Menggapai Cinta Luar Biasa


BERSATU dalam ikatan pernikahan adalah perjalanan spesial yang dialami satu pasangan suami-istri. Umumnya, beberapa waktu di awal pernikahan suasana pasangan begitu romantis. Bukan saja tidur dan makan yang berdua, olahraga dan belanja ke pasar pun selalu berdua. Termasuk saat berkunjung ke pusat perbelanjaan, biasanya selalu bersama. Suasana romantis terasa dan terlihat jelas, bahkan dapat disaksikan banyak orang.  

Tapi manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Ada saja celah untuk salah dan keliru dalam menjalani kehidupan, termasuk sikap pada pasangannya. Suami yang akrab dengan sikap tegas bisa jadi salah ucap, sehingga istri merasa selalu disalahkan. Istri yang lembut dan memiliki beban besar mengurus rumah tangga mungkin menuntut banyak hal dengan cara yang keliru, sehingga sang suami bersikap acuh dan melampaui batas. 

Namun, itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak berbenah dan meniti perjalanan rumah tangga dengan ayunan yang lebih indah dan bermakna. Bagaimana pun, pasangan rumah tangga adalah pasangan yang memang terbentuk dari dua jenis manusia yang berbeda. Bukan saja jenis kelaminnya yang berbeda, tapi juga karakter, selera dan kepribadiannya. Di sinilah perlunya pendewasaan diri, mau memahami pasangan dan toleran atas kelemahan juga kekurangan pasangan. 

Memberi nasehat dan mengingatkan pasangan pada kebaikan adalah keniscayaan. Namun cara dan diski yang digunakan mestinya yang menyentuh hati dan menyadarkan, bukan dengan ungkapan kotor, celaan atau hinaan dan untuk tujuan menghardik atau merendahkan. Cinta sejati itu justru teruji pada hal-hal sederhana seperti ini. Menyatakan cinta pada pasangan itu hal yang biasa, tapi bersikap santun, berucap lembut dan menghargainya dengan tulus adalah cinta yang sesungguhnya, cinta luar biasa. 

Misalnya, sang pasangan meninggalkan shalat lima waktu, atau lalai menjalankannya. Maka sang pasangan mesti mengingatkan pasangannya bahwa itu adalah kewajiban dan modal penting dalam berumah tangga. Rumah tangga yang dibangun di atas ketaatan kepada Allah akan berbeda dengan rumah tangga yang menjauh dari ketaatan kepada Allah. Shalat adalah wadah paling jenial yang mengakrabkan seorang hamba dengan Allah sebagai penciptanya. Pasangan suami-istri harus mengingatkan pasangannya agar lebih giat menjalankan shalat lima waktu.  

Namun, perjalanan rumah tangga umumnya tak selalu mulus. Ada saja ujian yang datang silih berganti. Ada yang mampu menghadapinya, tapi ada juga yang jatuh terjerembab. Bahkan tak sedikit yang begitu romantis di awal pernikahan, lalu terseok-seok pada perjalanan selanjutnya. Tak sedikit juga yang gagal alias berakhir di tengah jalan atau bercerai di Pengadilan Agama hanya karena masalah sepele dan remeh. Mereka tak mampu mengantisipasinya, karena terjebak pada ego pribadi dan jauh ketaatan kepada Allah. 

Membangun rumah tangga yang diberkahi Allah adalah keniscayaan bagi pasangan suami-istri. Dengan demikian, perjalanan rumah tangga lebih tertata, berbasis pada bingkai aturan Allah dan pasti mendapat keberkahan dari-Nya. Mencapai rumah tangga semacam itu butuh proses yang panjang dan berliku-liku. Karena rumah tangga memang wadah bagi cinta yang luar biasa, bukan cinta biasa. Pasangan rumah tangga, termasuk yang baru menikah, sangat mungkin mencapai cinta semacam itu, asal mereka mampu menempuh langkah-langkah praktisnya.   

Pertama, banyak bersyukur. Bersyukur kepada Allah adalah kunci utama dalam menjalani rumah tangga. Bersyukur bahwa Allah telah memilih seseorang menjadi pasangan yang halal untuk kita. Allah tentu tidak salah menakdirkan dia menjadi pasangan kita dalam menjalani roda kehidupan berumah tangga selamanya. 

Bila pun pasangan kita melakukan kesalahan, nasehatilah dia dengan bijak. Bila ia melakukan kekeliruan, ingatkanlah dia dengan cara yang santun. Pada saat yang sama sesering mungkin memohon kepada Allah agar pasangan dan rumah tangga kita selalu dalam bimbingan dan keberkahan-Nya. Ini modal gratis dan tak pakai biaya. Ya mendoakan kebaikan kepada pasangan adalah langkah cerdas dalam menjalani rumah tangga. Bangun malam, tahajutlah, lalu mendoakan pasangan kita. Insyaa Allah hatinya tersentuh dan sikapnya pada kita semakin lebih baik. 

Kedua, berkata dan bersikap jujur. Berkata dan bersikap jujur adalah kunci penting menggapai cinta luar biasa. Jangan pernah mendusati pasangan, sebab dia adalah sosok manusia yang selalu bersama kita, selamanya. Siang dan malam, suka dan duka, serta sehat dan sakitnya kita pasti selalu bersamanya. 

Pasangan hidup kita adalah sosok yang paling dekat dengan diri kita, baik fisik maupun psikis. Dialah manusia pertama yang menolong dan memahami kebutuhan kita. Jadi, dalam berbagai hal, jujurlah pada pasangan kita. Jangan pernah melukai perasaan pasangan kita untuk kepentingan sesaat dan tak bermanfaat. Biasakan diri untuk berkata dan bersikap jujur pada pasangan kita. Kejujuran adalah kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi magnet bagi kebaikan lainnya. 

Ketiga, inisiatif. Perjalanan rumah tangga yang dipenuhi berbagai tantangan sangat mungkin mempengaruhi tingkah laku pasangan suami-istri. Suami bisa saja salah memahami maksud ungkapan istri, istri terlalu over thingking terhadap sikap suami, dan berbagai hal yang mungkin menimbulkan rasa bersalah yang berlebihan, bahkan antipati yang akut pada pasangan. Di sinilah perlunya inisiatif setiap pasangan pada pasangannya.  

Inisitif dalam menjalani biduk rumah tangga adalah keniscayaan dan tak boleh dianggap remeh. Bila kita melakukan kesalahan pada pasangan, misalnya, maka berani dan jujurlah untuk menyatakan, “Sayang, aku salah. Maafkan aku ya. Aku selalu mencintaimu”, “Sayang, mohon bimbing aku agar tak terpeleset pada jalan yang salah untuk kedua kalinya”, atau, “Sayang, tolong nasehati aku dan aku mohon kamu ingatkan aku. Aku berupaya untuk selalu belajar menjadi pendamping hidup yang baik bagi kamu”, dan ungkapan lainnya.  

Bila cinta yang dibingkai oleh pacaran adalah cinta palsu alias cinta buta dan sudah pasti sia-sia di hadapan Allah, sementara cinta dalam bingkai pasangan hidup: suami dan istri adalah cinta sejati yang Allah berkahi. Berumah tangga artinya kesediaan untuk menata cinta sejati itu. Dalam rumah tanggalah cinta sejati dibangun, ditumbuhkan dan dijaga. Termasuk ketika sudah mendapat amanah dan anugerah berupa anak keturunan. 

Dengan demikian, apapun kondisinya dan bagaimanapun tantangannya, setiap pasangan suami-istri selalu berupaya untuk melaluinya dengan kesabaran yang tinggi, saling menguatkan dan mendoakan yang terbaik. Akhirnya, selamat menjalani kehidupan rumah tangga untuk para pasangan suami-istri yang selalu tulus dan setia dalam merakit cinta pada pasangan sekaligus anak-anaknya, hingga menggapai rumah tangga yang Allah berkahi, ya cinta luar biasa! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Kalo Cinta, Nikah Aja!”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Anatomi dan Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an