Mengenang Pak Mohammad Masir


SAYA baru saja mengikuti dua acara online melalui Google Meet dan Zoom Meet, tetiba saya dikagetkan oleh informasi atau berita meninggalnya Pak Mohammad Masir di beberapa status akun media sosial dan group media sosial Facebook dan WhatsApp. Saya tak begitu tahu kapan waktu pastinya beliau meninggal, namun kabar ini benar-benar membuat saya kaget. Satu hal pasti, saya mendapatkan kabar bahwa beliau meninggal di media sosial pada Sabtu 19 Maret 2022 pukul 21.45 WIB. 

Seingat saya, beliau sering silaturahim ke rumah saya di Cereng, Golo Sengang, Sano Nggorang, Manggarai Barat-NTT pada era 1990-an. Karena memang Bapak saya sangat akrab dengan beliau. Pertemuan terakhir saya dengan beliau sendiri sekitar tahun 2008 silam. Kala itu saya sempat silaturahim di MTs Iqra Werang. Kebetulan beliau sering hadir untuk menunaikan shalat Jumat di masjid yang berada di komplek madrasah ini. Pada saat itu beliau meminta saya untuk menjadi Khotib Jumat. Setelah Jumatan kami pun membincang banyak hal.    

Sepengetahuan saya, beliau bisa dilekatkan dengan beberapa keunikan, kekhasan dan nilai-nilai sebagai berikut: Pertama, da'i yang teguh dalam prinsip. Walau bukan seorang ulama besar, namun beliau sosok yang punya peran dan kontribusi besar pada perkembangan pendidikan dan kemajuan Islam di Sano Nggoang dan sekitarnya. Beliau pun dikenal sebagai sosok yang tegas pada prinsip dan tak mudah digoyahkan. Sehingga dalam banyak hal beliau tetap dianggap sebagai rujukan yang punya prinsip. 

Kedua, berilmu dan berwawasan luas. Beliau termasuk salah satu tokoh muslim di kecamatan Sano Nggorang yang menempuh pendidikan tinggi. Sehingga beliau pun tergolong memiliki ilmu dan berwawasan luas. Potensi inilah yang menambah kepercayaan umat Islam pada beliau untuk berbagai amanah dan peran di tengah umat yang hidup di tengah keragaman agama. Dan pada banyak hal beliau selalu menjadi delegasi atau perwakilan umat Islam.  

Ketiga, memiliki jaringan yang luas. Sebagai seorang tokoh muslim, tentu beliau memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan banyak kalangan. Jaringan beliau pun sangat luas. Bukan saja sesama umat Islam tetapi juga dengan para tokoh non muslim, juga tokoh masyarakat, tokoh budaya dan masih banyak lagi. Bahkan dengan para pejabat pemerintah di level kecamatan, kabupaten dan propinsi pun beliau akrab.  

Keempat, bijaksana dan disegani. Walau berpendidikan tinggi dan dihormati oleh banyak kalangan, beliau tetap bijaksana. Posisi dirinya sebagai salah satu tokoh muslim di Sano Nggoang dan sekitarnya tak membuatnya angkuh, malah beliau tetap bijaksana dalam banyak hal. Karena itu jugalah beliau disegani oleh siapapun. Dalam banyak dinamika, beliau selalu menjadi tempat masyarakat meminta nasehat dan jalan keluar. Sehingga beliau pun disegani oleh banyak orang. 

Kelima, motivator dan pembawa solusi. Ketika Bapak saya masih hidup, beliau sering mengajak saya untuk bertemu dengan Pa Mohamad Masir. Berdasarkan silsilah, saya memanggilnya Kakak. Bapak saya dipanggilnya Paman. Di forum semacam itu, keduanya sering bertukar semangat dalam banyak hal terutama terkait perkembangan Islam dan pendidikan. 

Keenam, simbol pemimpin umat. Selain sebagai seorang tokoh masyarakat, beliau juga sebagai tokoh muslim di Sano Nggoang bahkan Manggarai Barat. Bahkan beliau adalah simbol utama tokoh muslim di kecamatan Sano Nggoang dan sekitarnya. Hal ini sudah beliau lakoni sejak tahun 1980-an hingga beliau meninggal. Karena beliau bukan saja memimpin MUI tapi juga Muhammadiyah Sano Nggoang. 

Ketujuh, pendidik teladan. Seingat saya, beliau sudah mengajar sejak tahun 1980-an hingga meninggal. Kalau tidak salah ingat, beliau pernah mengajar di beberapa sekolah di sekitaran Serang, ibukota kecamatan Sano Nggoang. Beliau pun tergolong guru berprestasi dan dibanggakan oleh para murid dan orangtua mereka. Sebab beliau sosok guru atau pendidikan yang cerdas, tegas dan telaten. Beliau termasuk guru senior setelah generasi Bapak saya pensiun sebagai guru. 

Sebetulnya beliau memiliki banyak hal yang belum tertekan baik oleh catatan sederhana semacam ini. Selain karena jarang bertemu dengan beliau, saya tentu memiliki keterbatasan untuk mengenal dan mengulas tentang beliau secara detail. Satu hal yang pasti bahwa kepergian beliau menyisahkan rasa sedih dan belasungkawa yang mendalam bagi banyak orang, baik keluarga maupun masyarakat serta siapapun yang pernah bersua dengannya. Namun cinta Allah lebih luas daripada cinta kita padanya. 

Sosok tokoh muslim Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT yang akrab dengan semua kalangan ini, memang unik dan layak diteladani oleh generasi muda setelahnya. Ya, kita punya tanggungjawab untuk melanjutkan lakon atau peran beliau dalam mengembangkan dunia pendidikan dan memajukan dakwah Islam di Sano Nggorang bahkan di Manggarai Barat. Sebab itulah lakon beliau yang selalu terngiang dalam benak banyak orang. Ya, kita mengenangnya sebagai sosok yang di atas rata-rata. Kini beliau telah pergi untuk selamanya. Kita memang mencintainya, namun Allah jauh lebih mencintainya. Selamat jalan Kae Momang, selamat jalan Kakak kebanggaan! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penggiat Komunitas Cereng Menulis dan Penulis Buku "Kalo Cinta, Nikah Aja!" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok