MIMPI ANAK KAMPUNG TERPENCIL YANG BELUM TERSENTUH PEMBANGUNAN


SAYA adalah anak kampung yang hingga kini belum tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal. Tepatnya Kampung Cereng, Desa Golo Sengang, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat-NTT. Saya lahir di sini pada 8 Agustus 1983. Saya merantau selama 25 tahun, sejak lulus SD pada 1996 hingga kini (2021). Tujuannya sederhana saja: menempuh pendidikan tinggi dan lebih tinggi lagi. 

Saya berikhtiar untuk menempuh pendidikan dengan biaya dari kantong saya sendiri. Karena itu, saya memompa semangat untuk terus berdagang pakian, menulis artikel dan buku agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya ingin bonus dari sini saya tabung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sebuah ikhtiar yang saya yakini bakal menambah kemudahan jalan dan keberkahan pada ikhtiar saya. Insyaa Allah.  

Mohon doa dari semuanya agar saya mendapat beasiswa dari Allah melalui penjualan pakian dan bonus dari artikel dan buku-buku karya saya. Dengan senang hati saya menempuh jalan ini karena wasiat orangtua (Ayah dan Ibu) saya yang kini semuanya sudah meninggal dunia. Ini juga merupakan mimpi atau cita-cinta saya sendiri. Semoga Allah memberi jalan terbaik untuk niat baik dan ikhtiar mulia ini. Saya sangat yakin Allah pasti memberi jalan keluar. 

Ada sebagian orang pernah mengajak saya untuk bermain di proyek tertentu yang anggarannya bersumber dari APBN dan APBD. Bahkan ada yang meminta profil pribadi saya untuk dititipkan di perusahaan tertentu melalui jalur belakang. Bukan sekali tapi berkali-kali. Peluang berhasilnya juga besar. Konon ada orang dalam. Tapi saya tidak mau. Saya memilih jalan lain. Sebab pola semacam itu sangat besar peluang untuk melakukan kecurangan alias bermain-main dengan uang negara. Ujungnya bisa-bisa terjerat hukum dan masuk penjara. 

Tak sedikit diantara teman yang berkomentar: Mas kan kenal dengan para pejabat, mintalah kepada mereka. Pasti mereka punya anggaran tertentu. Bisa minta ke Dinas ini itu. Atau bikin proposal kegiatan seperti musyawarah, seminar dan serupanya, ajukan ke pemerintah atau pejabat tertentu. Nanti pakai dua proposal, satu isinya benar-benar mencantumkan biaya asli dan satunya lagi  dinaikkan nominal pembiayaannya. Nanti bisa dapat uang dari situ. 

Komentar semacam ini terlihat wah dan kadang saya sempat mau karena sedikit tergoda. Tapi saya akhirnya tetap saja tidak tergoda. Walaupun rayuannya sangat canggih, namun entah mengapa saya tetap memilih untuk tidak melakukan itu. Hati saya selalu menolak dan mengatakan tidak pada cara-cara semacam itu. Bukan sok suci, tapi ingin meminimalisir dosa yang bisa sudah numpuk. Saya tidak ingin menempuh cara-cara curang. Saya ingin keberkahan Allah dalam menjemput rezeki dan mencari ilmu.  

Saya juga semakin curiga jangan-jangan APBN dan APBD selama ini kerap dipreteli dengan pola-pola semacam itu. Ada yang menggunakan cara halus dan terlihat intelektual, lalu ada juga yang menggunakan cara kasar. Termasuk dengan memanipulasi anggaran dalam beragam proyek atau kegiatan. Hal ini terlihat sepele dan mungkin dianggap normal saja. Namun percayalah mereka atau para pelakunya tidak bakal pernah hidup nyaman. Tidur tidak nyenyak, aktivitas terganggu dan bakal merusak nama baik. 

Cara-cara imoral bisa saja terlihat mewah dan serba bisa, namun keberkahan rezeki dan ilmu bakal hilang. Mungkin mendapatkan uang yang besar dan hidup serba mewah, tapi percayalah hati tidak akan nyaman dan kehidupan pun tidak akan nyaman pula. Suasana batin dan pikiran terus dihantui oleh rasa was-was. Saya pun tetap memilih jalan yang berbeda. Jalan yang bisa jadi "rendahan" di mata orang lain di luar sana, tapi saya memandangnya mulia serta berusaha untuk menjaga integritas diri dengannya. 

Saya ingin meraih sesuatu dengan keberkahan dari-Nya. Mereguk hikmah dan ilmu dengan cara-cara yang patut dan tak melanggar hukum. Termasuk tidak melanggar aturan Allah. Saya tidak ingin terlihat mewah dan perlente tapi menyimpan agenda tersembunyi yang kotor dan jijik. Sebab bila diketahui orang banyak dampaknya besar. Bukan saja memalukan diri sendiri tapi juga keluarga dan orang-orang terdekat. Mungkin ada rasa senang, tapi itu sesaat. Sementara sengsara dan malunya lama. 

Ada puluhan pejabat dan politisi yang saya kenal, mereka terjerat kasus hukum. Kini mereka mendekam di penjara. Biangnya adalah masih tersangkut uang negara, baik APBN maupun APBD. Bahkan beberapa diantara mereka pernah berbincang empat mata dengan saya. Mereka bercerita tentang perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan. Tapi di sela-sela itu mereka juga bercerita perihal kekayaan yang mereka miliki dari berbagai kegiatan yang menurut saya tak pantas. Dari sinilah saya belajar dan semakin memahami bahwa integritas itu sangat mahal. 

Saya pun tetap memilih jalan sunyi. Tidak tergoda dengan iming-iming yang membuat senang sesaat tapi tidak nyaman selamanya. Saya berikhtiar menempuh pendidikan dengan biaya dari cara-cara yang halal. Kalau kelak pendidikan saya benar-benar selesai, saya bermimpi melakukan sesuatu bagi kampung halaman. Saya ingin kampung tercinta semakin maju dan mengalami perubahan yang berarti. Sebab perubahan sangat ditentukan oleh niat baik dan tekad yang membara. Itulah tujuan saya dan itu jugalah mimpi saya. Mimpi seorang anak kampung yang jauh dari kemajuan dan hiruk pikuk orang kota! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis 36 Buku dan Ribuan Artikel di Media Massa dan Media Online 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok