MENCEGAH VIRUS CORONA DENGAN LIMA TINDAKAN SEDERHANA


BENCANA non alam: Covid-19 sejak menimpa negeri kita Indonesia pada awal 2020 hingga kini awal 2021 masih saja terasa. Sudah banyak orang yang terpapar dengan segala hal yang dirasakan dan dialami. Ada yang tertimpa sakit dan mengalami berbagai gejala, sehingga ada juga yang meninggal. Walau menurut data satgas penanggulangan Covid-19 korban terpapar belakangan semakin menurun, upaya penanggulangan terutama pencegahan tetap menjadi prioritas dan perhatian serius. 

Adaptasi kebiasaan baru atau new normal dinilai belum efektif dan tidak berdampak signifikan terhadap penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Terlebih lagi, mobilitas interaksi dan aktivitas masyarakat ditambah ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan masih kerap terjadi di era new normal. Epidemiolog dan Peneliti Pandemi Griffith University Dicky Budiman mengatakan, upaya untuk membangun peran publik dan masyarakat sangat penting dalam pengendalian pandemi Covid-19 di masa new normal. Sebab, virus corona dibawa oleh masyarakat melalui berbagai aktivitasnya, bukan menyebar dengan sendirinya. 

Bila ditelisik, saya mencatat paling tidak ada lima perilaku baru atau tindakan sederhana yang mesti diperhatikan sebagai upaya pencegahan agar kita terhindar dari virus corona, yang awalnya terkenal dengan 3 M lalu menjadi 5 M, yaitu: Pertama, memakai masker. Seperti kita ketahui bersama bahwa penularan virus corona dapat  melalui droplet atau percikan yang dikeluarkan pada saat kita batuk atau bicara. Penularan terjadi ketika percikan terhirup orang lain yang ada di sekitar. Oleh karena itu masker dibuat untuk melindungi dari droplet yang dikeluarkan oleh orang lain agar tidak masuk ke hidung dan mulut kita, ataupun sebaliknya, agar droplet kita tidak mengenai orang lain karena kita tidak tahu kita atau lawan bicara kita yang sedang menjadi pembawa virus. 

Terdapat 3 jenis masker yang disarankan kepada masyarakat agar dapat memutus penyebaran virus corona, antara lain : 1. Masker Kain. Sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan RI, masyarakat disarankan untuk memakai masker kain ketika harus bepergian ke luar rumah, misalnya saat harus bekerja atau membeli kebutuhan bulanan. Masker kain tetap dapat menghalau sebagian percikan air liur (droplet) yang keluar saat berbicara, menghela napas, ataupun saat batuk dan bersin. Jadi jika digunakan dengan benar, masker ini tetap dapat mengurangi penyebaran virus corona di masyarakat, terutama dari orang yang terinfeksi virus namun tidak memiliki gejala apa pun.

2. Masker Bedah. Ini merupakan jenis masker sekali pakai yang mudah dijumpai dan sering digunakan tenaga medis saat bertugas. Jika sedang sakit, kita lebih disarankan menggunakan masker ini karena efektif dalam mencegah penyebaran penyakit menular, seperti infeksi virus corona. Meski efektif untuk menghadang virus corona, karena stoknya yang makin menipis, saat ini masker bedah lebih diutamakan untuk melindungi tenaga medis yang bekerja di pelayanan kesehatan atau orang yang sedang sakit guna mencegah penularan virus ke orang lain.

4. Masker N95. Masker N95 juga efektif untuk mencegah penularan virus corona. Masker yang cenderung lebih mahal dari masker bedah ini tidak hanya mampu menghalau percikan air liur saja, tapi juga partikel kecil di udara yang mungkin mengandung virus. Walaupun daya lindungnya lebih baik, masker N95 tidak disarankan untuk penggunaan sehari-hari. Hal ini disebabkan desainnya yang membuat orang yang memakai bisa sulit bernapas, gerah, dan tidak betah memakainya dalam jangka waktu yang agak lama. Masker ini diutamakan untuk digunakan untuk petugas medis yang memang kontak secara langsung dengan penderita Covid-19, misalnya dokter dan perawat yang bekerja di ruang isolasi khusus Covid-19 atau di IGD.

Menggunakan masker sangat efektif dalam pencegahan virus corona. Selain itu, cuci tangan juga sama pentingnya dengan memakai masker. Untuk saat ini pemerintah sangat gencar untuk mengkampanyekan pemakaian masker, mulai dari sanksi sosial hingga materi. Masker juga dikenal dengan alat pelindung diri. Sebagai alat pelindung diri, masker dirancang untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya dan bukan sebaliknya menjadi sarana transmisi atau penularan karena penggunaan yang salah. 

Kedua, mencuci tangan. Tangan merupakan bagian dari anggota tubuh yang sering bersentuhan dengan kotoran. Si tangan juga digunakan untuk memegang dan memasukan makanan atau minuman ke dalam mulut. Menjaga kebersihan tangan baik di rumah, kantor, sekolah, atau di manapun merupakan hal yang sangat penting jika ingin terhindar dari virus dan dampak sakit yang ditimbulkannya. 

Salah satu upaya efektif menjaga kebersihan adalah dengan mencuci tangan. Manfaat mencuci tangan ada banyak. Minimal memnersihkan debu yang menghinggap di tangan kita. Kita bisa mempraktikan cara mencuci tangan secara teratur dan mengajak orang-orang sekitar untuk juga melakukannya. Badan kesehatan dunia (WHO) juga menyatakan bahwa kedua tangan kita merupakan jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Itu sebabnya, selain menjalankan gaya hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi dan mencegah timbulnya penyakit. 

Ketiga, menjaga jarak. Hal penting yang juga perlu menjadi perhatian kita adalah menjaga jarak dengan siapapun. Menjaga jarak bukan berarti tidak berkomunikasi. Hanya saja pada saat kita bertemu atau hendak berkomunikasi dengan orang lain, usahakan jarak kita dengan orang tersebut minimal 1 atau 2 meter. Hal ini mungkin terlihat sepele, namun manfaatnya sangat besar. 

Konon menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Virus Corona bisa berpindah dalam radius 1,8 meter. Karenanya, social distancing atau menjaga jarak harus dilakukan, agar terhindar dari hal-hak yang tidak diinginkan. Jika tidak terlalu penting, lebih baik menggunakan layanan pesan singkat untuk berkomunikasi. Toh setiap kita memiliki alat komunikasi dan akun media sosial. Komunikasi melalui pesan singkat dan video call dan serupanya malah lebih efektif dan memudahkan kita. 

Keempat, menghindari kerumunan. Menghindari kerumunan massa adalah langkah tepat yang dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat sebagai upaya antisipasi penularan Covid-19. Hal ini karena setiap orang bisa menjadi carrier virus corona dan tidak diketahui tanda secara fisik bila tanpa gejala. Dengan menghindari kerumunan itu artinya sama dengan melindungi orang rentan seperti lansia dan orang dengan penyakit kronis. Sebab jika orang rentan tersebut tertular virus corona akan berakibat fatal. 

Mencegah atau membubarkan kerumunan massa bila terjadi kerumunan massa jauh lebih efektif untuk mengendalikan penularan covid-19 ketimbang menjatuhkan sanksi denda setelah kerumunan terjadi. Sanksi seperti itu sama sekali tidak berguna, hanya mau makan puji seakan-akan sudah bertindak tegas. Pesannya jelas, lebih baik tidak membuat kerumunan dan tidak hadir di tempat kerumunan daripada terpapar atau mengobati yang terpapar. 

Kelima, membatasi mobilitas. Sejak awal masa pandemi pemerintah dan kalangan ahli kesehatan sudah menganjurkan kepada kita untuk mengurangi mobilitas di dunia kerja, tempat terbuka dan lembaga pendidikan. Anjuran untuk beraktivitas di rumah saja adalah bentuk dari upaya mengurangi mobilitas kita. Sehingga kita pun sangat mashur dengan kata "Di Rumah Saja" atau "Dari Rumah Saja". Walau dirasa berat, namun ini adalah bagian dari ikhtiar yang layak kita tempuh. 

Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah adalah contoh kebijakan untuk mengurangi mobilitas warga. Hal ini dilakukan pemerintah daerah untuk membatasi mobilitas penduduk di wilayahnya masing-masing, sehingga tidak tertular dari satu tempat ke tempat yang lain. Sehingga penyebaran virus semakin diredam dan mengurangi dampak buruk sebagai ikutannya. Dampak ekonominya memang riskan, namun kita lebih baik menghindar daripada terpapar. 

Salah satu hal yang perlu kita renungan adalah bahwa sebelum ada wabah ini kita begitu sibuk dengan pekerjaan, karir, dan popularitas kita. Kita pun kerap berkumpul, bercengkrama, berghibah, dan menebar hox juga caci maki sehingga kita lupa beribadah. Bahkan kita sering mengulur waktu shalat, enggan shalat sunat rawatib yang sehari semuanya 11 rakaat sebelum dan sesudah shalat 5 waktu. Kita juga tergolong jarang melaksanakan shalah dhuha dan tahajut serta malas menyentuh al-Qur'an, membacanya pun mungkin hanya sekali setahun. 

Dengan keluarga pun mungkin kita tergolong yang sangat jarang silaturahim. Kita sering berlama-lama di luar rumah daripada bercengkrama dengan keluarga kecil kita di rumah. Kita lebih akrab dengan teman kerja, kolega dan Handphon (HP) yang hampir seharian membersamai kita. Singkatnya, kita begitu jauh dengan Allah dan keluarga namun begitu akrab dengan orang lain di luar sana. Bahkan lebih akrab dengan HP dengan keluarga terutama anak-anak kita. 

Mudah-mudahan adanya virus ini membuat kita semakin tersadarkan dan berbenah diri secara serius. Virus ini baru merupakan makhluk kecil ciptaan Allah yang mungkin terlihat sepele, namun benar-benar telah berdampak besar dan luas bagi kehidupan kita. Bukan saja kita sebagai pribadi dan anggota keluarga tapi juga kita sebagai warga negara juga penduduk dunia. Akhirnya, mari berikhtiar dengan 5 M dan terus meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah dengan berbagai macam ibadah serta menjaga kualitas keakraban dengan keluarga kecil kita di rumah! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul". 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok