Optimisme Membangkitkan Islam di Indonesia


NEGERI kita Indonesia adalah salah satu anugerah terbaik yang Allah berikan kepada kita. Selain potensi alamnya yang sangat kaya dan luasnya membentang panjang, juga dianugerahi berbagai macam kekayaan nilai: tolong menolong, saling menghormati, kekeluargaan, dan masih banyak lagi. Selain itu, negeri ini juga dihuni berbagai ragam latar manusia. Dari kultur dan budaya, hingga ras, bahasa dan warna kulit. Tak keliru bila negeri ini dikategori sebagai negara yang sangat kaya, bahkan salah satu negara terkaya sekaligus terbesar di dunia. 

Umat Islam dengan berbagai potensinya merupakan umat mayoritas di negeri ini. Hampir pada setiap propinsi umat Islam menjadi penduduk mayoritas, kecuali untuk beberapa tempat menjadi minoritas. Walau demikian, kondisi di berbagai tempat tergolong nyaman, bahkan sikap saling toleran antar warga beragam latar belakang terlihat dan terasa dengan jelas. Ini menandakan umat Islam dalam segala sisinya mampu menjadi penjaga dan penyanggah negeri ini, termasuk di berbagai daerah di pelosok negeri ini. 

Sebagai penghuni mayoritas di negeri belasan ribu pulau ini, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk membangkitkan Islam sekaligus memajukan negeri ini. Sebab dampak peran semacam itu bukan saja dirasakan oleh umat Islam tapi juga oleh non muslim, bahkan sangat berpengaruh pada keberlanjutan sejarah perjalanan bangsa dan negara kita ke depan. Apalah lagi para pejuang yang memperjuangkan dan memproklamirkan kemerdekaan negeri ini adalah para ulama dan santri maka cita-cita dan harapan untuk mengambil peran lebih dalam membangkitkan Islam di negeri ini merupakan sebuah panggilan sejarah sekaligus peradaban. 

Dalam konteks kekinian, salah satu tugas utama umat Islam adalah membangkitkan Islam di negeri ini. Membangun optimisme memajukan Indonesia mesti diimbangi dengan membangkitkan Islam di Indonesia. Sebab kebangkitan Islam sangat besar dampaknya bagi kebangkitan Indonesia. Dalam pandangan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Ummat Islam (DPP PUI) KH. Nurhasan Zaidi, syarat kebangkitan Islam di Indonesia ada tiga yaitu (1) berpijak pada dua warisan utama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu al-Quran dan as-Sunnah, (2) tersedianya sumber daya manusia (SDM) atau generasi yang berkualitas, dan (3) berperan dan berkontribusi aktif di berbagai aspek kehidupan keumatan sekaligus kebangsaan. 

Untuk lebih jelasnya, saya bisa menjelaskan sebagai berikut, pertama, berpijak atau merujuk pada dua warisan terbaik Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam yaitu Al-Qur'an dan as-Sunnah. Hal ini perlu dipertegas agar tidak lagi yang meragukan kebenaran Wahyu Allah yang Rasulullah sampaikan belasan abad silam kepada para sahabat, lalu tersampaikan kepada generasi setelahnya hingga generasi kita saat ini. Sebab dua warisan tersebut merupakan pijakan penentu bagi keutuhan umat sekaligus dalam melanggengkan perannya dalam memajukan peradaban umat manusia.  

Bahkan dalam level tertentu, berbagai upaya untuk membangkitkan umat Islam dalam banyak sisinya, hanya mungkin tercapai manakala merujuk pada dua warisan tersebut. Menghindar dan menjauh dari garisan dan bimbingan keduanya hanya akan membingungkan pikiran hingga membelokkan langkah. Berikutnya, bila menjauhkan keduanya tentu saja tersesat dalam segala hal. Kedua pusaka tersebut merupakan rujukan autentik yang diberikan oleh Allah kepada kita dan pernah dibuktikan oleh generasi sebelum kita. Sehingga Islam bukan saja mendunia tapi juga berkontribusi besar dalam perjalanan sejarah dan peradaban umat manusia hingga kini. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara (pusaka). Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (al-Quran) dan sunah Rasul.” (HR. Muslim). Maka merujuk dan mengikuti ketentuan kedua warisan terbaik tersebut adalah pilihan jenial dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Harus ada upaya serius untuk mendalaminya, menemukan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya, dan mengambil inspirasi dari penjelasan sekaligus kisah sejarah di dalamnya. 

Kedua, tersedianya generasi yang berkualitas. Hal ini bisa dihadirkan dengan cara fokus melakukan proses kaderisasi. Proses ini merupakan langkah paling jitu dalam menghadirkan sumber daya manusia (SDM) atau generasi yang berkualitas. Proses kaderisasi bisa dikembangkan dalam berbagai cara, misalnya, pelibatan anak-anak muda dalam berbagai forum dan aktivitas keumatan. Sehingga selain proses kaderisasi, proses regenerasi juga berjalan dengan baik. Makanya, menurut penulis buku "Dakwah, Politik dan Kebangsaan" (2009) yang akrab disapa Pak Nurhasan tersebut, paket kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh umat Islam merupakan agenda prioritas dan mendesak untuk dibenahi sekaligus ditindaklanjuti kembali. 

Di samping itu, juga memastikan minat dan bakat generasi muda terafirmasi dalam bentuk pengembangan dan pemberdayaan potensi sejak dini. Aspek pendidikan, ekonomi dan politik perlu diperkuat, agar kelak mampu berperan sebagai penentu keberlanjutan perjalanan bangsa. Tentu saja di samping aspek-aspek lainnya yang tak bisa dianggap remeh. Bila generasi mudanya memiliki kematangan di berbagai sisi tentu ini menjadi modal yang sangat besar manfaatnya bagi upaya membangkitkan umat Islam. Sehingga pada saat sejarah itu tiba, mereka sudah siap menjadi generasi sekaligus pemimpin di berbagai lini. Begitulah sikap yang dilakoni oleh para sahabat dan generasi setelahnya sekian abad silam.  

Ketiga, berperan dan berkontribusi aktif di berbagai aspek kehidupan keumatan sekaligus kebangsaan. Lakon semacam ini bisa terlaksana dengan baik manakala tersedianya SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas akan teruji bila berperan dan berkontribusi secara dalam upaya pembangunan umat di berbagi sektornya. Generasi muda, misalnya, tidak lagi dipaksa untuk terus menerus menjadi penonton berbagai masalah yang menghinggapi umat Islam. Mereka dipastikan mengambil peran dan kontribusi dalam menyelesaikan persoalan keumatan. Termasuk membangkitkan semangat berliterasi di tengah umat, agar konten-konten positif dan bernyawa optimistis mampu menggerakkan seluruh elemen umat.  

Dalam banyak skala tentu ada banyak syarat yang mesti dipenuhi dalam dan untuk memuluskan agenda membangkitkan Islam di Indonesia, namun tiga hal di atas bisa menjadi agenda pemantik yang mengawali semua agenda strategis dan praktis lainnya. Bila niat, tekad dan semangat kita terus membara dalam menggapai cita-cita mulia tersebut maka itu pertanda kebangkitan Islam di Indonesia bakal menjadi kenyataan. Apalah lagi berbagai embrio dan syaratnya sudah mulai terlihat, tentu hal ini menjadi penambah semangat kita. Semangat sekaligus optimisme perlu terus digelorakan sebagai energi yang terus menggeliat dalam jiwa kita. Semoga dengan demikian negeri kita Indonesia kembali bangkit dan semakin maju dalam bingkai peran dan kontribusi besar umat Islam sebagai umat mayoritas dan pemilik yang sah! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Persatuan Ummat Islam; Ide, Narasi dan Kontribusi untuk Ummat dan Bangsa"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok