MINUMAN KERAS DAN TRADISI PERADABAN SAMPAH


INI tentang sebuah peradaban klasik yang masyarakatnya terkenal miskin, penguasanya akrab dengan kezoliman, petinggi agamanya menjilat penguasa, pengusahanya serakah dan rajin menipu, cendikiawannya mati rasa, penegak hukumnya menjual diri, dan kelompok-kelompok penjilat sibuk mencari sekaligus pamer muka dan mengemis anggaran dalam berbagai pola dan cara. Sebuah kondisi yang bukan saja mengkhawatirkan tapi juga memalukan peradabannya. Itulah tradisi peradaban sampah. 

Dikisahkan, konon peradaban itu berbentuk negara yang terdiri dari beberapa wilayah dan daerah. Ia terkenal kaya akan berbagai potensi alam, adat istiadat, budaya dan sebagainya. Namun semua itu dikotori oleh tingkah norak elite dan tindakan kriminal para preman dan penegak hukum di mana-mana. Perampokan, pencurian, pemerkosaan dan pembunuhan terjadi hampir setiap saat di berbagai sudut kota dan pelosok-pelosok negeri. Korupsi pun sudah terjadi di semua lini. Dan itu terjadi setiap saat. Sepertinya hukum sudah tak tegak dan keadilan terampas begitu saja.   

Perampokan terjadi gegara kalah judi sambil minum minuman keras alias mabuk-mabukan. Kewarasan hilang seketika lalu merampok harta warga sekitar dengan cara sadis. Selain itu, para pelaku yang suka meminum minuman keras itu juga kerap melakukan pencurian di toko-toko dan pusat ekonomi masyarakat. Naifnya itu tidak terjadi malam hari tapi pada siang hari. Pada saat masyarakat berbelanja di tempat-tempat itu. Keamanan dan kenyamanan hilang. Rasa takut karena kekacauan terjadi begitu bebas muncul di seluruh lapisan masyarakat yang menolak minuman keras dijadikan komoditi atau bisnis.  

Kemudian para pelaku yang sudah gila minum minuman keras itu, di beberapa tempat kerap melakukan pemerkosaan pada kaum wanita yang berbelanja di pasar dan pusat perbelanjaan lainnya. Mereka melakukan hal yang sama pada anak-anak gadis yang masih kuliah dan berusia sekolah, juga pada anak-anak seusia TK. Bahkan gegara mabuk-mabukan, mereka juga memperkosa saudari kandung dan bibi mereka sendiri. Tak sedikit yang juga memperkosa istri tetangga baik yang dekat maupun yang jauh dari rumah mereka.  

Tidak cukup di situ. Gegara mabuk-mabukan para pelaku kriminal di negeri itu juga sangat akrab dengan tindakan pembunuhan. Bahkan orangtua mereka sendiri juga dibunuh pada saat para pelaku masih mabuk-mabukan. Hilangnya kesadaran gegara mabuk-mabukan atau meminim minuman keras akhirnya mereka membunuh sembarang orang. Di kafe, hotel, mall, toko, pasar, kampus, sekolah, dan di banyak tempat. Mereka juga kerap berkumpul di jalan besar lalu menghalang warga melewati jalan. Bila ada yang melawan, pasti langsung dibunuh.  

Naifnya, aparat penegak hukum di negeri itu juga sudah sering melakukan tindakan kriminal. Mereka sering melakukan penembakan bahkan pembunuhan di sembarang tempat. Di jalan raya, toko, pasar, kafe, hotel dan lain sebagainya. Mereka kerap melakukan itu secara brutal dan tak ada rasa kemanusiaan sedikit pun. Biangnya adalah minum minuman keras yang awalnya dianggap sebagai biang kriminal tapi dijual bebas bahkan diperbolehkan di beberapa kafe dan hotel demi kepentingan para pemabuk yang bermental preman di negeri itu. 

Angka korupsi para pejabat di negeri itu pun tergolong fantastis. Bukan sekadar miliyaran tapi teriliyunan. Tidak saja terjadi di tingkat pusat tapi juga di tingkat wilayah dan daerah atau kota. Proses penangkapan pada koruptor terjadi hampir setiap hari. Dan naifnya menimpa mereka yang terlihat bermoral malah nyatanya sekadar topeng. Setelah ditelisik, para koruptor itu ternyata rerata pemabuk. Mereka kerap berpesta minuman keras di beberapa kota yang konon melegalkan minuman keras demi syahwat dan selera perut gendutnya. 

Para koruptor itu sering berpesta di diskotik, kafe dan hotel di beberapa kota itu. Apalah lagi bila ada tugas kunjungan pasti mereka bersenang-senang di berbagai tempat sambil minum-minuman keras. Mereka sering membawa perempuan yang bukan istri mereka.  Bahkan sekretaris dan staf pribadi mereka sering dijadikan objek pelampiasan kebutuhan seks mereka. Istri dan anak-anak mereka di rumah tidak tahu menahu tentang ini. Sebab semuanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi tapi pakai label kunjungan atau tugas.  

Suatu ketika beberap warga sebuah kota di negeri itu bertanya perihal biang penyebab tindakan kriminal semakin menjadi-menjadi. Mantan anggota kepolisian di negeri itu pun menjawab bahwa biangnya adalah melegalkan minum minuman keras. Sebab minuman keras kadar alkoholnya tinggi dan pasti merusak akal sehat  "Silahkan cek sendiri di kantor kepolisian, betapa minuman keras itu adalah biang bagi sebagian besar pelaku kriminal ketika melakukan tindakannya," ungkapnya.  

Menurut sang mantan penegak hukum itu, para pelaku adalah pemabuk. Bahkan beberapa diantaranya memiliki perusahaan minuman keras di beberapa kota. Mereka adalah pembisnis minuman keras sejak lama. Untuk memenangkan pesta politik pun mereka menggunakan uang dari bisnis minuman keras. Gegara minum minuman keras alias mabuk-mabukan, mereka menembak orang sembarangan, mereka membunuh tanpa alasan hukum, mereka saling serang, mereka tawuran, mereka memperkosa anak gadis orang, mereka melakukan hubungan intim pada anak dibawah umur dan bahkan tak sedikit yang membunuh orangtua dan istrinya sendiri.

Menurut data perihal indeks kualitas sumber daya manusia di negeri itu, dijelaskan bahwa kualitas manusia pada kota atau daerah yang kerap minum minuman keras atau akrab dengan aktivitas mabuk-mabukan, rerata paling rendah bila dibandingkan dengan tempat lain. Pendidikan mereka pun tergolong sangat rendah dan peradaban mereka bisa dibilang terbelakang. Ekonomi dan kesehatan mereka juga sangat jauh dari kelayakan, walaupun anggaran negaranya sudah digelontorkan triliyunan untuk kota mereka. Bahkan adat istiadat dan budaya mereka yang konon bernilai tinggi malah kini jadi rendah gegara minuman keras alias mabuk-mabukan. 

Anggaran besar pun ternyata tidak berdampak pada pembangunan infrastruktur, pengadaan sarana -prasarana, perbaikan ekonomi, pemulihan bencana kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Malah kondisi kota-kota itu jauh dari kelayakan. Selain tata kota tak teratur, suasana kota juga kotor dan bau. Ditambah lagi dengan sisa-sisa minum-minuman keras yang terlihat di berbagai sudut kota, kota pun menjadi sumber penyakit atau virus yang mematikan. Bahkan berak dan air kencing para pemabuk pun terlihat jelas di tempat-tempat terbuka. Di Bandara, stasiun, terminal dan dermaga. Termasuk di pasar dan pusat perbelanjaan lainnya. Membuat kota seperti terhuni manusia-manusia bejat dan nihil adab. 

Biang dari semua itu adalah mabuk-mabukan alias adanya minum minuman keras atau miras. Sebab mereka terjebak pada aktivitas yang membuat akal sehat mereka tidak berfungsi dengan baik alias mabuk-mabukan. Apalah lagi bila elitenya ikut mabuk, masyarakatnya pasti bakalan mabuk juga. Pengusahanya pun pasti suka mabuk. Sebab merekalah yang berkolaborasi dalam melegalkan, memproduksi dan menikmati minuman keras. Suasana negeri itu pun kacau balau dan seperti tak terurus lagi. Anggaran sudah digelontorkan begitu besar tapi dampak bagi pembangunan kota-kota tak terlihat. Kemiskinan merajalela, lapangan kerja nihil, penyakit mewabah di mana-mana, dan korupsi pejabat terjadi di seluruh lini. 

Begitulah potret sebuah tradisi peradaban klasik yang konon berbentuk negara. Awalnya berperadaban tinggi, namun gegara tradisi sampah seperti minum minuman keras malah terjebak menjadi peradaban rendah atau peradaban sampah. Peradaban kuno alias klasik itu berada di nun jauh di sana. Di luar angkasa sana. Jauh dari bumi kita, jauh dari negeri kita Indonesia. Atau ada kemiripan? Silahkan telisik sendiri. Saya sendiri tak begitu tahu. Dan mau sibuk mencari tahu. Sebab sehari-hari lebih memilih berjalan santai ke sawah, toko buku dan tanah lapang, di samping tidur santai di atas kasur dan baca buku di perpustakaan rumah.  

Di negeri berperadaban sampah yang nun jauh di sana itu tak ada lagi moral, sebab mereka yang bermoral pun sudah menjual diri demi uang. Mereka kerap disumbat mulutnya dengan uang receh oleh penguasa bermental sampah. Mereka tertipu dengan uang yang jumlahnya tak besar dari para pengusaha minuman keras yang juga berwatak sampah. Karena sudah cacat moral dan terjebak kemiskinan yang semakin menjadi-jadi, semuanya menjadi penjilat penguasa dan lemah tak berdaya di hadapan pengusaha minuman keras. Begitu berbahayanya minuman keras bagi negeri yang terjebak pada tradisi peradaban sampah. Terlihat wah padahal penuh tipu dan bernyawa bebal, norak, rapuh dan tentu saja rendahan. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Pendidikan Ramadan" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok