatuan. Untuk itu, upaya meningkatkan kualitas iman perlu dijadikan agenda utama. Sebab kekuatan iman adalah modal penting dalam menjalankan peran-peran dakwah. Iman yang kuat sangat ditunjang oleh kualitas ibadah dan amal soleh yang terus menerus kita tunaikan. Iman yang kokoh adalah landasan pokok yang menentukan pergerakan dakwah yang dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat, bahkan bagi kemanusiaan ke depan. 

Kedua, ukhuwah atau persaudaraan yang paling utama adalah ukhuwah seiman, atau ukhuwah imaniyah (ukhuwah islamiyah). Untuk itu, agenda utama kita adalah mengokohkan ukhuwah islamiyah. Perbedaan yang kita alami dan hadapi perlu direspon secara dewasa dan bijaksana. Ukhuwah semacam ini adalah modal penting yang mesti dijaga dalam menjalankan peran-peran dakwah keumatan dan kebangsaan. "Salah satu kekuatan penting setelah kekuatan iman atau aqidah adalah kekuatan ukhuwah atau persaudaraan seiman", ungkap KH. Nurhasan Zaidi, S.Sos (Ketua Umum DPP PUI) dalam sambutannya.   

Walau demikian, kita tetap punya tanggungjawab untuk menjaga kekokohan Indonesia sebagai sebuah negara. Artinya, ukhuwah imaniyah mesti menopang ukhuwah wathoniyah, persaudaraan kebangsaan atau senegara. "Negara ini didirikan oleh para ulama beragama latar belakang, ia merupakan salah satu warisan yang mesti kita isi dengan lakon-lakon terbaik. Negara kita ini merupakan anugerah dari Allah. Dulu diperjuangkan oleh para ulama. Tugas kita adalah mengisinya dengan peran terbaik", ungkap Dr. Adian Husaini, MA. (Ketua Umum DDII) dalam sambutannya. 

Ketiga, banyak belajar pada sejarah. Bila kita membaca sejarah, kita dapat menemukan sebuah fakta bahwa dulu para tokoh umat pernah berkumpul dan sukses mendirikan Syarikat Islam (SI) atau Syarikat Dagang Islam (SDI). Ini adalah salah satu embrio berdirinya berbagai kekuatan umat Islam kala itu. Berikutnya muncullah Ormas Islam dengan fokus dakwahnya masing-masing. Semua memiliki peran dan kontribusi ril bagi upaya penguatan umat bahkan kelak dalam mendirikan negara kita Indonesia.  

Mengenai hal ini kita perlu banyak membaca sejarah dan pengalaman masa lalu. Sebab Allah akan terus menguji kita dengan berbagai ujian. Ujian-ujian tersebut memiliki korelasi dan kemiripan dengan ujian-ujian pada masa-masa sebelumnya. Salah satu ujian yang perlu dibaca dan direnungi kembali adalah bahwa dulu kita pernah menyatu dalam wadah Masyumi. Ya, pada awalnya kita menyatu pada Masyumi, namun belakangan ada dinamika lalu kita kembali ke dapur masing-masing. Tapi semangat untuk bersatu masih terbaca dalam seluruh kegiatan umat Islam, termasuk upaya kita dalam menguatkan MOI saat ini dan ke depan.  

Kempat, perlu agenda strategis yang bisa dilaksanakan secara bersama atau dilakukan oleh masing-masing ormas tapi tetap dalam bingkai misi bersama. Untuk mencapai hal ini perlu diadakan pertemuan atau konsolidasi rutin. Pertemuan kali ini sudah merupakan pertemuan yang sangat berharga dan menjadi embrio bagi pertemuan berikutnya, bahkan bagi hadirnya berbagai agenda strategis yang akan dihadirkan ke depan. 

Saat ini kita berkumpul dan bersatu dalam satu wadah yang menarik dan strategis yaitu MOI. Ormas yang berkumpul atau bersatu dalam wadah MOI ini merupakan organisasi yang berdiri sebelum republik ini berdiri. Artinya, ormas-ormas ini merupakan ibu sekaligus ayah kandung negara ini. Di samping beberapa diantaranya berdiri setelah republik berdiri. Walau demikian semangatnya sama, yaitu menebar dakwah Islam dan menghadirkan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, termasuk memajukan negeri ini.   

Kelima, perlu strategi dakwah baru agar dampak dakwah Islam semakin luas dan mendapat simpatik bagi semua kalangan. Perkembangan Islam di berbagai benua merupakan inspirasi bagi kita untuk terus melakukan aksi-aksi dakwah secara lebih cerdas. Di Amerika dan berbagai negara di Eropa terjadi perubahan drastis. Jumlah non mulim yang masuk Islam semakin banyak dan suasananya menggeliat. Bahkan beberapa tempat ibadah sudah dijual dan berubah status menjadi masjid atau musola, juga perpustakaan yang dikelola oleh umat Islam. 

Era disrupsi ini menuntut kita untuk semakin adaptif namun tetap dalam bingkai dan nilai-nilai luhur dakwah. Konsep dakwah kita mesti diekspresikan secara adaptif, sehingga semakin menarik untuk diikuti oleh umat bahkan bagi umat lain yang ingin dan tertarik mendalami Islam. Termasuk menjaga kolaborasi dalam menunaikan peran-peran dakwah di tengah masyarakat. MOI adalah gerakan masyarakat sipil yang khas dan sebentuk kolaborasi baru. Gerakan civil society semacam ini sangat perlu dan penting, sebagai upaya menebar kebaikan atau dakwah kita bagi kemanusiaan, terutama di negeri kita ini. Kata kuncinya adalah penyatuan hati, penguatan misi dan kejelasan langkah gerakan. Setiap ormas saling menguatkan dan berkolaborasi untuk cita-cita dakwah: amar maruf nahyi mugkar.  

Pertemuan kali ini merupakan pertemuan penuh berkah. Sebab di sini kita bisa merajut dan mengokohkan persaudaraan sekaligus peran dakwah kita. Getaran ukhuwah pada pertemuan ini sangat terasa. Begitulah kenikmatan ukhuwah itu menggerakkan dan menginspirasi kita. Tidak salah bila sebagian ulama menjelaskan bahwa ia adalah nikmat terbaik setelah nikmat iman seperti yang disebutkan pada awal tulisan ini. Saya sendiri seperti yang saya sampaikan di awal, tidak bisa mengikuti acara secara maksimal, sebab saya menyaksikan sambil berbaring karena sakit. Sesekali saya duduk, namun kondisi meniscayakan saya untuk menyaksikan dengan berbaring. Semoga ada peserta lain yang hadir bisa membuat catatan sebagai dokumen literasi untuk kegiatan penting ini. 

Secara pribadi saya menyaksikan bahwa pengalaman masing-masing Ormas adalah kekayaan. Ini adalah modal kita semua dalam menjalankan peran dakwah ke depan. Ormas Islam mesti mewarnai berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat bahkan bangsa dan negara. Kita mesti terus saling tolong menolong dan membantu sesama untuk terus berkontribusi dalam mencapai perubahan ummat dan bangsa kita. Sehingga ke depan Islam semakin diminati dan menjadi nilai kehidupan umat termasuk umat manusia lintas peradaban. Dan ala kulli hal dan singkatnya, kita semua sama-sama menanti langkah atau aksi nyata kita selanjutnya yaitu langkah nyata Majelis Ormas Islam (MOI)! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat dan Pemimpin Redaksi Majalah Intisabi Edisi Digital 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah