Anies Baswedan; Pemimpi yang Memiliki N


KEHADIRAN Anies Baswedan, yang akrab disapa Bang Anies, pada dinamika politik nasional beberapa tahun terakhir, terutama di pilpres 2024 adalah sebuah inspirasi bagi siapapun. Ia hadir mewakili generasi baru untuk zamannya, ia hadir mewakili generasi aktivis intelektual pada jagat perpolitikan nasional. Walau demikian, ia juga sejatinya mewakili seluruh elemen lintas usia dalam mewujudkan harapan mereka atas negeri yang mereka cinta: Indonesia. Bahwa Indonesia tak boleh berdiam diri lalu mati kehilangan jejak. Negara ini mesti terus hidup dan berperan aktif dalam mewujudkan tujuan pendiriannya.  

Bang Anies hadir dengan segala potensi dirinya: gagasan, rekam jejak dan optimisme serta visinya. Semua itu telah menambah energi kita untuk terus berfikir dan bertindak nyata bagi kemajuan negeri yang dihuni ratusan juta penduduk ini. Walau ia pernah menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan dan gubernur DKI Jakarta 2017-2022, namun ia tetap tampil sederhana dan bergaul dengan siapapun, termasuk mereka yang secara ekonomi masih papa. Dalam kesederhanaannya itulah ia hadir dan meniupkan semangat restorasi bagi kepentingan kolektif bangsa ini. 

Bang Anies sendiri adalah sosok intelektual yang bergulat lama di dunia pendidikan. Ia pun sukses membangun beberapa lembaga sosial bidang pendidikan dengan semangat peduli, simpati dan empati yang tinggi. Satu lembaga yang sangat terkenal yaitu Indonesia Mengajar. Tingkat kepeduliannya bukan saja diapresiasi tapi memang layak diapresiasi. Dengan pengalaman yang ia punya, ia pun mendapat kepercayaan banyak kalangan untuk memimpin Jakarta. Setelah ia sukses menjalankan mandat selama lima tahun, lalu kini maju sebagai calon presiden Indonesia 2024-2029 melalui pilpres 14 Februari 2024. 

Bagi Bang Anies, ikut serta pada pilkada dan pilpres adalah ikhtiar manusiawi sekaligus tanggungjawab sejarah dan moral dalam rangka menggandakan sekaligus melebarkan sayap manfaat bagi sesama. Ia merasa terpanggil untuk terjun dan membela masyarakat banyak melalui jalur politik. Tentu di samping jalur gerakan sosial yang selama ini ia sudah lakoni dengan jenial. Baginya, politik adalah medan mulia yang mesti diisi oleh orang yang memiliki kesungguhan untuk menjaga prinsip dan nilai-nilai para pejuang atau pendiri bangsa. 

Mengulas tentang Bang Anies kita pun menjadi tergoda untuk mengulas ulang hakikat pemimpin. Secara teori, seorang pemimpin pada hakikatnya adalah seorang pemimpi. Ia harus berani untuk bermimpi besar bagi kelompoknya, masyarakatnya, bangsa dan negaranya, atau bahkan dunia. Pemimpin harus memimpikan perubahan dan perbaikan pada seluruh skala kehidupan masyarakat, bangsa dan negara bahkan dunia. Dengan demikian, pemimpi adalah pemimpi yang memiliki N.   

Siapa yang tak kenal Andrea Hirata, hampir semua orang mengenalnya. Ia seorang pengarang sekaligus penulis yang terkenal dengan bukunya “Laskar Pelangi”. Pada berbagai kesempatan ia mengatakan, “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu!” Buku tersebut sudah diangkat menjadi film yang soundtrack-nya dibawakan oleh Nidji, yang menyatakan, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia”. Dan masih banyak penggiat dan tokoh inspiratif lainnya yang layak kita teladani semangat dan nilai-nilai kemanusiaannya. 

Namun pemimpi yang kita maksud bukan sekadar mimpi alias bunga tidur. Ada beda antara mimpi sebagai bunga tidur yang kemudian akan hilang setelah bangun, dengan mimpi yang membuat terus terjaga, membuat ingin bangun, dan mewujudkannya. Yang terakhir kita kerap menyebutnya dengan visi atau cita-cita, yaitu impian yang tidak hilang setelah terbangun dari tidur. Malah, pada kenyataannya pemimpi sejati bermimpi agar apa yang cita-citakan menjadi kenyataan. Itulah seorang pemimpin sejati. Ia leader of hope, ia pemimpin harapan.   

Begitulah Bang Anies, ia bukan saja pemimpi, tapi pemimpi yang memiliki visi-misi. Sebagai sosok yang berjiwa pemimpin, ia tidak saja punya mimpi. Sebab ia pemimpi yang memiliki DNA N, sehingga ia benar-benar pemimpi yang pemimpin. N yang pertama adalah Ngerti. Pemimpin harus mengerti bagaimana dan langkah apa yang harus ditempuh untuk menghadirkan perubahan dan perbaikan. Dan ia pun memilih jalur politik. Selain karena berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan, jalur ini diakui dirinya dan oleh siapapun, dampaknya meluas dan manfaatnya berlipat ganda. 

N yang kedua adalah Nunjukake. Seorang pemimpin harus bisa menunjukkan jalan kepada para pengikutnya. Selama terjun di lembaga sosial dan pemerintahan ia sudah membuktikan cara paling ampuh dalam menghadirkan kesejahteraan masyarakat. Ia melakoni berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan untuk tujuan mulia yaitu mengangkat derajat sesama melalui akses pendidikan dan kegiatan edukasi lainnya. Ia sudah membuktikan cara paling apik dalam menunjukkan jalan bagi siapapun dalam menghadirkan perbaikan dan perubahan. 

N yang ketiga adalah Nglakoni. Seorang pemimpin harus bisa menjalani jalan yang sudah ditunjukkan, memberi arah dan semangat kepada para pengikutnya untuk bersama-sama mencapai tujuan. Bang Anies adalah sosok yang tidak bekerja dengan diam, sebab ia memilih berkata dengan tindakan nyata. Ia mengadvokasi masyarakat dengan aksi nyata bukan hanya dengan janji atau berbusa-busa kata. Jalan politik yang ia pilih kini adalah rangkaian lanjutan dari gerakan sosial yang ia lakoni selama ini. Ia membuktikan bahwa memimpin itu artinya membimbing, menginspirasi dan bertindak. 

Bila menelisik lebih mendalam tentang Bang Anies yang kini semakin mendapatkan dukungan berbagai masyarakat Indonesia untuk berperan di jalur politik, terutama pilpres 2024, saya menjadi teringat dengan ungkapan Simon Sinek. Penulis buku “Start With Why” dan “Fine Your Why” ini mengatakan, “Leadership is not about the next election, it’s about the next generation”. Sebuah ungkapan jenial yang menegaskan sebuah prinsip penting bahwa pemimpin tidak fokus pada apa yang ia dapat, tapi pada apa yang ia kontribusikan bagi generasi dan negaranya.  

Ya, kepemimpinan bukan semata tentang pemilihan berikutnya, sebab kepemimpinan adalah tentang generasi berikutnya. Kepemimpinan adalah senyawa yang mencakup generasi lintas generasi, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ia tidak berhenti pada satu generasi lalu selesai. Tapi berlanjut ke sejarah masa depan, dalam hal ini Indonesia. Ya, Bang Anies hadir dalam menenun sejarah panjang negeri ini secara akumulatif: dulu, kini dan nanti. Terlahir dari generasi pejuang, pahlawan dan pendidik negeri ini, ia pun melakoni sepak terjang para leluhurnya itu untuk perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik.   

Itulah rangkain substansi pesan yang saya ulas dalam buku terbaru saya yang baru terbit. Judulnya sederhana saja, "Anies Baswedan; Pemimpin Ideal untuk Indonesia". Saya berupaya untuk menelisik gagasan dan rekam jejak sosok yang akrab dengan semua kalangan ini secara sederhana dan apa adanya. Saya tidak sedang menulis biografi, saya hanya memotret secara sepintas apa yang ia lakukan selama ini dan mengelaborasi beberapa gagasannya dalam beragam tema. Termasuk elaborasi beberapa tulisan lepas saya tentang dan bila bersua dengan sosok yang menjadi inspirator kalangan muda Indonesia ini.  

Saya menyadari keterbatasan dan kelemahan diri saya sebagai penulis pemula yang baru terjun ke dunia literasi beberapa tahun terakhir. Karena itu, hadirnya buku ini sejatinya sebagai media belajar yang memungkinkan saya untuk terus mencoba dan tak berhenti belajar. Sambil menanti masukan dan saran pembaca, saya mendahuluinya dengan permohonan maaf kepada Bang Anies atas keterbatasan dan kelemahan saya. Pada saat yang sama saya perlu menyampaikan terima kasih banyak atas restu dan dukungannya untuk menulis dan menerbitkan buku ini. Walau tak diucapkan dengan kata-kata, namun apresiasi Bang Anies pada Maret 2023 lalu adalah buktinya.  

Bang Anies dengan segala ikhtiar dan langkah yang ia pilih, terutama melalui jalur politik—dengan maju di Pilpres 14 Februari 2024 untuk presiden periode 2024-2029 yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin)—sejatinya sedang membuktikan apa yang ia tahu dan mau selama ini. Seperti ungkapan konsultan politik ternama, Eep Saefulloh Fatah, “Kita harus tahu apa yang kita mau. Saya kira inilah yang disebut sebagai hakikat berpolitik yang mesti dikerjakan oleh semua orang.” Saya dan siapapun di luar sana sangat mendukung dan terus mendoakan agar ikhtiarnya mendapat kekuatan, dikabulkan dan diberkahi oleh Allah. Sebab kita semua menjadi saksi betapa Bang Anies adalah pemimpi yang memiliki N atau pemimpi yang berjiwa pemimpin dan negarawan sejati. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Anies Baswedan; Pemimpin Ideal untuk Indonesia”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok