MUHAMMADIYAH DAN TRADISI MEMBANGUN BANGSA MAJU
HARI ini Senin (8/2/2021) saya ada janjian pertemuan dengan seorang pejabat. Awalnya pertemuan direncanakan di Cikini, namun karena ada suatu dan lain hal, pertemuan pun dipindahkan ke sekitaran Kantor KPU Pusat di Jl. Imam Bonjol No. 29. Karena perjalanan sang pejabat menuju tempat yang dijanjikan cukup lama, saya pun berinisiatif untuk melaksanakan shalat zuhur di masjid terdekat. Tepatnya di kompleks Kantor PP Muhammadiyah Jakarta.
Sambil menanti sang pejabat di Kantor KPU Pusat, saya pun memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Kantor PP Muhammadiyah atau Gedung Dakwah Muhammadiyah di Jl. Menteng Raya No.62 Jakarta. Selain bertemu dan menyapa beberapa karyawan yang bertugas di pintu masuk dan ruang penerimaan tamu, saya juga sempat menengok masjid baru di kompleks kantor PP Muhammadiyah yang baru saja dibangun.
Ya, Jakarta bakal punya icon baru dan menarik untuk dikunjungi. Sebuah bangunan unik berlantai enam, dengan arsitektur bangunan yang sangat megah dan eksotik. Meski ‘hanya’ berlantai enam, di antara beton-beton menjulang yang menjadi kaki-kaki langit Jakarta, tapi ‘gedung’ itu bakal menjadi pertanda salah satu kemajuan terutama aspek spiritual kota megapolitan semacam Jakarta.
Di kalangan warga Persyarikatan nama masjid ini sudah mashur. Namanya at-Tanwir. Tepatnya, Masjid at-Tanwir. Sebagaimana namanya, masjid itu diharapkan menjadi pusat pencerah, yang menerangi umat dan bangsa dari berbagai kegelapan. Sebagaimana yang sempat disampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Mu’ti MEd, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dalam sebuah perbincangan daring akhir 2020 silam, "Masjid ini diharapkan menjadi pusat pencerah bagi semua".
Masjid yang dibangun oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu lokasinya persis di belakang Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, kantor pusat Jakarta. Bertempat di masjid lama yang dulu sering dipakai untuk shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat terawih dan berbagai kegiatan keislaman yang memang kerap dilaksanakan di kompleks atau sekitaran kantor PP Muhammadiyah.
Bukan hanya itu. Yang unik, dan ini sebagai pertanda berkemajuan yang menjadi slogan Muhammadiyah, masjid ini dirancang ramah lingkugan. Hal ini ditandai oleh tiga hal, Pertama, ada sistem penampungan air bekas wudhu. Air ditampung di water tank agar tidak terbuang sia-sia. Air tersebut akan didaur ulang, lalu hasilnya akan dimanfaatkan untuk membersihkan halaman atau menyiram tanaman.
Kedua, penggunaan tenaga surya untuk sumber energi. Di atap masjid terdapat solar panel yang berfungsi sebagai alat pembangkit listrik tenaga surya. Dengan memanfaatkan energi sinar matahari ini Masjid at-Tanwir bisa menghemat listrik dan tidak tergantung sepenuhnya pada pasokan listrik PLN.
Ketiga, ruang-ruang di setiap lantai dirancang sedemikian rupa agar bisa mendapatkan banyak sinar matahari sehingga mengurangi penggunaan listrik. Walaupun berukuran kecil, Masjid at-Tanwir dirancang sebagai model masjid yang mencerminkan pengamalan al-Quran yaitu hemat, ramah lingkungan, dan melestarikan alam. Pembangunan Masjid at-Tanwir sudah rampung September 2020 lalu.
Principal Architect alias Arsitek Perencana Masjid at-Tanwir Muhammad Siam Priyono Nugroho, ST. MT, menjelaskan isu global saat ini adalah krisis energi dan air. Jadi masjid ini diupayakan hemat energi dan bijak dalam penggunaan air. Menurut Yoyon, panggilan akrabnya, penggunaan energi yang besar pada bangunan seperti Masjid at-Tanwir ini, utamanya adalah AC, pencahayaan buatan, dan lift. Karena itu Masjid at-Tanwir didesain hemat energi sesuai dengan tagline-nya: Masjid Ramah Lingkungan dan Berkemajuan.
AC yang dipakai pun hemat energi dengan sistem kontrol suhu terpusat. Agar beban AC rendah, secara pasif kita upayakan transfer panas matahari melewati kaca jendela juga rendah. Masjid ini juga memakai kaca yang mampu menyerap panas matahari sehingga sinar untuk pencahayaan alami tetap masuk tapi panasnya ditangkal. Itulah maka nilai OTTV (overall thermal transfer value)-nya rendah.
Selain soal AC, agar konsumsi listrik rendah, Masjid at-Tanwir memakai lift tipe baru dengan regenerative drive, sehingga energi saat lift bergerak turun dapat disimpan untuk membantu saat lift naik. At-Tanwir pun bakal menjadi menjadi menjadi model masjid yang berkemajuan dan ramah lingkungan.
Di atap masjid yang berbiaya sekitar Rp 29,5 miliar ini dipasang photovoltaics panel (panel surya) untuk suplai seluruh kebutuhan lampu LED. Hal lain yang tak kalah pentingnya, sebagaimana yang dijelaskan di awal bahwa air bekas wudhu bakal didaur ulang, karena relatif masih bersih dan digunakan untuk air flushing toilet (di closed), untuk menyiram tanaman, cuci mobil, dan sumber air kolam ikan.
Saat peletakkan batu pertama Masjid At-Tanwir (Kamis/17/10/2020), Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. DR. Haedar Nashir meminta jajaran pengurus PP Muhammadiyah menyiapkan berbagai program masjid. Supaya terpancar nilai-nilai Islam yang mencerahkan dari Masjid At-Tanwir. Prof. Haedar meminta mubaligh dan khatib Masjid At-Tanwir menyelenggarakan pengajian yang dapat mencerahkan, sehingga membuat orang semakin baik keimanan dan ketakwaannya. "Masjid At-Tanwir bukan masjid tempat marah-marah dan bukan juga tempat menghujat. Tapi mudah-mudahan masjid Muhammadiyah menjadi masjid yang dapat mencerahkan," tegas penulis aktif di Majalah Suara Muhammadiyah ini.
Masjid at-Tanwir hadir dengan berupaya menyelesaikan problematika masjid di kawasan urban yang padat. Makanya masjid ini dibangun secara vertikal dengan enam lantai berkapasitas ruang shalat 4.5 kali lebih besar dari masjid lama. Jadi bisa diartikan ramah lingkungan, tempat menebar nilai-nilai berkemajuan dengan memanfaatkan teknologi. Masjid ini tidak hanya dikhususkan untuk tempat ibadah tapi juga dilengkapi perpustakaan dan gedung serbaguna yang bisa digunakan untuk kajian, diskusi dan pertemuan.
Bila selama ini Muhammadiyah sangat terkenal dengan bangunan rumah sakit, klinik, sekolah, pesantren dan perguruan tinggi yang begitu megah, maka kali ini merupakan terobosan baru sekaligus kabar gembira bahwa Muhammadiyah juga bisa membangun masjid megah. Sembari berdoa semoga masjid ini benar-benar menjadi salah satu contoh masjid berarsitektur berbasis teknologi maju di Indonesia bahkan dunia, kita mesti mengakui secara jujur bahwa Muhammadiyah telah melakukan banyak hal untuk Indonesia. Begitulah contoh kontribusi Muhammadiyah dalam membangun bangsa maju, tanpa meminta tapi malah giat memberi dalam beragam bentuknya. (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Islam Damai dan Menggembirakan" dan "Melahirkan Generasi Unggul".
Komentar
Posting Komentar