Peran Orangtua Bagi Pendidikan Anak Di Masa Pandemi


SEBAGAIMANA yang kita ketahui bahwa virus Corona (Covid-19) sampai saat ini belum juga berakhir. Berbagai aspek kehidupan pun terkena dampak. Dari kesehatan dan ekonomi hingga sosial dan politik, serta ketahanan nasional. Bahkan yang paling terkena dampak adalah aspek pendidikan. Sistem pembelajaran selama pandemi ini melalui belajar jarak jauh (BJJ) atau daring (dalam jaringan) di rumah masing-masing yang sebelumnya sudah berjalan dan di sebagian besar lembaga pendidikan harus diperpanjang karena meningkatnya korban Covid-19. 

Hal ini membuat resah para orangtua, terutama orangtua yang terbiasa meninggalkan anak-anaknya karena harus kerja setiap hari dan mengandalkan para guru di sekolah sebagai pendidik. Di samping dampak langsungnya peran pengasuhan dan penjagaan anak-anaknya. Banyak juga dari orangtua yang mengaku stres karena harus mengawasi anak-anaknya belajar di rumah dengan materi yang begitu banyak. Hal ini sangat memberatkan para orangtua terutama kaum Ibu yang saat ini banyak berkecimpung di ruang publik. Entah hanya ingin berkiprah demi karir atau ada juga demi membantu keuangan keluarga. Apapun itu, faktanya memang para orangtua terutama kaum Ibu semakin ke sini telah menjauh dari peran utamanya sebagai madrasah atau sekolah utama dan pertama bagi anaknya.

Di sisi lain sistem pendidikan yang diterapkan selama ini hanya berorientasi pada nilai angka sesuai kurikulum, hingga siswa hanya sibuk dengan mengerjakan tugas, PR dan lainnya hingga ada yang stres dan ada juga yang tidak paham dengan materi pembelajaran sekolahnya. Apalagi belakangan, sistem pendidikan yang dihantui oleh sebuah adigium: tidak lagi melihat aspek bagaimana agamanya, kepribadian anak, aspek aqidah, dan perilaku, sebab semua dilihat dari akademik dan sangat materialistik; membuat pendidikan anak semakin mengalami tantangan dan hambatan yang tak sedikit tapi juga bertambah rumit.

Saat ini fungsi Ibu sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak telah bergeser. Kaum Ibu disibukan dengan upaya mencari nafkah. Sebagian karena dorongan ekonomi, sebagian lagi termakan propaganda kesetaraan gender yang kerap disalahpahami. Akibatnya, pendidikan anak dalam keluarga tidak berjalan sempurna. Bahkan kerap menimbulkan berbagai masalah sosial yang semakin rumit. 

Kalau ditelisik lebih jauh, tak sedikit rumah tangga yang hancur gegara pendidikan anak di keluarga tidak berjalan dengan baik. Anak yang seharusnya mendapatkan keteladanan orangtua dalam banyak sisi justru mereka temukan di tempat lain, terutama di sekolah. Bila di sekolah, terutama di saat pandemi ini pertemuan langsung dengan guru ditiadakan, lalu anak hanya berdiam di rumah, lalu generasi atau tunas bangsa kita mau dibawa ke mana? 

Selain itu, tak sedikit rumah tangga yang hancur karena urusan pekerjaan orangtua anak. Orangtua sibuk mencari nafkah atau kerja rutin setiap hari, sementara anak nyaris tidak mendapatkan perhatian yang lebih. Kalau kondisi demikian dibiarkan begitu saja dan berlanjut hingga nanti, maka bukan saja pendidikan sekolahnya yang berantakan, tapi juga masa depan diri  juga keluarganya. 

Dalam perspektif pendidikan Islam, dijelaskan bahwa sebuah keluargalah kehidupan anak bermula, di sinilah anak mendapat pendidikan yang pertama dan utama, anak mendapatkan penanaman aqidah sejak dini, pembiasaan pelaksanaan aturan Islam dan keteladanan dari orangtuanya. Di sini, orangtua bukan saja punya hubungan darah atau keturunan dengan anaknya, tapi juga hubungan emosional, sosial dan sejarah. 

Pentingnya fungsi orangtua terutama ibu terdapat dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau bersabda, "Seorang perempuan adalah pemelihara di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawabannya mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya". (HR. Bukhari).

Maka selayaknya kaum Ibu untuk menoleh kembali sejarah bagaimana para Ibu hebat pada masa lalu dalam mendidik generasi emas pada zamannya. Karena kesungguhan dan ketulusannya, mereka mampu melahirkan atau mendidik generasi unggul kebanggaan. Mereka sukses menghadirkan dan mengisi peradaban umat manusia dengan kontribusi yang sempurna dan gemilang. 

Kondisi pandemi ini seharusnya menjadi momentum belajar dan mampu mengembalikan peran orangtua seutuhnya seperti yang diajarkan Islam. Karena sejatinya peran pendidikan yang terpenting adalah pendidikan keluarga, dimana Ibu menjadi salah satu pelaku penentu dan sangat penting. Jangan sampai pandemi menjadi bencana yang menimbulkan bencana dalam bentuk lain dalam pendidikan keluarga. Karena itu mesti dijaga dengan baik dan butuh pengorbanan yang tak sedikit.

Dalam pendidikan keluarga, anak-anak layak mendapatkan berbagai pendidik dasar yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Lebih dari itu, menurut Pakar Pendidikan Islam Prof. Dr. Ahmad Tafsir, melakukan pendidikan agama dalam keluarga, berarti ikut berusaha menyelamatkan generasi muda. Dengan demikian, keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan bangsa.   

Secara tegas, jangan pernah menyalahkan pihak sekolah atau guru dalam perjalanan pendidikan anak-anak kita. Sebab Corona datang tanpa satu pun yang mengundang dan menghendakinya agar ia datang. Ia adalah virus yang seharusnya membuat kita semakin banyak mengevaluasi diri dalam banyak aspeknya. Betul bahwa sekolah atau guru punya kewajiban, namun mereka juga punya keterbatasan dan kelemahan, terutama pada masa pandemi ini. Jadi, pendidikan keluarga mesti menjalankan fungsi dan tanggungjawab sekolah dimana kita sebagai orangtua menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anak kita. (*)


* Oleh: Eni Suhaeni, Guru SDIT Ibnu Abbas, Talun-Cirebon



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok