Kandangin Anjingnya, Atau Kasih Daging dan Tulang Tambahan!


ANJING oh anjing. Selain kerap usil juga hidupnya jorok. Rajin menggonggong dan bikin  ribut. Kalau sekali ya wajar, tapi berkali-kali ya pasti ada sesuatu. Namun seorang teman mengingatkan, anjing memang begitu. Namanya juga anjing, memang harus begitu, usil dan jorok. Tapi kalau anjing suka menggonggong dan diajarin oleh tuannya agar bisa menyamakan suara gonggongannya dengan selain suara anjing seperti "suara langit", apalah pada musim hujan begini, kemungkinan itu anjing peliharaan, anjing suruhan atau anjing pelacak. "Kalau dilepas di hutan, anjing seperti ini pasti buruannya banyak tapi cepat habis", ucapnya. 

Saya tentu percaya pada penjelasan teman saya yang memang sudah lama menggeluti dunia per-anjingan. "Nanti pas balik ke kandangnya, anjing seperti itu biasanya bakal mendapat daging busuk atau tulang alias bangkai dari tuannya", lanjutnya. Ia pun menganjurkan bila ada yang fokus mencari tahu, anjing yang suka menggonggong itu anjing biasa atau anjing pelacak. Sehingga tidak menyalahkan semua anjing bila menggonggong. Anjing juga punya hak untuk menggonggong dan punya peri keanjingan. Walau di banyak tempat gonggongannya tak jauh beda alias sama saja: bikin ribut. Sebab tujuan akhirnya juga sama walau dengan cara yang berbeda yaitu mengejar daging dan tulang.  

Jadi, ingat masa kecil di kampung dulu era 1990-an, saat menjaga kebun. Sering kali menyuruh anjing untuk mengejar monyet, babi dan rusa di hutan. Anjingnya taat sekali. Dipanggil namanya lalu disuruh, ia pun langsung lari kencang ke hutan. Apapun suruhan tuannya, dia langsung taat dan lakukan. Bila disuruh menggonggong dia langsung menggonggong. Bahkan bila disuruh menggigit, ia bakal menggigit. Benar-benar anjing peliharaan juga suruhan. Kalau level anjing pelacak, mungkin baru dilatih. Sehingga gonggongannya malah salah sasaran, bahkan ia justru menggonggong temannya sendiri. "Anjing kadang menggonggong juga menggigit temannya sendiri", ungkap seorang teman. 

Menurut seorang teman saya yang lain lagi, biasanya, anjing yang suka menggonggong dan menggigit adalah anjing pelacak atau anjing peliharaan yang bisa diajak melacak sesuatu alias buruan. Atau kalau sekadar bisa menggonggong saja itu pertanda si tuannya masih ada. "Mungkin jagain tuannya, agar bisa tidur lelap dan tak ada yang mengganggu. Apalah lagi tuannya butuh konsentrasi untuk memburu binatang di hutan, si anjing mesti bisa menghadirkan rasa aman untuk tuannya dari suara brisik. Nantinya, ia bisa membantu tuannya mencari monyet, babi dan rusa di hutan", ungkapnya.  

Pertanyaannya, mau jadi monyet, babi dan rusa di hutan yang bisa digonggong dan digigit anjing? Bakal ramai juga seru tuh. Sebab tujuannya itu: ramai dan seru. Sehingga yang digonggong sibuk pada gonggongannya. Mungkin juga strategi mengalihkan. Minimal yang digonggong tidak mengganggu acara perburuan di hutan. Tapi tenang, sebentar lagi kok, anjingnya engga bakal menggonggong lagi. Toh anjing memang biasa begitu, tak ada yang baru. Sebab anjing memang biasa menggonggong dan tugasnya untuk menggonggong.  "Auuuuuuu.... Gogok.... Gogok", begitu suaranya menggelegar. 

Tapi kalau si anjing menggonggong menimbulkan keributan, itu pertanda ia peliharaan yang berfungsi sebagai anjing pelacak juga. Baik sudah lama dipelihara maupun baru dilatih. Mungkin ia juga lagi butuh daging dan tulang, karena kelelahan menggonggong. Kalau masih sering menggonggong itu pertanda tuannya belum memberi daging dan tulang yang cukup. Atau bisa jadi dia lagi cari perhatian agar tuannya kasih jatah lebih dari yang sudah biasa didapat selama ini. Sebab menuju ke hutan butuh banyak modal, biar tidak kehabisan tenaga selama perjalanan. Modal memburu binatang buruan di hutan juga tak sedikit. Minimal untuk menyuap penghuni hutan agar tidak melawan di saat berburu. 

Beruntung sekali saya berasal dari dan belasan tahun hidup di kampung. Benar-benar beruntung. Seorang teman mengatakan ini adalah anugerah. "Sangat beruntung ente Bro, bisa mengenal anjing dan segala tingkahnya. Jangan-jangan ente melihara anjing juga", ucapnya. "Ya, saya sih benaran orang kampung dan biasa di kebun bahkan hutan. Paling tidak saya bisa mengenal anjing, baik tingkah lakunya pada anjing lain dan hubungannya dengan si tuan maupun sikapnya pada selain anjing. Selebihnya, minimal saya tidak terusik oleh gonggongan anjing dan tidak tergoda atau terjebak pada aksi usilnya", jawab saya. 

Mestinya, yang merespon adalah tukang jaga kandangnya, kalau sudah keterlaluan ya segara tutup mulut anjingnya atau ikat kaki anjingnya. Bukan malah membiarkan si anjing terus-terusan menggonggong, itu malah bikin tambah ribut. Kalau dibiarkan terus begitu, nanti anjing sekampung bisa ikutan menggonggong bahkan menggigit si anjing itu. Atau mestinya tuannya segera melempar daging atau tulang (tambahan), agar anjingnya diam dan kenyang. Sehingga nanti bisa berangkat bersamaan menuju hutan untuk memburu buruan yang lebih banyak. Mumpung hutannya sepi. Mungkin penghuni hutan masih sibuk merebut daging dan tulang yang sudah dilempar sebelumnya melalui pemburu lain, atau kekenyangan setelah memakan daging dan tulang sisa yang bungkusannya bertuliskan "sumbangan tuan" padahal faktanya hasil tipuan, curian, dan rampok atau mungkin juga utang. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Lubang Politik" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok