Mengapa Pasangan AMIN Mesti Menang Pilpres 2024?


KAMPANYE terakhir pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres) nomor urut 01 berlangsung di Jakarta Internasional Studium (JIS) Jakarta pada Sabtu 10 Februari 2024. Acara ini dihadiri oleh jutaan peserta dari berbagai kota dan daerah di seluruh Indonesia, terutama dari Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung dan sebagainya. Walau yang hadir dalam stadion diperkirakan sekira 100.000-an peserta, namun di luar atau sekitaran stadion sekitar 3-5 juta peserta yang hadir. Ini merupakan kampanye terbesar yang pernah ada dalam sejarah dan perjalanan politik Indonesia. 

Turut hadir pada acara ini Jusuf Kalla (wakil presiden Indonesia ke-10 dan 12), Surya Paloh (Ketua Umum Partai Nasdem), Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB), Habib Salim Segaf al-Jufri (Ketua Majelis Syuro PKS), Ahmad Syaikhu (Presiden PKS), Prof. M. Amin Rais (Ketua Majelis Syuro Partai Ummat) dan pimpinan lintas partai pengusung dan pendukung, serta para tokoh lintas latar belakang lainnya. Termasuk para tokoh reformasi yang kini aktif di berbagai lapangan profesi. Mereka hadir secara sukarela dengan semangat dan kesungguhan untuk wujudkan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. 


Pertanyaannya, mengapa kita perlu mendukung dan memilih Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (pasangan AMIN) sehingga menang pada pilpres 14 Februari 2024? Pertama, Indonesia butuh pemimpin yang membuatnya naik kelas. Karena itu, ia membutuhkan sosok tokoh atau pemimpin yang memiliki modal profesionalitas, etika dan moral yang terjaga. Kita optimis bangsa ini terus mengalami kemajuan yang berarti di berbagai lini. Kondisi semacam itu bakal terjadi bila dipimpin oleh pemimpin yang memiliki gagasan maju dan memiliki rekam jejak yang baik. 

Kedua, Indonesia butuh pemimpin yang tegas, relevan dan ideal. Indonesia adalah negara yang sangat kaya, namun belum mampu berkompetisi dengan negara lainnya di dunia. Untuk itu, kita butuh sosok pemimpin yang tegas, relevan dan ideal untuk Indonesia. Dominasi oligarki dalam menguasai kekayaan negara merupakan realitas yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Kita butuh pemimpin yang tegas dan berani bertindak serta tidak bermain-main dengan para mafia di berbagai sektor dan koruptor yang selama ini menguras sekaligus merampok kekayaan negeri ini. 


Ketiga, Indonesia butuh pemimpin yang mempersatukan. Keragaman mesti dipahami dan diapresiasi secara elegan dengan tetap menjaga toleransi dan semangat kebersamaan dengan sesama anak bangsa yang beragam latar belakang. Kita butuh pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik pada upaya menjaga keharmonisan antar sesama anak bangsa. Kita, apapun latar belakang kita, mesti menjaga persatuan di tengah dinamika kebangsaan. Sebab substansi perubahan adalah menghadirkan keakraban dan rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Keempat, Indonesia butuh pemimpin yang adil.  Pemimpin semacam itu bisa terwujud manakala adanya rasa keadilan. Keadilan  bersumber dari komitmen sekaligus kebijakan pemimpin untuk menjadikan hukum sebagai panglima, bukan hukum yang dikendalikan sesuai selera penguasa. Karena itu, mereka yang menjabat di lembaga negara harus menjadi pejabat yang adil dan profesional serta tidak boleh menjadi biang bagi hadirnya kemarahan masyarakat. Kehadiran pemimpin yang adil adalah keniscayaan di tengah gelombang pragmatisme penguasa dan elite lainnya. 

Kita mencintai Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia, karena itu kita tidak boleh berhenti bergerak hanya ketika sampai pada finis kebutuhan pribadi kita sudah tercapai. Kita mesti berperan dalam mewujudkan perubahan sejati dan nyata bagi semua. Kita mesti berpartisipasi secara aktif dalam proses pilpres 2024, sebab inilah kesempatan konstitusional untuk menghadirkan pemimpin perubahan bagi semua. Karena itu, kita mesti terlibat dan pastikan pasangan AMIN terpilih dan menang pilpres 14 Februari 2024, sebab pasangan ini autentik, relevan dan ideal bagi Indonesia. (*)


* Oleh: Syamsudin Kadir, Penulis Buku "Anies Baswedan; Pemimpin Ideal untuk Indonesia" 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah dan Teknik Konseling Kelompok

Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah