Marhaban Ya Ramadan!


UMAT Islam di seluruh penjuru dunia, selalu gembira dengan ramadan. Dengan begitu kedatangannya pun ditunggu-tunggu. Bahkan kita menunggunya sejak beberapa bulan sebelumnya. Dari elemen tua dan muda hingga anak-anak pun semuanya kerap memperlihatkan kegembiraan dengan caranya masing-masing. 

Hal ini menunjukkan bahwa ramadan memang memiliki daya tarik tersendiri. Ia mengandung banyak pesan, sebab di dalamnya ditunaikan berbagai anjuran ibadah yang khas. Sehingga bulan ini menjadi lebih spesial dari bulan yang lainnya. Tentu poinya pada ibadah-ibadah khas yang memang hanya terdapat dalam ramadan mulia. Maka, umat Islam pun bergembira dengan kedatangannya. 

Hal ini sangat sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam al-Qur’an, “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’.”  (QS. Yunus: 58) 

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian ber-shaum padanya. Pintu-pintu jahim (neraka) ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad)

Ya, salah satu tanda keimanan seorang muslim adalah bergembira dengan datangnya bulan ramadan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hatinya menjadi sangat senang karena tamunya yaitu ramadan akan datang tak lama lagi. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai ramadan. Lalu mengisinya dengan berbagai macam ibadah dan amal soleh yang memang khas ramadan. 

Atas dasar itu para ulama mengingatkan kita agar hendaknya kita khawatir bila dalam diri kita tak ada perasaan gembira akan datangnya ramadan. Kita mesti evaluasi diri bila diri kita merasa biasa-biasa saja dan tidak menganggap tak ada yang istimewa di saat ramadan tiba. Sebab bisa jadi iman kita lagi melemah, sehingga kita meremehkan kedatangannya, lalu kita pun kehilangan momentum untuk meraih berbagai keutamaan dan kebaikan. Padahal ramadan adalah karunia dari Allah yang sangat khusus, dan karena itu kita mesti bergembira dengan kedatangannya. 

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan ramadan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di ramadan yang lalu) mereka.”

Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, keutamaan, dan berkah pada bulan ramadan. Beribadah semakin nikmat, lezatnya bermunajat kepada Allah, memperkokoh silaturahim dengan keluarga, meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan melalui berbagai forum atau majlis ilmu dan masih banyak lagi.

Selain gembira, diantara cara terbaik dari banyak cara dalam menanti ramadan mulia tahun ini adalah dengan banyak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Sembari itu, kita juga harus memohon kepada Allah agar kiranya kita masih diberi kesempatan untuk bersua dengan ramadan yang di dalamnya memiliki banyak keunikan, kemuliaan dan keutamaan. 

Allah mengajarkan kita kepada contoh doa seorang hamba yang hendak memohon ampun kepada-Nya. Allah berfirman, “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah Pemberi yang terbaik.” (QS. al-Mukminun: 118) “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 16)

Selain itu, menjelang dan pada bulan dimana al-Quran diturunkan ini, kita perlu juga saling memaafkan dan berbagi senyum ceria pada sesama. Kepada keluarga kita, tetangga kita, sahabat kita, teman kerja kita, teman sekantor kita, tetangga sekampung, tetangga sekomplek dan siapapun di luar sana. Sebab bisa jadi selama ini kita kerap salah dalam berucap, sering keliru dalam melangkah dan buruk sangka dalam menduga. 

Sebuah riwayat mengingatkan kita sebuah hikmah yang sangat penting sebagai berikut: “Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab: tentu. Rasul pun bersabda: Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat zolim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahim denganmu.” (HR. At-Thabrani)

Semoga Allah menerima seluruh taubat kita, mengampuni dosa-dosa kita dan menghapus berbagai khilaf kita selama ini, baik yang sengaja kita lakukan maupun yang tak sengaja kita lakukan. Sungguh, Ia Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun atas seluruh hamba-Nya yang bertaubat dan memohon ampun. Apalah lagi di momentum Ramadan, tentu Allah sangat menanti kesediaan hamba-Nya untuk menengadah, mengharap ampunan dan ridho-Nya.  

Di tengah berbagai tantangan dan ujian kehidupan yang terus datang bertubi-tubi, mari kita menanti ramadan kali ini dengan optimis, suka-cita, saling memaafkan, dan menyiapkan iman, spiritual, mental, fisik, ibadah, waktu, fokus dan amal-amal soleh terbaik. Selain itu, mari menjaga hubungan baik dengan sesama kita, baik sesama muslim maupun sesama warga negara; termasuk dengan memperbaiki komunikasi dan silaturahim kepada siapapun, serta banyak menolong atau membantu sesama semampu atau sebiasanya kita. 

Dan yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas hubungan baik dengan mereka yang sangat kita cinta. Orangtua dan keluarga besar, termasuk kaum fakir dan miskin yang membutuhkan uluran tangan kita, baik mereka minta maupun tak mereka minta.      

Semoga dengan begitu, ramadan yang segera menjelang benar-benar bisa kita nanti dan kelak kita isi secara maksimal dan produktif, sehingga mempermudah jalan kita menjadi hamba Allah yang bertakwa sebagaimana yang Allah firmankan dalam kitab suci-Nya. Allah berfirman “Agar kalian bertakwa”, demikian Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Baqarah bagian ujung ayat 183. Yaitu hamba yang bukan saja dicintai Allah dan Rasul-Nya, tapi juga dicintai makhluk langit dan bumi serta seisinya. Itulah sosok hamba Allah yang bertakwa, takwa dalam segala aspeknya.  

Ala kulli hal, sembari memohon bimbingan, ridho dan berkah dari Allah, mari mengucapkan secara riang, tulus dan tanpa beban kepada bulan yang sama-sama kita nantikan juga rindukan kedatangannya: marhaban ya ramadan, marhaban syahru shiam dan marhaban bulan mulia nan berkah! []


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku “Pendidikan Ramadan”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok