Membentuk Generasi Berakhlak Mulia


GENERASI berakhlak mulia merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional sekaligus pendidikan Islam. Demi tercapainya tujuan ini maka berbagai cara dan langkah perlu ditempuh, termasuk dengan melakukan proses pendalaman pengetahuan perihal bagaimana atau seperti apa proses pembentukan karakter atau akhlak mulia dilakukan. Saya beruntung karena pada Kamis 10 Februari 2022 pukul 09.00-11.30 WIB bisa menghadiri acara webinar (Zoom Meeting) yang diselenggarakan oleh mahasiswa pascasarjana IAI Bunga Bangsa Cirebon yang bertema "Pendidikan Karakter Anak dalam Membentuk Anak yang Cerdas dan Berakhlak Mulia di Era Abad 21" dan narasumber, pertama, Dr. Dian Widiantari, M.Ag. (Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Pascasarjana IAI Bunga Bangsa Cirebon). Kedua, Sri Purnamasari, S.Pd. (Pendongeng), dan Ketiga, Lili Nuramalia, S.Psi. (Psikolog Anak).  

Kegiatan semacam ini merupakan kegiatan akademik yang sangat relevan dalam upaya penguatan pendidikan karakter sebagai modal dalam mengokohkan proses pendidikan dan lembaga pendidikan itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Dr. Agus Gunawan, M.M.Pd. selaku Dosen Pascasarjana IAI Bunga Bangsa yang memberi sambutan pertama, bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan akademik mahasiswa Pasacsarjana IAI Bunga Bangsa. "Ini adalah kegiatan yang diinisiasi oleh mahasiswa pascasarjana IAI Bunga Bangsa Cirebon yang diharapkan bermanfaat bagi semua", ungkapnya. 

Pada sambutannya Direktur Pascasarjana IAI Bunga Bangsa Cirebon Dr. H. Amin Haedari M.Pd. menyampaikan bahwa acara ini sangat penting sebagai penambah wawasan yang baik tentang kecerdasan dan karakter yang baik sebagai modal penting dalam melakukan proses pendidikan dan mengembangkannya dalam proses pendidikan bahkan kehidupan. Menurutnya, acara ini diharapkan melahirkan pemikiran yang konstruktif tentang substansi kecerdasan dan karakter mulia yang menjadi inti pendidikan sebagai modal penting dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Bahkan diharapkan menjadi inspirasi bagi kalangan pendidik atau yang mengelola lembaga pendidikan menjadi referensi dalam menemukan solusi perihal proses pendidikan dan berbagai permasalahan lainnya yang bisa saja muncul. 

Selaku narasumber pertama Dr. Dian Widiantari, M.Ag. menjelaskan bahwa pembentukan karakter merupakan agenda penting dalam proses pendidikan. Karena itu, ia perlu dilatih dan dijadikan agenda prioritas para pendidikan, baik para guru maupun para orangtua. Dengan mengutip terori Thomas Lickona, Doktor Dian menjelaskan bahwa proses internalisasi karakter dilalui dengan beberapa langkah yaitu pertama, moral knowing (memahami), kedua, moral feeling (merasakan), dan ketiga, moral action (mengerjakan).

Untuk langkah yang pertama biasanya dibangun oleh adanya kesadaran moral, pengetahuan nilai-nilai moral, sudut pandang diri, nilai moral, sikap terhadap sesuatu, dan pengetahuan pribadi anak. Lalu, langkah yang kedua dipengerahuhi oleh nurani, rasa percaya diri, empati atau kemampuan merasakan penderitaan orang lain, mencintai kebaikan dan kebenaran, kemampuan mengonrtrol diri, dan potensi kerendahan hati anak. Selanjutnya, langkah ketiga dipengaruhi oleh kompetensi, keinginan kebiasaan atau habit. Namun semua itu sangat ditentukan oleh proses pelatihan yang terus menerus sekaligus keteladanan para guru dan orangtua.   

Menurut akademisi lulusan program doktoral Pasacasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini anak perlu merasakan proses pendidikan yang seimbang antar pendidikan formal, informal dan non formal. Di sini, menurutnya, orangtua mesti mampu membantu meneguhkan proses pendidikan yang sudah dilakukan oleh para pendidik di lembaga pendidikan formal, termasuk menjadi teladan yang baik bagi anak. Sehingga proses pendidikan yang dialami anak lebih utuh dan terfasilitasi dengan baik. Itulah yang membuat proses pendidikan karakter memberi dampak pada karakter anak.  

Proses pendidikan yang baik dan efektif adalah proses pendidikan yang membuat anak nyaman dan mudah memahaminya. Misalnya, membentuk karakter anak, hal ini bisa dilakukan melalui metode cerita atau dongeng. Para guru atau orangtua bisa melakukan ini sehingga anak semakin tergugah untuk terus belajar dan meneladani guru dan orangtuanya. "Anak biasanya suka hal-hal baru dan mendapatkan sesuatu dengan cara baru. Kita bisa melakukan dengan cara bercerita atau mendongen", ungkap Sri Purnamasari, S.Pd. (Pendongeng) yang didaulat menjadi narasumber kedua pada acara ini. 

Pada sesi selanjutnya, Lili Nuramalia, S.Psi. (Psikolog Anak) selaku narasumber ketiga menyampaikan materi "Pendidikan Karakter Membentuk Anak Cerdas Berakhlak Karimah. Psikolog Anak" ini mengawali dengan menegaskan bahwa tujuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diutus adalah untuk menyempurnakan dan menggapai akhlak mulia. Bahkan menurutnya, puncak ilmu adalah akhlak mulia.  

Menurutnya, proses pendidikan karakter bisa dilakukan dengan meperhatikan beberapa hal penting, pertama, memahami bahwa fitrah setiap anak adalah suci. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan kurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. ar-Ruum: 30)

Kedua, mengajarkan nilai baik dan tauhid sebagai materi pendidikan utama bagi anak. Hal ini sudah diteladani oleh Luqman yang direkam dalam al-Quran surat Luqman ayat 13, "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.".

Ketiga, menyadari bahwa anak itu punya potensi unggul dan unik, berbeda dengan yang lain, dan memiliki kepribadian masing-masing. Keempat, mengajarkan kata-kata berbobot dan bermanfaat, mengajak anak bermain dan berkomunikasi. Kelima, mengobrol dan membacakan cerita, serta menjadi pendengar yang baik bagi anak. Keenam, memahami emosi anak, menjaga lisan, menjadi teladan dan konsisten, serta terbiasa mendoakan anak. 

Pendidikan karakter untuk menggapai akhlak mulia bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Kreatifitas dan inovasi para guru dan orangtua adalah kuncinya. Selain itu, para guru dan orangtua perlu menjaga akhlak baiknya dengan keteladanan yang baik pula bagi anak-anaknya. Mengutip Bu Lili, "Kita mesti menjadi obat bagi anak dan tidak menjadi virus yang membahayakan karakter dan masa depan anaknya". Semoga dengan demikian akan terlahir generasi unggul atau berkarakter cerdas dan berakhlak mulia yang siap menghadapi nerbagai tantangan zaman atau abad 21 bahkan mampu mengisinya dengan peran sekaligus kontribusi terbaik bagi bangsa dan peradaban umat manusia! (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Melahirkan Generasi Unggul" dan Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah