Sampah dan Air Menumpuk di Jalan, Siapa yang Peduli?
Diakui bahwa beberapa bulan terakhir berbagai tempat di Indonesia diguyur hujan, termasuk Kabupaten Cirebon. Curah hujan beberapa waktu belakangan ini pun cukup tinggi. Sehingga bukan saja menghambat aktivitas warga di luar rumah tapi juga menimbulkan banjir di beberapa titik. Sehingga sampah berbau busuk pun menumpuk di berbagai sudut terutama selokan air. Bahkan pada saat tertentu cuaca dan kondisi semacam ini menimbulkan berbagai penyakit yang mengkhawatirkan seperti batuk, flu dan sebagainya.
Belakangan, ada warga yang sedang lewat dan meminta saya agar menggunakan bambu, sehingga sampah yang menumpuk di selokan bisa dikondisikan. Keesokan harinya, warga lain yang sedang lewat juga menyampaikan hal serupa yang intinya agar selokan dan sampahnya dibersihkan. Untuk hari pertama dan kedua saya masih meng-iya-kan sembari bertanya dalam hati, "Kalian kok meminta saya, saya kan warga Kota Cirebon, bukan warga Kabupaten Cirebon?" dan "Mengapa kalian cuma bisa menonton dan menyuruh saya yang warga Kota Cirebon sedangkan kalian tak melakukan apa-apa?"
Pemandangan semacam ini benar-benar membuat saya tergoda untuk bertanya: apa biangnya? Sebab kondisi semacam ini pasti ada biangnya, tidak terjadi begitu saja. Setelah saya telisik, ternyata sampah busuk yang menumpuk berasal dari sampah yang terbawa air hujan. Entah dari mana sumber sampah busuk itu berasal. Satu hal yang naif dan memalukan adalah di situ ada pampers berisi kotoran, celana dalam berisi darah, ayam busuk, daging busuk, dan berbagai hal yang kalau disebut malah terkesan jorok dan memalukan. Tingkah membuang sampah sembarangan termasuk ke selokan tentu sangat jauh dari nilai-nilai luhur agama dan Pancasila.
Namun sampah adalah sampah, air adalah air dan lubang jalan adalah lubang jalan. Semuanya tergantung tingkah dan kepedulian manusia, terutama warga sekitar dan pemerintah setempat. Hal lain, kebiasaan membuang sampah di selokan air merupakan salah satu biang yang membuat selokan tersumbat. Ini bermakna, mereka yang terbiasa membuang sampah sembarangan termasuk di selokan air di pinggir jalan raya perlu sadar diri. Jangan sampai warga di tempat lain atau yang disiplin membuang sampah pada tempatnya malah menjadi korban gegara tingkah tak pantas semacam itu.
Warga sekitar juga perlu meningkatkan saldo kepeduliannya pada lingkungan. Termasuk warga yang berada ada di selokan di dataran lebih tinggi. Bila sampah menumpuk dan air membanjir di jalan, mestinya peduli dan langsung bergerak alias turun tangan. Jangan menanti siapa yang memulai, jangan menunggu berbagai penyakit muncul baru bergerak. Bagi seorang muslim yang aktif menunaikan shalat lima waktu di masjid tidak bermakna apa-apa manakala setiap saat menyaksikan kondisi ini namun membiarkannya begitu saja. Atau kalau semuanya berdiam diri dan tak peduli, apakah baru tersadarkan setelah nanti ada korban jiwa alias meninggal gegara jatuh di jalan atau terpapar penyakit yang berasal dari tumpukan sampah dan air banjir semacam itu? (*)
* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Lubang Politik"
Komentar
Posting Komentar