Tiga Persiapan Menyambut Ramadan


RAMADAN tiba tak lama lagi. Ramadan adalah bulan yang sangat mulia, dan penuh keberkahan. Bulan tersebut juga akrab disebut dengan bulan suci. Kita tentu saja rindu dengan datangnya bulan yang istimewa ini. Sebagai penghormatan maka kita perlu menyiapkan diri secara maksimal, sehingga ramadan yang kita lalui nanti benar-benar mampu kita isi dengan ibadah terbaik dan berkualitas. 

Pada Selasa 29 Maret 2022, saya bisa menghadiri acara Tarhib Ramadan yang diselenggarakan oleh Ikatan Pelajar Mahasiswa Mbeliling Sano Nggoang (IPM2S)  Mataram-NTB). Pada acara yang diselenggarakan melalui Google Meet ini Ustadz Amirul Mukmin, M.Pd. didaulat menjadi narasumber. Ustadz Amir, demikian ia akrab disapa, merupakan salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Insan Kamil Flobamora-NTT. Acara ini dihadiri oleh 50-an lebih anggota IPM2S yang berdomisili di Mataram-NTB dan beberapa kota lainnya di Indonesia.   

Menurut Ustadz yang kini berdomisili di Ndewel, Mbeliling, Manggarai Barat-NTT ini, sebelum kita memasuki ramadan ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan, yaitu ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Tiga hal tersebut menjadi modal yang sangat penting, sebab ketiganya berhubungan langsung dengan ibadah shaum dan ibadah lainnya yang akan kita laksanakan pada ramadan. "Ketiga hal tersebut mesti kita persiapkan, agar ibadah shaum dan ibadah lainnya maksimal kita laksanakan", ungkapnya. 

Pada tulisan ini saya mencoba untuk sedikit mengulas tiga poin tersebut, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca, terutama umat Islam di berbagai kota di seluruh Indonesia. Pertama, Ruhiyah. Secara sederhana ruhiyah artinya spiritualitas. Ya, dalam hal ini kita perlu memperhatikan kualitas spiritual kita. Spiritualitas kita sangat terkait dengan keimanan kita kepada Allah dan kepada beberapa rukun iman lainnya. 

Maka kita perlu mengokohkan keimanan kita dengan berbagai amal soleh dan pengharapan yang maksimal akan pahala juga keberkahan dari Allah. Rasulullah shallallahu 'alahi wasalam bersabda, "Barangsiapa yang ber-shaum ramadan dengan keimanan dan penuh perhitungan (persiapan), Allah akan mengampuni dosanya yang telah lampau". (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud ber-shaum atas dasar iman adalah ber-shaum karena meyakini akan kewajiban ber-shaum. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah. 

Al-Khottobi berkata, "Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu ber-shaum dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani shaum". Mengutip ungkapan Ustadz Amir, kita mesti menjalankan ibadah shaum dengan perhitungan yang maksimal, bukan sekadar menggugurkan ibadah wajib shaum ramadan. Misalnya, kita mesti memiliki target amal soleh yang jelas, sehingga tujuan shaum dapat kita gapai. 

Kedua, Fikriyah. Fikriyah artinya pemikiran. Maksudnya adalah persiapan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini kita perlu meningkatkan ilmu pengetahuan kita tentang ibadah shaum ramadan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Misalnya, memahami shaum bukan sekadar menahan seperti arti kata, shaum, yang berarti menahan. Tapi shaum mesti dipahami secara menyeluruh, dari makna kata dan terminologi atau istilahnya. Di samping pengetahuan lainnya yang masih berkaitan dengan shaum ramadan.   

Kalau kita telisik secara mendalam maka kita akan menemukan fakta bahwa Allah memanggil kita dengan panggilan kasih sayang, "hai orang-orang beriman", seperti yang terdapat pada QS. al-Baqarah: 183. Tapi tidak cukup di situ, kita juga perlu membaca dan memahami ayat 184 pada surat yang sama, ketika Allah berfirman, “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu". Artinya, shaum ramadan itu sangat istimewa dan spesial, bahkan waktunya dibatasi hanya sebulan. Kita tentu berharap agar pada waktu tersebut kita bisa mengisinya dengan amal-amalan terbaik. 

Ketiga, Jasadiyah. Jasadiyah artinya fisik. Maknanya, kita perlu mempersiapkan fisik kita. Sebab shaum ramadan dan ibadah lainnya yang dilakukan di dalam ramadan adalah ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik yang maksimal. Karena itu, sekali lagi, kita mesti menyiapkan fisik kita sejak dini, sebelum memasuki ramadan. "Kita mesti menyiapkan fisik kita secara maksimal, hingga nanti saat ramadan tiba kita tetap dalam kondisi sehat dan fisik kita kuat", ungkapnya. 

Selain shaum, pada momentum ramadan kita juga bisa melakukan berbagai ibadah lainnya seperti shalat terawih, sedekah, dan tilawah al-Quran. Secara khusus, terkait membaca al-Quran, sesibuk apapun kita diharapkan selalu memiliki semangat target untuk membaca al-Quran. Bahkan bila memungkinkan, kita juga perlu menghafal, memahami dan mengamalkan isinya. Lebih jauh lagi, kita juga menyempatkan untuk mendakwahkan isinya. "Karena al-Quran adalah firman Allah yang akan membimbing kita, maka kita perlu aktif membacanya, terutama pada ramadan", tegasnya. 

Persiapan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah adalah persiapan mendasar. Dengan ketiganya diharapkan shaum yang kita laksanakan berdampak pada diri kita. Sehingga tujuan shaum seperti yang Allah ingatkan dalam QS. al-Baqarah ayat 183, "agar kamu bertaqwa", benar-benar tercapai. Bahkan shaum yang kita laksanakan mampu meningkatkan kualitas ibadah kita lainnya selain shaum ramadan. 

Pada buku "Pendidikan Ramadan" (2021), saya sedikit menyinggung bahwa tujuan shaum adalah mencapai derajat taqwa, yaitu upaya sungguhan sekaligus kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya. Maknanya, shaum pada ramadan mestinya berdampak baik pada kualitas ibadah kita setelah ramadan nanti. Bukan saja pada aspek iman tapi juga pada aspek taqwa, yang mewujud dalam bentuk terlaksananya berbagai ibadah dan amal sosial lainnya dalam kehidupan kita.  

Insyaa Allah dengan izin-Nya kita bisa kembali bersua dengan ramadan mulia, bulan seribu bulan, yang tiba tak lama lagi. Harapannya, kita bisa mengisinya dengan berbagai bentuk ibadah khas ramadan untuk tujuan transformasi subtantif yaitu peningkatan keimanan dan ketaqwaan. Ketaqwaan, baik yang berdimensi spiritual maupun yang berdimensi sosialnya. Semoga Allah membimbing dan memberkahi seluruh niat dan langkah kita sehingga ibadah dan amal soleh yang kita laksanakan bernilai baik di sisi Allah! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Pendidikan Ramadan" dan "Kalo Cinta, Nikah Aja!"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah