TERIMA KASIH MUHAMMADIYAH 

DALAM hitungan kalender masehi, tepat pada tanggal 18 November 2019, Muhammadiyah tepat berusia 107 tahun. Atau dalam hitungan hijriyah kini Muhammadiyah tepat berusia 110 tahun. Bisa dikatakan, siapapun penghuni negeri ini pasti mengenal organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini. Bagaimana tidak, sejak didirikan organisasi yang kini diikuti hampir 40-an juta ini sudah banyak berkiprah dalam berbagai aspek dan dimensinya.

Judul di atas sengaja saya ketengahkan pada tulisan kali ini karena beberapa alasan mendasar. Pertama, dalam konteks sejarah bangsa dan negara, Muhammadiyah turut merumuskan dasar negara, mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan mengisinya dengan berbagai peran penting, serta menebar baktinya bagi keutuhan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Adalah Pakar Sejarah asal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra (2016) pernah mengatakan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan paling besar di dunia yang memiliki peran besar dalam membangun sejarah umat Islam dan bangsa Indonesia juga dunia internasional. Tanpa Muhammadiyah, kata Azra, umat Islam juga bangsa ini akan kehilangan ruh, gagasan, penerus bahkan akan tercerai berai tanpa bentuk.

Kedua, Muhammadiyah telah menghadirkan pemahaman keislaman yang ramah namun cerdas karena fondasi keislaman Muhammadiyah bersumber pada Al-qur’an dan Al-sunnah yang disertai pengembangan ijtihad. Ya, pemahamanan keagamaan dan metode dakwah yang dikembangkan Muhammadiyah menjadi cetak biru modernisme Islam di Indonesia. Islam yang ditampilkan oleh Muhammadiyah berkarakter tengahan (wasatiyah) dan menyejarah sehingga melahirkan format Islam yang menyejukkan namun tetap dalam bingkai profetik (kenabian).

Dengan begitu reputasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern yang terbesar di dunia telah dikenal luas secara nasional dan internasional. Bahkan jaringan organisasi Muhammadiyah sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air dan beberapa negara di dunia melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) seperti di Malaysia, Brunei Darusalam, Australia, Belanda, Inggris, Mesir, dan sebagainya. Dengan begitu pula Muhammadiyah disegani oleh siapapun dalam segala dimensinya dan kerap menjadi miniatur praktik keagamaan yang kerap mendapat sorotan bahkan penelitian banyak peneliti dari berbagai negara di dunia.

Ketiga, Muhammadiyah telah berkiprah dalam berbagai bentuk amal usaha atau apa yang kerap disebut di internal perserikatan Muhammadiyah sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). AUM melakukan pelayanan secara terus menerus baik kepada warga Muhammadiyah maupun non Muhammadiyah atau publik umumnya dalam berbagai sektornya; baik pendidikan, kesehatan, dan sosial maupun pemberdayaan lainnya.

Uniknya, tak sedikit yang bekerja di AUM adalah warga atau anggota Ormas Islam lain selain Muhammadiyah. Bahkan bukan saja umat Islam yang menikmati pelayanan AUM, tapi juga non muslim. Sebut saja di berbagai sekolah dan kampus milik Muhammadiyah seperti di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di beberapa kawasan timur Indonesia seperti di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Lebih dari 75% dosen dan mahasiswanya justru non muslim. Ini bukan sekadar kontribusi biasa, tapi ini menunjukkan komitmen keumatan sekaligus komitmen kebangsaan Muhammadiyah yang tidak bisa diragukan lagi.

Kini di seluruh nusantara kita menyaksikan terhampar simpul-simpul pelayanan dengan jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan informasi dan data resmi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada 2016 lalu, bahwa Muhammadiyah memiliki 192 peguruan tinggi, 5.015 sekolah madrasah tingkat menengah, 16.346 TK ABA-PAUD, 122 pondok pesantren, 557 rumah sakit (besar, sedang dan kecil), 318 panti jompo, 437 BMT, 762 BPR syariah, 25 penerbitan, 21 ribu masjid, ribuan kelompok binaan ekonomi Aisyiyah, dan ribuan kelompok binaan pemberdayaan.

Jumlah ini tentu saja dari tahun ke tahun angkanya semakin meningkat, sebab dalam banyak momentum para pemimpin dan kader Muhammadiyah berkomitmen untuk meningkatkan jumlah amal usaha, di samping memperkuat sekaligus memperkokoh peran amal usaha yang sudah ada sejak awal Muhammadiyah berdiri.

Keempat, Muhammadiyah telah melahirkan ribuan pemikir, cendekiawan dan intelektual ternama negeri ini sejak berdiri hingga saat ini. Hampir semua Ketua Umum PP Muhammadiyah memiliki corak pemikiran yang khas. Begitu juga tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya. Gagasan dan pemikiran-pemikiran mereka mewarnai dan menjadi pusat perbincangan khalayak. Sederhananya, Muhammadiyah tidak sekadar melahirkan para pemimpin dan ulama, tapi juga para ilmuwan dan penggerak ide-ide.

Ya, mesti diakui bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan keagamaan dan sosial yang mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan umat dan bangsa. Lahir jauh sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah terus bergerak, berdenyut di setiap penjuru negeri dan jiwa umat. Muhammadiyah hadir di tengah kehidupan sosial masyarakat menjadi solusi dari setiap kondisi. Tanpa mendapatkan sumbangan APBN dan APBD, Muhammadiyah tetap bernyawa dan melakukan pelayanan publik tanpa henti.

Dalam menghadapi kehidupan mutakhir, Muhammadiyah menghadapi kehidupam keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan yang universal yang berada dalam pertaruhan yang krusial dan rumit. Bahwa umat Islam di Indonesia menghadapi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dalam banyak aspek kehidupan, di samping konflik internal, pandangan negatif dari luar, krisis kepemimpinan, sikap konservatisme, buruknya relasi antar elemen, dan sebagainya.

Pada kondisi demikian, kita berharap agar Muhammadiyah semakin konsisten dan teguh dalam menghadirkan pencerahan sekaligus pemberdayaan keumatan dan kebangsaan, termasuk dalam menebar kemuliaan dan kemanfaatan Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebab kontribusi Muhammadiyah sejatinya bukan saja membesarkan hati kita sebagai warga negara Indonesia tapi juga sebagai umat Islam yang memiliki hubungan keyakinan dengan umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Dari berbagai catatan di atas, sebagai warga biasa sekaligus pembaca aktif majalah Suara Muhammadiyah, saya berpendapat bahwa dalam konteks masa depan, kita perlu banyak belajar dan mengambil hikmah kepada Muhammadiyah. Dan, ini yang paling penting dan mendesak, kita mesti menyampaikan terima kasih banyak kepada Muhammadiyah. Ya, terima kasih banyak Muhammadiyah, semoga semua kiprah dan kontribusimu mendapat keberkahan dan balasan dari Allah (Tuhan)! (*)


* Judul tulisan 
TERIMA KASIH MUHAMMADIYAH 

Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis buku "Melahirkan Generasi Unggul"

* Tulisan lama, pernah dimuat di sebuah Surat Kabar pada 2017 dan 2019 lalu. Semoga bermanfaat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah